Mohon tunggu...
Blandinna Octaviany Aya
Blandinna Octaviany Aya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Filsafat Nietzsche "Kehendak Untuk Berkuasa"

25 November 2023   20:33 Diperbarui: 25 November 2023   20:43 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Filsafat Nietzsche, juga dikenal sebagai filsafat nihilisme Nietzsche atau filsafat eksistensialisme, adalah sebuah konsep filsafat yang dikembangkan oleh filsuf Jerman Friedrich Nietzsche. Nietzsche dikenal sebagai salah satu filsuf paling berpengaruh di abad ke-19 dan dianggap sebagai bapak filsafat kontinental modern.

Filsafat Nietzsche menekankan pada kritik terhadap nilai-nilai tradisional, seperti agama, moralitas, dan kebenaran objektif. Ia menganggap bahwa nilai-nilai ini telah menyebabkan penghancuran individu dan penciptaan masyarakat yang kaku dan otoriter. Nietzsche percaya bahwa kehidupan manusia harus mengikuti kehendak untuk berkuasa (will to power) dan mengesampingkan pembatasan-pembatasan moral yang ada.

Filsafat Nietzsche sangat kontroversial dan sering kali disalahartikan. Beberapa orang menganggap Nietzsche sebagai seorang nihilis yang menolak segala bentuk nilai atau kenyataan objektif. Namun, ada juga yang menginterpretasikan Nietzsche sebagai seorang kritikus yang ingin membebaskan manusia dari nilai-nilai yang membatasi kehidupan mereka dan memungkinkan mereka untuk mencapai potensi terbesar mereka.

Salah satu pemikiran filsafat Nietzsche yang terkenal adalah "Kehendak Untuk Berkuasa". Kehendak untuk berkuasa merupakan pemikiran fundamental dari Nietzsche. Bisa juga dikatakan sebagai dasar dari pemikirannya, dan ini akan berpengaruh terhadap pemikiran pemikiran yang lainnya. Dasar dari seluruh pemikirannya ialah kehendak untuk berkuasa. Dalam hal ini yang dimaksud dari kehendak untuk berkuasa  adalah sebuah energi yang berada didalam diri manusia, dan kehendaklah yang mempengaruhi segala sesuatu yang ada diluar. Karena kehendak bekuasa merupakan sesuatu yang mendorong atau juga memerintah dan sekaligus patuh.

Kehendak untuk berkuasa merupakan teori yang dilontarkan oleh Nietzsche bertujuan agar manusia beranjak dari ketakutan-ketakutanya, dan menyadarkan bahwa yang selama ini dianggap benar dan mapan oleh kita, belum sepenuhnya benar dan mapan. Dikarenakan ketika kita berhenti dalam satu titik zona nyaman, maka kemajuan tidak akan pernah tercipta. sedangkan perkembangan peradaban dan budaya semakin maju. Kehendak untuk berkuasa merupakan hakikat dari dunia, manusia, dan ada. 

Pengertian kehendak yang diartikan sebagai kekuatan memerintah seperti yang dijelaskan di atas, otomatis ada yang diperintah atau pasif, maka kata Nietzsche dalam kepasifan itu harus ada kekuatan merintah juga, maka dari itu kehendak untuk berkuasa bersifat memerintah dan menaati yang dimaksud menaati disini bukan berarti dia selalu tergantung dia juga punya pertimbangan dan pendangannya sendiri, jadi ketaatan itu menjadi tidak tergantung pada pola yang merintah. kehendak yang dimaksudkan Nietzsche bukanlah sebagai kehendak yang bersifat negatif, tapi kehendak ini adalah kehendak untuk menjadikan manusia menjadi manusia yang unggul.

Kehendak tidak hanya berada pada satu segi dan bentuk, tapi juga ada dalam setiap tindakan manusia. Penjelasan tindakan kehendak pertama-tama menurut Nietzsche ialah terdapat keragaman perasaan, yaitu perasaan tentang kondisi di mana kita bergerak menjauh dan perasaan tentang kondisi dimana kita bergerak menuju. Dan juga perasaan lain dalam otot di mana tanpa kita benar-benar menggerakkan tubuh kita yang telah menjadi kebiasan kita sehari-hari, hal ini ikut berperan dan muncul dari semacam kebiasaan, kapanpun kita berkehandak. Kedua, seperti halnya menurutnya selain perasaan yang harus dikenali, pikiran pun juga harus dikenali sebagai salah satu unsur kehendak. Dalam semua tindakan kehendak terdapan suatu pikiran yang memerintah atau mengaturnya. 

Dari pikiran ini kita akan mendapat sebuah titik temu dan akan menciptakan sebuah kehendak baru. Ketiga, ialah bahwa kehendak bukan hanya kumpulan dari perasaan dan pikiran, namun juga kehendak adalah suatu emosi, terlebih lagi emosi memerintah. Maka oleh karenanya cukup komplit pembahasan tentang tindakan kehendak, dan lagi menurut Nietzsche bahwa orang yang berkehendak ialah orang yang memerintah dalam dirinya sendiri untuk patuh atau yang dianggap patuh.

Ada beberapa kesalah pahaman dalam memahami kehendak untuk berkuasa, yaitu diartikan sebagai provokasi politik. Padahal pada kenyataannya pemahaman ini cukup bertentangan dengan pendapat Nietzsche yang menolak terhadap negara, menurutnya negara hanyalah merupakan kesatuan orang-orang yang hidupnya setengah setengah. Dikarenakan dalam negara dimana manusia tidak bebas melakukan kehendaknya, disitu terdapat berbagai macam aturan dan kewajiban yang memaksa warganegaranya, maka negara ialah sebuah pembatasan terhadap manusia. Dengan pembatasan seperti itu maka yang akan terjadi adalah suatu penindasan, Dimana yang memiliki kekuasan dalam sebuah negara bisa memainkan perannya untuk mengubah peraturan dan kewajiban demi kepentingan diri dan kelompoknya. Maka orang yang tidak memiliki kekuasan selalu ditindas. Oleh karena itu anggapan tentang teori kehendak untuk berkuasa dianggab sebagai alat provokasi politik atau untuk merebut kekuasaan. Kehendak disisni digunakan untuk mencari sebuah kebenaran, dan menurut Nietzsche bahwa kebenaran dan pencarian itu bukanlah hal remeh; jika ada orang yang mencarinya dengan cara yang terlalu manusia ('il ne cherche le vrai que pour faire le bien'), dia tidak akan mendapatkan apa apa. Sifat manusia yang menggunakan polapikirnya yang lemah dan hanya terpaku pada pola penggabungan premis-premis dimana cara pengambil kesimpulan itu tidak akan mendapatkan apa-apa dalam mengejar kebenaran. 

Dalam pencarian kebenaran tidak hanya berpatukan kepada kebaikan, namun bisa bertolak dari kesalahan-kesalahan. Dengan mengasumsikan bahwa penjelasan tentang seluruh kehidupan Instingtual sebagai perkembangan dan perbedaan dari satu bentuk kehendak dasar (kehendak berkuasa), bahwasanya yang mempengaruhi dari segala energi kehendak ialah kehendak dasar. Maka kata Nietzsche "kita telah memperoleh hak untuk mengatakan dengan tanpa ragu semua energi efektif sebagai: Kehendak Untuk Berkuasa".

Nama : Blandinna Octaviany Aya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun