Samsara, dalam Hindu, adalah siklus berulang kelahiran, kematian, dan pembaruan kehidupan yang didorong oleh karma. Karma adalah hukum sebab akibat yang menyatakan bahwa setiap perbuatan, baik atau buruk, akan menghasilkan konsekuensi yang sesuai. Pelepasan dari siklus kelahiran kembali (samsara) untuk mencapai moksha adalah tujuan tertinggi dalam berbagai tradisi spiritual, khususnya dalam agama Hindu. Manusia terikat dalam Samsara karena avidya, yaitu ketidaktahuan tentang sifat sejati diri (Atman) dan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Avidya menyebabkan manusia terikat pada keinginan duniawi dan ego, yang terus mendorong mereka dalam siklus kelahiran kembali. Moksha adalah tujuan akhir umat Hindu, yaitu pelepasan dari Samsara dan penyatuan Atman dengan Brahman. Untuk mencapai Moksha, manusia harus membebaskan diri dari karma dan mengatasi avidya. Penyatuan Atman dengan Brahman adalah konsep sentral dalam Hindu yang menjelaskan tujuan akhir dari perjalanan spiritual, yaitu mencapai moksha. Moksha adalah pembebasan dari siklus samsara (kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali) dan penyatuan jiwa individu dengan realitas tertinggi atau Tuhan. Atman adalah jiwa individu, esensi sejati dari setiap makhluk hidup yang kekal, tidak berubah, dan murni. Atman dianggap sebagai bagian dari Brahman, tetapi dalam pengalaman sehari-hari, seringkali tertutup oleh ego, ketidaktahuan, dan keinginan duniawi. Sedangkan Brahman adalah realitas tertinggi, Tuhan Yang Maha Esa, dan sumber segala sesuatu. Brahman bersifat tak terbatas, tidak berwujud, dan melampaui segala dualitas. Brahman adalah kesatuan dari semua eksistensi dan juga dasar dari alam semesta. Penyatuan Atman dengan Brahman merupakan proses spiritual yang melibatkan realisasi dan pengalaman langsung bahwa Atman dan Brahman pada dasarnya adalah satu dan sama. Proses ini dikenal sebagai advaita, atau non-dualitas, dalam tradisi Advaita Vedanta. Keadaan damai dan kebahagiaan tertinggi dalam moksha adalah kondisi spiritual dan eksistensial yang melampaui pengalaman duniawi. Moksha, dalam tradisi Hindu, adalah pembebasan dari siklus samsara (kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali) dan merupakan tujuan akhir dari perjalanan spiritual. Moksha adalah akhir dari siklus tanpa akhir dari kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali. Jiwa (Atman) tidak lagi terikat oleh karma dan tidak perlu mengalami penderitaan duniawi lagi. Semua karma, baik itu positif maupun negatif, telah diatasi dan dibersihkan. Jiwa mencapai keadaan murni tanpa beban tindakan masa lalu. Dalam keadaan moksha, individu menyadari dan mengalami langsung bahwa Atman (jiwa individu) dan Brahman (realitas tertinggi) adalah satu dan sama. Ini disebut Advaita atau non-dualitas. Semua kekhawatiran, ketakutan, dan gejolak emosional lenyap. Pikiran menjadi tenang dan stabil, tidak terpengaruh oleh perubahan dunia luar. Kebahagiaan yang dialami dalam moksha adalah kebahagiaan yang tidak dapat dibandingkan dengan kesenangan duniawi. Ini adalah sukacita yang murni dan abadi. Keadaan damai dan kebahagiaan tertinggi dalam moksha adalah kondisi spiritual yang ditandai oleh pembebasan dari siklus samsara, kesadaran penuh tentang hakikat sejati diri dan realitas, serta pengalaman kedamaian abadi dan kebahagiaan ilahi. Ini melibatkan pelenyapan karma, pemurnian jiwa, dan penyatuan dengan Brahman.
Panca Sradha adalah lima keyakinan dasar dalam agama Hindu yang menjadi fondasi spiritual dan filosofi kehidupan umat Hindu. Kelima keyakinan ini meliputi kepercayaan pada Brahman, Atman, Karma, Punarbhawa (reinkarnasi), dan Moksha. Berikut adalah bagian-bagian dari Panca Sradha, di antaranya Brahman adalah realitas tertinggi, sumber dari segala sesuatu, dan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Hindu. Brahman adalah entitas yang tak terbatas, tak terlukiskan, dan melampaui segala bentuk dan sifat yang bisa dipahami oleh pikiran manusia. Brahman adalah dasar dari seluruh alam semesta dan ada di mana-mana. Atman adalah jiwa individu atau esensi sejati dari setiap makhluk hidup. Atman bersifat kekal dan murni, serta merupakan percikan dari Brahman. Keyakinan pada Atman menekankan bahwa setiap individu memiliki aspek ilahi di dalam dirinya yang tidak terpisahkan dari Brahman. Karma adalah hukum sebab-akibat yang mengatur kehidupan. Setiap tindakan (baik atau buruk) yang dilakukan oleh seseorang akan menghasilkan konsekuensi yang setara. Keyakinan pada karma menekankan pentingnya tindakan etis dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Punarbhawa atau reinkarnasi adalah keyakinan bahwa jiwa terus mengalami siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali. Proses ini terus berlanjut sampai jiwa mencapai moksha, yaitu pembebasan dari siklus samsara. Dan yang terakhir Moksha adalah pembebasan dari siklus samsara dan penyatuan dengan Brahman. Moksha adalah tujuan tertinggi dalam kehidupan spiritual Hindu, yang membawa kedamaian abadi dan kebahagiaan tertinggi. Atman, sebagai jiwa yang kekal, mengalami banyak kehidupan melalui proses reinkarnasi. Setiap kehidupan dipengaruhi oleh karma dari kehidupan sebelumnya. Melalui setiap kehidupan, Atman belajar dan berkembang secara spiritual dengan tujuan akhir mencapai moksha, di mana Atman sepenuhnya menyadari persatuannya dengan Brahman dan terbebas dari siklus kelahiran kembali. Panca Sradha mencakup lima keyakinan dasar yang membentuk inti ajaran Hindu. Brahman sebagai realitas tertinggi, Atman sebagai jiwa individu, karma sebagai hukum sebab-akibat, punarbhawa sebagai siklus reinkarnasi, dan moksha sebagai pembebasan akhir. Keyakinan ini bersama-sama menggambarkan perjalanan spiritual umat Hindu dari kehidupan duniawi menuju kesatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa, mencapai kedamaian abadi dan kebahagiaan tertinggi.
