begitulah ia
menemu diri, entah kenapa,
siasia
walau padahal Jauh dari nestapa.
lalu, seolah bayangan helai daun gugur,
ia duduk di beranda, sendiri,
tidak berpikir, tidak melamun. terpekur
melihat telapak tangan ditumbuhi duriduri.Â
belum sore. namun sudah ia nyalakan lampulampu.
hingga terang malah tak berarti apaapa.
seperti vas retak butuh tempat bertumpu
ia rindu ada setangkai bunga dari entah siapa.Â
tapi di beranda
di mana ia duduk menghadap utara
bahkan sudah lama tiada canda
tinggal senyap yang pucatnya makin nampak kentara.Â
ingin bisa beranjak
: hendak ke mana
jika tiap jejak
malah bikin kian gulanaÂ
maka ia putuskan
untuk tetap duduk,
walau hari mulai berhujan
meski hati kembali teradukÂ
oleh rasa ingin selesai saja
...Â
 Pulang
.....
siapa tahu di Sana ada cinta yang menghadang
:
mungkin sembari berdendang
..............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H