Mohon tunggu...
Tata Margaretta
Tata Margaretta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Manusia yang berusaha menjadi yang Terbaik dengan melakukan yang Terbaik yang bisa dilakukan...apapun bentuknya sekalipun itu hal Kecil namun Terus menerus maka bukan Tidak Mungkin Ia akan menjadi yang Terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Paruh Baya

24 September 2012   03:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ia seorang lelaki. Namanya berinisial J. Kini Ia hidup dikontrakannya setelah rumahnya terjual untuk menutupi hutang hutang pada pihak bank yang diambilnya karna suatu keputusan yang sangat berani namun tidak memikirkan resiko terburuknya dahulu. Baru baru ini Ia memutuskan untuk tinggal bersama anak dan menantu ke 2nya.

Ia seorang yang pandai dan pemikir, seorang yang tekun dan sangat berani mengambil resiko. Ia memiliki banyak relasi. Sampai saat ini Ia pun masih bekerja dari rumah untuk salah satu bosnya dan Ia memiliki usaha yang dirintisnya sendiri dari usia senjanya. Begitu tertata rapi semua yang menjadi tugas tugasnya karna memang sudah mendarah daging di jiwanya.
Umurnya memasuki kapala 7 dan Ia telah ditinggalkan oleh istri tercintanya 5tahun yang lalu. Semenjak kepargian istinya itu Ia kehilangan teman hidup, kehilangan arah dan seolah dunianya runtuhmengambang tak berpijak. Begitu terpukulnya Ia sampai tak bersemangat lagi menjalani hidupnya.
Salah satu anak, 2 menantu dan 2 cucunya tinggal berdekatan dengan tempat tinggalnya. Namun tidak pernah mereka datang untuk sekedar melihat kondisi lelaki paruh baya ini. Begitu dekat tapi terasa jauh, padahal untuk mencapai tempat Ia tinggal tidak memerlukan waktu yang lama dan hanya cukup ditempuh dengan berjalan kaki saja. Namun itu yang terjadi, betapa mirisnya. Apalagi ketika tiba tiba mereka datang hanya untuk kepentingan pribadi mereka saja dan ini sering terjadi.
Tak kuasa melakukan apa apa yang dapat merubah semua karna mungkin Ia pun menyadari bahwa dirinyalah yang bersalah dari awal mula sehingga semua ini terjadi juga padanya. Ia hanya bisa menahan kerinduan untuk dapat membuat anak anaknya kembali berdamai satu dengan yang lainnya seperti ketika mereka masih kecil. Ia hanya dapat menahan tangisnya dalam batin dan pikiran itu terus menghantuinya karna Ia adalah seorang ketua paguyuban dalam keluarga besarnya.
Dihari tua Ia menangis dalam kalbu meratapi kehidupan keluarga kecilnya. Pelariannya hanya pada pusara istri tercintanya selain yang utama kepada Tuhannya.
Doaku untuk mu semoga Tuhan selalu menyertai mu dan memberikan apa yang kau butuhkan tepat pada waktunya. Semoga suatu saat nanti jika waktunya sudah sampai, kau dapat dibahagiakan oleh salah satu anak mu yang sedang berusaha memberikan yang terbaik bagimu.


By : Margaretta Lie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun