Mohon tunggu...
oktav obvious
oktav obvious Mohon Tunggu... -

definitely blank...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Medical Doctor... The Dangerous Profession

9 Agustus 2010   22:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

susan susan susan kalau gede mau jadi apa?aku kepingin pinter biar jadi dokter

kalau, kalau, kalau jadi dokter kamu mau apa? mau nyuntikin orang biar njus...njus...njus

Seorang dokter memang dituntut sebagai pribadi berintelektual tinggi, mempunyai kemampuan interpersonal (kepada pasien) yang baik pula. Sedikit arogansi juga diperlukan sehingga dapat memasukkan instruksi-instruksi dan doktrin kesehatan kepada pasien. Pribadi yang baik hati sesuai dengan sumpah Hipocrates " do not harm" apapun yang mereka lakukan, entah pemeriksaan, pemberian suntikan atau obat-obatan sedapat mungkin tidak menyakiti pasien.

[caption id="attachment_221066" align="alignleft" width="300" caption="sumber:countrymd.com"][/caption]

Kenyataan ini mungkin jarang kita temui atau mungkin sering anda temui pada dokter di indonesia. sebuah perumpamaan berkisah katanya dalam kehidupan seorang dokter sangat lah dekat dengan surga dan neraka, disebut-sebut bila tindakannya mulia dan embantu orang lain bahkan yang miskin sekalipun pastilah masuk surga, tapi bila dokter sering melakukan kesalahan, dia tidak dapat diadili, karena tembok persejawatan yang ada, dan segala tindakan dokter ke pasien hanya di dan tuhan yang tahu, bila terdapat kesalahan dalam tindakan semuanya bis berubah sekejap mata(masuklah dia neraka).

Ramainya Malpraktek dengan beragam tuntutan tidak menjadikan profesi ini gentar malahan semain banyak dibangun fakultas kedokteran dengan mutu yang belum di ketahui(urung ono luluswan kok). cobalah bandingkan berapa fakultas kedokteran di luar negri, makanya lulusan Indonesia sering dianggap second class doctor, disini terasa lebih gampang menjadi dokter, bahkan warga negri jiran malaysia yang tidak diterima di malaysia sekolahnya di Indonesia, jadi yang pinter-pinter lagi...entahlah apa yang salah dari pendidikan kita.

Sehingga sebagai pasien baiklah kita pun perjuangkan hak-hak kita, hak bertanya, hak mengetahui apa fungsi obat yang diberikan pada kita, atau fungsi suntikan,hak mendapatkan second opinion dan hak untuk memilih pilihan pengobatan atau tindakan serta hak untuk menuntut, sehingga kita bolehlah saling jaga, dokter menjaga kesehatan pasien, pasien menjaga kompetensi seorang dokter agar tidak tertinggal perkembangan zaman...

mohon maaf bila ada kata-kata yang berkenan...hanya sebuah refleksi pengalaman pribadi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun