Arthur Schopenhauer lahir pada tanggal 22 Februari 1788 di Danzig (sekarang Gdansk, Polandia) dari seorang saudagar makmur, Heinrich Floris Schopenhauer, dan istrinya yang jauh lebih muda, Johanna.Â
Keluarganya pindah ke Hamburg ketika Schopenhauer berusia lima tahun, karena ayahnya, seorang pendukung pencerahan dan cita-cita republik, menganggap Danzig tidak cocok setelah aneksasi Prusia. Ayahnya ingin Arthur menjadi pedagang kosmopolitan seperti dirinya dan karenanya sering bepergian bersama Arthur di masa mudanya.Â
Ayahnya juga mengatur agar Arthur tinggal bersama keluarga Prancis selama dua tahun ketika dia berusia sembilan tahun, yang membuat Arthur menjadi fasih berbahasa Prancis.Â
Sejak usia dini, Arthur ingin mengejar kehidupan sebagai sarjana. Daripada memaksanya untuk menjalani kariernya sendiri, Heinrich menawarkan tawaran kepada Arthur: anak laki-laki itu bisa menemani orang tuanya berkeliling Eropa, setelah itu dia akan magang dengan seorang pedagang, atau dia bisa menghadiri gimnasium sebagai persiapan untuk masuk universitas. .Â
Arthur memilih opsi pertama, dan kesaksiannya secara langsung dalam perjalanan ini mengenai penderitaan mendalam masyarakat miskin membantu membentuk pandangan filosofisnya yang pesimistis.
Salah satu konsep sentral dalam pemikiran Schopenhauer adalah ide bahwa kenyataan terbagi menjadi dua aspek: kehendak (Will) dan representasi (Representation).Â
Kehendak adalah sumber dari segala fenomena, suatu kekuatan yang tak terbatas, tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia, dan menjadi dasar dari segala tindakan manusia.Â
Kehendak Schopenhauer adalah sesuatu yang fundamental, mendasari segala bentuk kehidupan. Ini bukan hanya tentang dorongan manusia untuk memperoleh sesuatu, tetapi kekuatan yang menggerakkan segala sesuatu dalam alam semesta ini. Schopenhauer membandingkan konsep ini dengan konsep Brahman dalam filsafat Hindu atau dengan konsep Tao dalam Taoisme.
Representasi, di sisi lain, adalah cara di mana kita mempersepsikan dunia - segala sesuatu yang kita lihat, dengar, sentuh, dan pikirkan. Menurut Schopenhauer, representasi adalah bagaimana kehendak tersebut mengungkapkan dirinya kepada kita sebagai makhluk yang terbatas. Kita tidak dapat mengetahui kehendak itu sendiri, tetapi kita bisa melihat efeknya melalui representasi yang ada di dalam dan di sekitar kita.
Schopenhauer percaya bahwa kehendak adalah sumber penderitaan manusia karena keinginan yang tidak terbatas yang dimiliki manusia. Dia menyatakan bahwa keinginan yang tak terpuaskan akan selalu menyebabkan ketidakpuasan, penderitaan, dan kekecewaan.Â
Menurutnya, pembebasan dari penderitaan ini dapat dicapai melalui penolakan akan keinginan atau kehendak tersebut. Dia menyarankan bahwa melalui kesadaran diri, meditasi, atau kebijaksanaan, seseorang dapat mencapai kedamaian dengan membebaskan diri dari dominasi kehendaknya sendiri. Selain itu, Schopenhauer juga mengembangkan pandangannya tentang seni.Â