Mohon tunggu...
Blind Side
Blind Side Mohon Tunggu... profesional -

Bodoh itu menyedihkan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Berterimakasihlah Kepada Jokowi-Ahok

27 Maret 2015   17:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya berterimakasilah, siapapun Anda, tak terkecuali yang membenci keduanya. Bukan soal kinerja keduanya yang terus jadi pro kontra.

Sejak kemunculan keduanya ke panggung Nasional, publik seantero negeri ini tumpah ruah mengikuti perkembangan di negara ini. Media-media massa, media sosial tak henti membahas keduanya.

Jokowi yang dari Solo dan Ahok yang dari Belitung jadi bukti sahih jika pemimpin Nasional bisa muncul dari kampung. Jokowi-Ahok bagaikan magnet, dari sepatu, baju hingga rambut, bahkan cara ngomong pun jadi berita. Para pembencinya pun ketularan tenar, dari Jonru hingga Haji Lulung, dari Obor Rakyat hingga PKS Piyungan.

Bayangkan saja, dahulu sebelum keduanya dikenal, sangat jarang orang luar Jakarta yang mempersoalkan banjir dan macet di DKI, walaupun hanya sekadar menghujat. Lalu dulu siapa yang mempersoalkan pengangkatan seorang lurah, siapa menduduki jabatan apa di ibu kota? Di era Jokowi-Ahoklah semua itu jadi perhatian publik.

Soal style, Jokowi-Ahok telah menciptakan standar baru seorang pemimpin. Mereka tak sungkan bergaul dengan rakyat, masuk ke kerumunan warga, turun ke kali, masuk ke dalam got, melanggar protokoler, tak menghiraukan keamanan diri.

Menjadi presiden, tak ada yang berubah dari Jokowi, wartawan bisa mengahadangnya di mana saja. Wartawan tak sungkan menanyakan apa saja. Ahok setali tiga uang, meskipun sering ketus dengan awak media, tapi ia tak keberatan dicegat di pintu Balai Kota. Sedapat mungkin Jokowi-Ahok tak menjawab dengan jasa juru bicara. Di waktu-waktu lalu tak bisa seperti itu bukan?

Di era Jokowilah, setiap peristiwa yang terjadi di pentas nasional jadi perhatian masyarakat. Orang kampung seperti kami dulunya tak peduli dengan koalisi yang terbentuk di DPR RI, tak peduli siapa yang jadi ketua DPR dan MPR RI, tak peduli siapa yang jadi Kapolri, tak peduli siapa jadi menteri apa, tak peduli siapa anggota watimpres, juga tak peduli apa kata pengamat politik.

Sekaranglah kami sedikit tahu bagaimana modus anggaran itu bisa dimainkan oleh birokrat, para wakil rakyat bahkan eksekutif. Sekaranglah rakyat lebih awas terhadap wakilnya di legislatif.

Jokowi-Ahok membuat orang kampung seperti saya rela nongkrong memelototi pesawat TV hingga larut malam, membolak-balik halaman kompasiana, dan media online lainnya. Tanpa sadar banyak dari kita tiba-tiba jadi penulis, sementara yang hobby menulis lebih rajin lagi menulis.

Jadi sekali lagi berterimakasilah karena Jokowi-Ahok telah membuka mata, menggiring kepedulian terhadap bangsa ini, memberikan pendidikan politik. Berharga atau tidak, banyak atau secuil, itu relatif, tergantung kita.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun