Beberapa hari lagi kita bersama-sama dengan umat Islam di seluruh dunia akan menyongsong datangnya Hari Kemenangan, yaitu Hari Raya Iedul Fitri 1433 H. Seiring dengan semakin dekatnya hari raya tersebut, kita semakin sering disuguhkan oleh sebuah fenomena unik yang hanya terjadi satu tahun sekali dan mungkin hanya terjadi di negeri tercinta Indonesia ini, yaitu Fenomena Mudik.
Mudik adalah sebuah fenomesa unik yang identik dengan tradisi tahunan menjelang hari raya Iedul Fitri atau hari raya lebaran, dimana para perantau akan kembali ke kampung halamannya untuk berkumpul dan merayakan hari kemenang tersebut bersama keluarga dan handai taulan. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada kesempatan itulah saatnya untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua.
Mudik diambil dari kata “udik” yang berati kampung atau jauh dari kota. Entah sejak kapan fenomena dan tradisi mudik di indonesia tersebut dimulai. Namun menurut budayawan Jacob Soemardjo, mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah mengenal tradisi ini jauh sebelum berdiri Kerajaan Majapahit untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun. Kebiasaan membersihkan dan berdoa bersama di pekuburan sanak keluarga sewaktu pulang kampung sampai saat ini masih banyak ditemukan di daerah Jawa.
Fenomena mudik adalah sebuah nilai sosial positif bagi masyarakat Indonesia, karena dengan mudik berarti masyarakat masih menjunjung nilai silaturahmi antara keluarga. Acara mudik khususnya menjelang hari raya lebaran bukan hanya menjadi milik umat muslim yang akan merayakan idul fitri bersama keluarga, namun telah menjadi milik “masyarakat indonesia” seluruhnya. karena pada dasarnya bersilaturahmi adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. karena manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat hidup tanpa orang lain, meskipun manusia adalah juga makhluk individu yang berhak menetukan tujuan hidupnya sendiri.
Orang yang mencintai kampung halamannya adalah orang yang tidak lupa darimana dia berasal, lebih filosofis adalah ibarat kacang yang tak lupa akan kulitnya. atau menurut pepatah “Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya” oleh karena itu mudik juga dapat digunakan untuk sebuah refleksi diri kembali ke asal, kembali kebelakang, bahkan sampai di masa kecil kita. pernahkah terbayang ketika kita di sini saat ini, sedang menggunakan internet, dan terpikir di kampung halaman kita, mungkin masih banyak orang yang tak tahu apa itu internet. Ketika kita dengan mudah berkomunikasi dengan handphone, fasilitas hiburan yang beragam, tempat makan yang bervariasi, semuanya mudah dan praktis. Sedangkan di tempat lain sangat mungkin orang-orang di kampung harus berjuang untuk sekedar hidup yang layak. Tentunya jangan sampai hanya berhenti pada keperihatinan di situ, namun seharusnya ada komitmen untuk membangun kampung halaman kita.
Begitu pula halnya dengan staf-staf penerjemah dan beberapa staf admin dari Blog Penerjemahan Jakarta, yang tepat pada hari ini bersiap-siap untuk Mudik Bareng bersama dengan mitra kerja kami yang juga merupakan kantor penyedia layanan jasa penerjemah dan terjemahan bahasa, yaitu Penerjemah BBS dan Penerjemah DTS. Kegiatan mudik tahunan ini memang setiap tahun kami selenggarakan rutin untuk memberikan kemudahan bagai staf-staf penerjemah kami untuk bisa berkumpul bersama keluarga di hari yang fitri.
Oleh karenanya, terhitung mulai hari ini 16 Agustus 2012 hingga 26 Agustus 2012, semua layanan penerjemah di lembaga kami (Penerjemahan Jakarta) dan juga di kantor penerjemah mitra kerja kami akan di istirahatkan sementara waktu. Dan kami akan mulai buka kembali untuk menyediakan layanan penerjemahan pada Senin, 27 Agustus 2012.
Selamat Mudik Lebaran 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H