demi melupa duka
iapun henti ke manamana
: bersuka
seolah diri kirana
"lihatlah," katanya. "bahkan kini cahaya
selalu meliuk. cerlang. penuh gaya."
angin,
mendesau dari selatan,
mengandung hawa dingin
menghangati harapan.
"seperti mencintai," katanya. "dalam diri ada debar
yang tak henti berdenyar. menggeletar."
tiktak jarum jam,
sabar dan hatihati,
merunut tikungan tajam
di ujung peniti.
"aku rindu," katanya. "pada sepasang sepatu
yang dulu menemani langkah bertalu di terjal berbatu."
sehelai daun, melayang,
lepas dari pautannya dengan dahan.
ada rasa jalang
yang tibatiba menolak ditahan.
tapi demi melupa duka
ia sudah henti ke manamana.
bahkan meski segala pintu membuka
dan walau seluruh ayu ingin ia terlena
.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H