Mohon tunggu...
Blasius P. Purwa Atmaja
Blasius P. Purwa Atmaja Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan dan Pembelajar

Staf Pengajar di Yayasan TNH Kota Mojokerto. Kepala Sekolah SMP Taruna Nusa Harapan Kota Mojokerto. Kontributor Penulis Buku: Belajar Tanpa Jeda. Sedang membentuk Ritual Menulis. Email: blasius.tnh@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Hebat Indonesia Kuat: Harapan dan Tantangan bagi Para Guru

25 November 2024   00:07 Diperbarui: 25 November 2024   00:17 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Mengajar di Kelas (dokpri)

Setelah jeda cukup lama tidak membuat tulisan untuk Kompasiana,  momen spesial peringatan Hari Guru Nasional 2024 ini seolah mewajibkan saya untuk menulis. Pertama tentu karena ini adalah peringatan untuk profesi yang saya jalani selama ini. Peristiwa peringatan ini bisa digunakan untuk merenungkan kembali profesi, tugas, dan panggilan sebagai pengajar, pendidik, sekaligus pembimbing yang melekat pada profesi guru. Kedua, dengan adanya perkembangan tuntutan zaman, guru zaman sekarang tentu sudah berbeda jauh dengan tuntutan, kewajiban, dan tanggung jawab guru di masa lalu.

Jika dikaitkan dengan tema besar peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2024, yaitu "Guru Hebat, Indonesia Kuat" muncul pertanyaan  guru hebat itu seperti apa? Mengapa dihubungkan dengan Indonesia Kuat? Dalam tema tersebut sebenarnya termuat sanjungan, harapan, motivasi, sekaligus tantangan bagi para guru. 

Dalam bayangan saya, guru hebat adalah guru yang memiliki keterampilan serta mampu menginspirasi para siswanya dalam penguasaan enam literasi dasar, mengajarkan cara berpikir kritis dan memecahkan masalah, mengembangkan kreativitas, menumbuhkan semangat kolaborasi dan komunikasi.

Selain itu, guru hebat juga harus mampu mengajari siswa untuk memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi perubahan zaman dan perubahan lingkungan dengan memupuk rasa ingin tahu, mengajak siswa untuk punya inisiatif, mengajarkan kegigihan, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, dan memiliki kesadaran sosial dan budaya. Semua yang saya tulis itu saya ambil dari dokumen 16 keterampilan abad ke-21 yang disepakati oleh World Economic Forum sejak tahun 2015.

Sementara itu, karakter dalam versi Indoneisa menurut Kurikulum Merdeka sudah dirumuskan dalam bentuk Profil Pelajar Pancasila. Mulai dari beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif, dan bernalar kritis. Itu semua yang harus diajarkan dan dibiasakan sebagai karakter setiap siswa di Indonesia. Untuk bisa menguasai itu semua, guru harus selalu belajar mengembangkan diri dengan berbagai cara. 

Guru Bertugas Mengajar, Mendidik, dan Membimbing

Sebagai seorang guru sudah sewajarnya jika kami bekerja secara profesional sesuai dengan latar belakang pendidikan. Untuk bisa bekerja secara profesional, kami harus selalu mengikuti perkembangan zaman, selalu menyesuaikan diri, termasuk mengikuti tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Belajar tentang perkembangan konten mata pelajaran, pendekatan, dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan perkembangan kurikulum.

Di dalam melaksanakan tugasnya guru tidak bisa berangkat ke sekolah dengan tangan kosong. Guru harus merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, dan mengevaluasi pembelajaran, baik formatif maupun sumatif. Tugas dan kewajiban seperti ini kadang tidak bisa selesai jika hanya dibatasi jam kerja di sekolah. Guru sudah terbiasa mengerjakan berbagai hal tersebut di rumah, di luar jam kerja.

Selain memiliki tugas profesional mentransfer ilmu pengetahuan sesuai dengan latar belakang keilmuannya, di sela-sela proses pembelajaran guru juga memiliki peran mendidik para siswa dalam penanaman karakter. Apapun bentuk, nama, dan istilahnya, pendidikan karakter ini juga menjadi tanggung jawab seorang guru. Dalam hal ini, guru harus bisa menjadi teladan karakter baik yang akan ditanamkan kepada para siswanya.

Dalam proses menanamkan karakter ini tidak jarang tindakan guru disalahtafsiri oleh orang tua. Peristiwa orang tua yang tidak terima dengan perlakuan guru terhadap siswanya sudah sering terjadi. Jika perlakuan guru itu memang sebuah pelanggaran, wajar orang tua protes dan tidak terima. Akan tetapi, jika perlakuan guru merupakan bagian dari proses pendidikan dan penanaman karakter tentu protes  orang tua menjadi sesuatu yang reaktif dan berlebihan. Baik orang tua maupun guru harus sama-sama mawas diri dalam hal ini. Terlebih lagi jika siswa menyampaikan kabar yang tidak sesuai faktanya kepada orang tua dan itu dijadikan dasar tanpa proses cek dan recek, tentu ini salah besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun