Pasti banyak yang bertanya seperti itu? Tapi sebenarnya memang apa sih Revolusi Mental tersebut? Saya mencoba mencari jawabam lewat berbagai tulisan, baik langsung dari tulisan pak Jokowi sendiri di laman nya www. jokowi.id atau dari berbagai ulasan diberbagai kesempatan. Namun disini saya sekedar mencoba bercerita saja hanya untuk berbagi...
Ternyata saya bukan sekedar mau mengerti apa itu Revolusi Mental tapi saya sudah mengalaminya dan mungkin akan terus merasakannya. Mudah mudahan! Nah apa yang sebenarnya saya alami?
Berikut pengalaman pertama saya soal Revolusi Mental. Beberapa bulan yang lalu saya mendadak mendapat musibah menderita sakit sudden deafness. Yaitu tuli sebelah secara mendadak. Saya tidak tahu apa penyebabnya dan dokter pun masih mencari jawaban yang tepat. Bisa karena kekentalan darah atau kekurangan oksigen di otak atau lainnya. Tapi kita tidak akan membahas penyakit nya. Semoga saja dalam waktu dekat saya pulih kembali.
Namun ada kejadian paralel dengan sakit nya tsb yaitu saya diajarkan untuk menjadi mandiri. Dan bukan itu saja juga mengatasi rasa takut atau panik yang selama saya ini saya alami juga perlahan sirna. Mungkin perlu diketahui bahwa saya juga penderita jantung koroner dengan sudah ada beberapa ring yang saya kenakan sejak sepuluh tahun yang lalu. Nah bermula dari penyakit tersebut, maka saya sering dilanda ketakutan ataupun serangan panik. Sedikit-dikit merasakan ada yang tidak beres di dada saya... Atau tiba tiba merasa pengap, kekurangan oksigen. Namun sampai sekarang alhamdulilah saya belum pernah mengalami serangan jantung beneran. Jadi bisa dibayangkan kalau saya selama ini ketakutan atau merasa was was. Dan yang lebih menyesakkan adalah begitu serangan panik itu datang saya selalu mencari istri saya... Nah disini ternyata masalahnya. Istri saya ternyata terganggu akan hal tersebut sehingga menurut pengakuannya pada saat beliau masih bekerja di salah satu perusahaaan besar sempat mengganggu kondite nya. Karena sebentar-bentar mendapat panggilan telepon dari suami nya. Dan biasa nya berujung beliau harus minta ijin sama manajemen atau atasan nya untuk menemui saya. Terkadang bahkan berujung di UGD rumah sakit tertentu. Namun seperti diawal saya katakan, bahwa itu hanya serangan ketakutan atau panic attack. Memang pada 2 tahun yang lalu serangan panik tersebut berujung pada pemasangan ring baru di beberapa pembuluh darah koroner saya. Jadi kalo penyakitnya ya betulan ada.
Nah kembali ke serangan tuli mendadak, yang mungkin saja juga akibat penyakit jantung tsb. Kali ini saya betul betul pasrah. Kenapa? Karena saat terjadi serangan saya bertengkar dengan istri saya. Penyebabnya seperti biasa saya panik. Dan tidak tahu apa yang ada di kepala saya. Saya menjadi kasar dengan istri. Nah rupanya kali ini istri saya pun sudah muak dengan penyakit yang seolah tidak ada habis nya menimpa saya. Dan karena nya kali ini istri saya menjadi marah dan tidak mau bahkan mengantar saya ke rumah sakit. Walaupun pada saat dirawat dia masih mau menjenguk tapi dengan sangat terpaksa. Karena masih jengkel atas kelakuan saya. Pada saat itu saya mulai menyadari bahwa rupanya sikap saya tersebut adalah karena saya kurang pasrah. Dan selanjutnya saya juga menyadari bahwa suatu saat kita semua akan mengalami sakit bahkan kematian. Hal tersebut juga diungkapkan oleh seorang sahabat saya yang biasanya memang banyak menasehati saya soal keimanan. Sahabat ini seorang anggota lingkungan di gereja saya. Pada malam itu saya benar benar tersadar bahwa selama ini saya kelewat dimanja oleh orang disekitar saya. Terutama istri saya itu.
Jadi keesokan hari nya setelah saya sudah kembali kerumah dan harus menjalani terapi hiperbarik yang kebetulan dekat dengan rumah. Saya masih ditemani seorang pembantu untuk membimbing saya berjalan, karena masih terhuyung akibat keseimbangan yang terganggu, karena tuli sebelah itu. Namun keesokan nya saya coba untuk berjalan sendiri. Dan ternyata berhasil tidak sampai jatuh. Demikian saya jalani terapi tersebut saya jalani. Sampai suatu saat seseorang pasien menginformasikan soal BPJS Kesehatan. Saya langsung mengikuti petunjuknya dan sejak saat itu saya bisa menjalani terapi hiperbarik tersebut secara gratis. Karena saya sudah anggota BPJS Kesehatan. Alangkah senang dan bangga nya saya. Hal hal tersebut semakin membuat saya percaya diri dan saya pun mulai melakukan semua sendiri. Mulai dari menyiapkan makanan sendiri, bahkan belanja sendiri ke supermarket.
Kembali ke revolusi mental, apakah pengalaman saya tersebut termasuk yang dimaksud Pak Jokowi? Saya rasa ya. Kini bahkan saya mau bepergian menggunakan transportasi umum walaupun masih sebatas kereta rel listrik. Namun saya benar benar akan mencoba semua transportasi umum yang mudah2an juga semakin bagus. Apa yang aneh? Bagi saya yang berpuluh tahun selalu mengandalkan kendaraan pribadi bahkan dengan supir pribadi untuk berpergian. Sekarang saya merasakan bahwa hal tersebut banyak membuang energi dan pemborosan yang berlebihan. Itulah yang saya rasakan. Mental saya telah ber revolusi menjadi mandiri dan sadar akan lingkungan. Masih banyak yang akan saya kerjakan. Semoga...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H