Mencapai moksha dalam agama Hindu melibatkan pemahaman dan penerapan hukum karma (Karma Phala Sradha), yang berarti "hasil dari tindakan." Keyakinan ini menekankan pentingnya melakukan perbuatan baik (dharma) dan menghindari perbuatan buruk (adharma). Karma Phala berarti hasil dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Hukum karma menyatakan bahwa setiap tindakan, baik maupun buruk, akan menghasilkan konsekuensi yang setara. Perbuatan yang selaras dengan nilai-nilai moral dan etika, seperti kebenaran, kejujuran, kasih sayang, dan pelayanan kepada sesama. Perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, seperti kebohongan, kekerasan, ketidakadilan, dan egoisme. Tindakan dharma menghasilkan karma baik yang membawa hasil positif dalam kehidupan sekarang dan mendatang, sedangkan tindakan adharma menghasilkan karma buruk yang membawa hasil negatif. Dengan menjalani kehidupan yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dan etika, serta mengembangkan sikap ketidakterikatan terhadap hasil tindakan, individu memurnikan jiwa dan mendekatkan diri pada pembebasan akhir dari siklus kelahiran kembali. Praktik Karma Yoga menjadi jalan penting dalam proses ini, di mana setiap tindakan dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan dan pelayanan kepada sesama, membawa jiwa menuju keadaan moksha yang penuh kedamaian dan kebahagiaan abadi. Catur Marga adalah empat jalan utama yang diajarkan dalam agama Hindu untuk mencapai moksha, atau pembebasan dari siklus kelahiran kembali (samsara). Keempat jalan ini adalah Jnana Yoga, Bhakti Yoga, Karma Yoga, dan Raja Yoga. Masing-masing jalan menawarkan pendekatan yang berbeda untuk mencapai tujuan spiritual tertinggi berdasarkan kecenderungan dan kemampuan individu. Dimulai dari Jnana Yoga adalah jalan menuju moksha melalui pengetahuan dan pencerahan spiritual. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang hakikat diri (Atman) dan realitas tertinggi (Brahman). Bhakti Yoga adalah jalan menuju moksha melalui cinta dan pengabdian yang tulus kepada Tuhan. Ini melibatkan hubungan emosional yang mendalam dan personal dengan Tuhan. Karma Yoga adalah jalan menuju moksha melalui tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan dilakukan tanpa keterikatan pada hasil. Melakukan tugas dan kewajiban sehari-hari dengan sikap tidak mementingkan diri sendiri dan tanpa mengharapkan hasil. Melihat semua tindakan sebagai sama pentingnya, tanpa memandang besar kecilnya tindakan tersebut dalam pandangan duniawi. Dan yang terakhir adalah Raja Yoga adalah jalan menuju moksha melalui disiplin diri, meditasi, dan pengendalian pikiran dan tubuh. Ini sering dikaitkan dengan ajaran Patanjali dalam Yoga Sutra.
Moksha, sebagai tujuan tertinggi dalam agama Hindu, membawa berbagai manfaat bagi jiwa yang mencapainya. Mulai dari kebebasan dari penderitaan dan ketidaksempurnaan duniawi berarti mengakhiri segala bentuk penderitaan fisik, mental, dan emosional yang dialami dalam siklus kelahiran kembali (samsara). Manfaat utama dari kebebasan ini meliputi pembebasan dari samsara, Siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali membawa berbagai bentuk penderitaan. Moksha mengakhiri siklus ini, menghindarkan jiwa dari penderitaan yang berulang. Setiap kelahiran membawa tantangan baru yang berakar pada karma masa lalu. Dengan moksha, karma tidak lagi mempengaruhi jiwa, sehingga penderitaan ini terhapus. Kemudian ada Penghapusan karma, Jiwa tidak lagi dibebani oleh konsekuensi tindakan masa lalu, memungkinkan kebebasan sejati dari penderitaan. Dan manfaat yang paling utama ialah penyatuan dengan brahma. Penyatuan dengan Brahman adalah manfaat tertinggi dari moksha, di mana jiwa individu (Atman) menyadari kesatuannya dengan realitas tertinggi (Brahman). Manfaat antara lain Advaita (Non-Dualitas) yang mana Dalam keadaan moksha, jiwa menyadari bahwa dirinya dan Brahman adalah satu, tidak ada perbedaan atau dualitas. Realisasi ini membawa pemahaman mendalam bahwa semua keberadaan adalah manifestasi dari satu realitas tertinggi, mengakhiri semua perasaan keterpisahan atau alienasi. Melalui jalan-jalan spiritual seperti Jnana Yoga, Bhakti Yoga, Karma Yoga, dan Raja Yoga, individu dapat mengejar dan mencapai moksha, meraih kebebasan, kebahagiaan, kedamaian, dan penyatuan yang sejati dengan Brahman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H