Mohon tunggu...
Blandinna Octaviany Aya
Blandinna Octaviany Aya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemahaman Dialektika Hegel dalam Kehidupan Sehari Hari

19 November 2023   19:52 Diperbarui: 19 November 2023   19:55 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tokoh Filsafat Dialektika Georg Wilhelm Friedrich Hegel  adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Wurttemberg. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya antara lain F. H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx, dan yang menentangnya antara lain, Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling. Dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali memperkenalkan gagasan dalam filsafat, bahwa Sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni  masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain dalam proses pencapaian kesadaran diri.

Karya-karya pemikirannya menunjukkan ketajaman serta keseimbangan daya berpikir yang luar biasa. Bagi Hegel tugas utama filsafat adalah memahami kenyataan sebagaimana adanya. Dia berkeyakinan bahwa kebenaran secara menyeluruh atau bagian-bagian dari kebenaran dapat ditelaah melalui penalaran yang wajar serta dimengerti. Pemikiran Hegel tidak bisa dilepaskan dalam dialektika antara tesis, antitesis dan sintesis. Dalam bukunya Philosphy of Right, negara dan masyarakat sipil ditempatkan dalam kerangka dialektika itu yaitu keluarga sebagai tesis, masyarakat sipil sebagai antitesis dan negara sebagai sintesis. Dialektika itu bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama akan adanya kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena cinta berhasil mempersatukan kehendak. Konsekuensinya, barang atau harta benda yang semula milik dari masing-masing individu menjadi milik bersama. Akan tetapi, keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu (anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan keluarga dan masuk dalam kelompok individu-individu yang lebih luas yang disebut dengan masyarakat sipil (Civil Society). Individu-individu dalam masyarakat sipil ini mencari penghidupannya sendiri-sendiri dan mengejar tujuan hidupnya sendiri-sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga yang bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif.

Meskipun logika pemikiran Hegel nampak bersifat linear, namun Hegel tidak bermaksud demikian. Hegel memaksudkan bahwa dalam kerangka dialektika antara tesis, antitesis dan sintesis. Dalam kerangka teori dialektikanya ini, Hegel menempatkan masyarakat sipil di antara keluarga dan negara. Dengan kata lain, masyarakat sipil terpisah dari keluarga dan dari negara.

Masyarakat sipil bagi Hegel digambarkan sebagai masyarakat pasca Revolusi Perancis yaitu masyarakat yang telah diwarnai dengan kebebasan, terbebas dari belenggu feodalisme. Dalam penggambaran Hegel ini, Civil Society adalah sebuah bentuk masyarakat dimana orang-orang di dalamnya bisa memilih hidup apa saja yang mereka suka dan memenuhi keinginan mereka sejauh mereka mampu. Negara tidak memaksakan jenis kehidupan tertentu kepada anggota Civil Society seperti yang terjadi dalam masyarakat feodal karena negara dan Civil Society terpisahkan. Masyarakat sipil adalah masyarakat yang terikat pada hukum. Hukum diperlukan karena anggota masyarakat sipil memiliki kebebasan, rasio dan menjalin relasi satu sama lain dengan sesama anggota masyarakat sipil itu sendiri dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka. Hukum merupakan pengarah kebebasan dan rasionalitas manusia dalam hubungan dengan sesama anggota masyarakat sipil. Tindakan yang melukai anggota masyarakat sipil merupakan tindakan yang tidak rasional.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman dialektika Hegel dapat digunakan untuk mengenali dan mengatasi konflik dan perubahan. Misalnya, dalam konteks politik, pemahaman dialektika dapat membantu menganalisis perubahan dalam sistem politik dan upaya untuk mencapai sintesis yang lebih baik melalui dialog dan kompromi. Pemahaman dialektika Hegel juga dapat diterapkan dalam hubungan interpersonal dan budaya. Ketika ada perbedaan pendapat atau konflik dalam hubungan, memahami dialektika dapat membantu dalam menemukan pemahaman yang lebih inklusif dan mempromosikan pertumbuhan pribadi dan kollektif. Namun, penting untuk diingat bahwa pemahaman dialektika Hegel tidak harus diterapkan dengan cara yang dogmatis atau absolut. Konstruksi sintesis baru dapat bervariasi tergantung pada konteks dan nilai-nilai yang terlibat, sehingga pemahaman dialektika perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang spesifik.

Dialektika adalah sebuah konsep filosofis yang menggambarkan interaksi antara dua atau lebih kekuatan yang saling bertentangan atau berlawanan dalam suatu proses. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, konsep dialektika dapat diterapkan dalam beberapa hal, antara lain, Perdebatan, dalam situasi perdebatan, dua atau lebih pandangan atau pendapat yang berlawanan akan saling berinteraksi. Melalui proses dialektika, argumentasi dan penjelasan yang saling bertentangan dapat membantu membuat keputusan yang lebih baik atau mencapai pemahaman yang lebih mendalam. Percintaan, dalam hubungan percintaan, terjadi interaksi antara kebutuhan emosional individu dengan keinginan dan harapan pasangannya. Seringkali terjadi konflik atau perbedaan pendapat dalam percintaan, dan melalui dialektika, pasangan dapat mencapai kompromi atau mencapai pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan masing-masing. Situasi konflik, dalam situasi konflik seperti konflik antar kelompok atau negara, terdapat pertentangan antara kepentingan yang berbeda. Dialektika dapat membantu dalam mencari solusi yang adil atau menemukan titik temu antara dua pihak yang berkonflik. Pembelajaran, dalam proses pembelajaran, interaksi antara siswa dan guru juga dapat dianggap sebagai dialektika. Guru menyampaikan informasi dan pandangan yang berbeda dalam pembelajaran, dan siswa berinteraksi dengan materi tersebut melalui pemikiran kritis dan penelitian. Melalui dialektika ini, pemahaman yang lebih baik dapat dicapai. Pembangunan pribadi, dalam pengembangan diri, individu seringkali menghadapi pertentangan atau perbedaan antara keinginan mereka saat ini dengan tujuan atau nilai-nilai jangka panjang mereka. Dialektika dapat membantu individu mempertimbangkan kepentingan jangka pendek dan jangka panjang, serta menemukan jalan tengah yang memungkinkan mereka untuk tumbuh dan berkembang.

Dalam semua konteks ini, dialektika melibatkan proses konfrontasi, konflik, dan interaksi yang bertujuan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, penemuan solusi yang memungkinkan semua pihak terlibat merasa puas atau menghasilkan pertumbuhan dan perubahan yang positif.

Nama : Blandinna Octaviany Aya

NIM    : 1512300008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun