Seorang guru mempunyai tanggungjawab untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Adanya program peningkatan kualitas guru seperti yang dilakukan TANOTO FOUNDATION secara tidak langsung harusnya meningkatkan tanggungjawab seorang guru tersebut. Tanggungjawab tersebut dapat dipenuhi oleh seorang guru dengan aktif turut serta meningkatkan kualitas pendidikan.Salah satu wujud keaktifan tersebut dapat dilakukan dengan cara menulis.
Mengapa Seorang Guru Harus Menulis?
Seorang guru yang menulis akan membawa dampak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kualitas pendidikan di Indonesia. Dampak guru menulis tidak hanya dirasakan oleh guru tersebut saja. Akan tetapi, hal ini akan dapat dirasakan oleh murid, sekolah, bahkan bangsa dan negara ke depannya.
Pertama, untuk melatih, menjaga, dan mengembangkan pemikiran seorang guru.
Menulis merupakan salah satu upaya agar pemikiran seseorang dapat terlatih, terjaga,dan juga berkembang. Untuk dapat menulis maka seseorang harus memperoleh informasi, yang dapat diperoleh salah satunya dari buku. Dengan demikian pengetahuannya akan terus bertambah dan pemikirannya terus berkembang.Dengan demikian, dengan menulis maka pemikiran guru tidak akan menjadi tumpul. Pemikiran yang tajam dari seorang guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan guru yang berpikiran tajam, pertanyaan dari murid akan dapat dijawab dengan lebih tepat dan baik. Menulis akan membantu guru lebih sabar dalam menghadapi muridnya. Karena, saat menulis membutuhkan kesabaran dari seorang guru agar tercipta tulisan yang baik. Selain itu, pengetahuan tambahan yang didapat dari proses menulis akan memberikan pemahaman yang lebih baik bagi seorang guru. Hal ini diperlukan agar guru lebih paham dan peka terhadap murid dan perubahan-perubahan (lingkungan) yang ada. Dengan pemahaman yang baik pula, maka seorang guru akan dapat berkontribusi dalam sistem pendidikan. Dengan cara memberikan pendapatnya mengenai apakah suatu pembelajaran tepat dan baik untuk diberikan dan diterapkan.
Kedua, Membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan kondisi murid dan lingkungan
Selain dengan memberikan pendapat bagi sistem pendidikan, seorang guru dapat pula berkontribusi untuk tingkat yang lebih kecil, untuk tempat mengajarnya. Perbedaan distribusi pendidikan yang ada saat ini mengakibatkan ketidaksesuaian apabila standar nasional diterapkan untuk semua daerah. Hal ini juga berlaku untuk buku teks yang ada. Guru adalah orang yang lebih memahami dan mengerti situasi dan kondisi murid dan lingkungannya daripada kementrian pendidikan. Buku yang diterbitkan oleh kementrian pastinya tidak akan tepat apabila diberikan pada semua daerah. Untuk daerah terpencil akan lebih sukar dalam memahami buku dari kementrian yang dibuat standar nasional. Dengan demikian, dengan adanya guru menulis maka buku teks dari kementrian akan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada pada suatu daerah. Apabila buku disesuaikan oleh guru, maka penyampaian (kata-kata, gambar, dll) dan maksud dari ajaran dalam buku tersebut akan dapat lebih mudah dipahami oleh muridnya. Selain itu, dengan guru menulis maka guru dapat membuat buku lain yang tidak dikeluarkan kementrian. Buku tersebut akan lebih membantu murid dalam kehidupan di lingkungan suatu daerah. Misalnya, untuk daerah pegunungan seorang guru dapat membuat buku/tulisan mengenai cara bertanam yang baik dan mengenai pelestarian lingkungan hutan.
Ketiga, Medorong murid untuk menulis
Seorang murid akan mengikuti apa yang dilakukan oleh seorang guru. Apabila guru tersebut menulis maka murid juga akan mengikutinya. Dengan membiasakan murid mencontoh guru untuk menulis dimulai sejak pendidikan dasar merupakan hal yang baik. Dengan kebiasaan tersebut maka seorang murid akan terus melanjutkan kebiasannya hingga pendidikan tinggi atau lebih. Hal ini diperlukan bagi Indonesia. Mengingat, jumlah karya tulis yang dipublikasi di Indonesia bisa dibilang sangat sedikit, kalah dengan Malaysia. Dengan membiasakan murid menulis sejak pendidikan dasar maka ia akan siap nantinya ketika menulis di perguruan tinggi atau lebih. Dengan kebiasaan ini, nantinya diharapkan jumlah karya tulis di Indonesia dapat meningkat. Selain itu, hal ini juga dapat untuk meningkatkan banyaknya hasil pemikiran-pemikiran yang berasal dari Indonesia.
Keempat, Mendorong murid tidak melakukan plagiatisme
Sama dengan yang ketiga, dimana seorang murid akan mengikuti apa yang dilakukan gurunya. Dengan membangun kebiasaan menulis maka seorang murid diharapkan tidak melakukan plagiatisme. Kemudahan mencari informasi saat ini mengakibatkan murid enggan untuk menulis dan memilih melakukan COPY and PASTE dalam membuat tugasnya. Kasus plagiatisme di perguruan tinggi saat ini sudah banyak. Dengan membiasakan murid (dengan mencontoh gurunya) untuk menulis maka kasus plagiatsme ini dapat berkurang nantinya. Selain itu, hal ini juga untuk mencegah murid melakukan plagiatisme. Dengan menulis, guru dapat pula memberikan sosialisasi mengenai plagiatisme. Dengan sosialisasi ini murid akan lebih dini mengenal dan memahami mengenai plagiatisme. Mengingat, pendidikan dasar hingga menenga di Indonesia tidak semuanya mengajarkan tentang plagiastime. Dimana, mengakibatkan rendahnya pengetahuan mengenai hal ini. hal ini tidak lain untuk menciptakan Indonesia yang bebas dari plagiatisme.
Besarnya manfaat dari seorang guru yang menulis, hendaknya seorang guru juga mulai menulis. Untuk memulai, tidaklah perlu tulisan yang terlalu bagus. Tulisan yang bermanfaat dan bebas plagiatisme adalah hal yang baik untuk dilakukan oleh guru, baik yang belum atau pun sudah menulis. Jangan sampai, tulisan seorang guru merupakan hasil plagiatisme.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI