kata orang perasaan cinta itu bisa datang kapan saja, dimana saja, siapa saja, dan kepada siapa saja, tidak mengenal status dan golongan. cinta itu tidak bisa disamakan dengan perasaan suka biasa, karena cinta jauh lebih dalam. aku sendiri belum pernah merasakannya jadi aku tidak terlalu mengetahui tentang perasaan cinta. aku berharap masa sma ini aku menemukan sesorang yang bisa membuatku jatuh cinta meskipun bukan menjadi prioritas.Â
ini adalah hari pertama aku bersekolah sebagai siswa sma, aku berangkat menuju sekolah menggunakan sepeda ontel tua yang telah aku perbaiki sebelumnya, meski jarak rumah dengan sekolahku cukup jauh sekitar 15km bukanlah hal berat untukku yang sudah terbiasa bekerja keras memeras keringat dan banting tulang.
setelah kurang lebih satu jam akhirnya aku sampai juga di sekolah, aku bergegas menuju tempat parkir sepeda yang letaknya berada di bangunan belakang tempat parkir motor. meski belum cukup umur, ternyata para siswa sma lainnya lebih banyak menggunakan sepeda motor, bahkan bisa ku perkirakan kalau yang menggunakan sepeda motor lebih dari 90%.Â
dengan jarak yang cukup jauh, sebetulnya akan lebih cepat jika aku menggunakan sepeda motor, namun sayangnya aku tidak memiliki motor, hanya sepeda ontel ini sajalah yang bisa mengantarkanku ke tempat sekolah. orang tuaku hanya bekerja sebagai penyadap karet yang penghasilannya kadang tidak menentu, bahkan ketika hari sedang hujan sudah pasti tidak ada penghasilan yang di dapat, itulah sebabnya aku hanya memiliki sepeda ini.
aku punya cita-cita untuk sekolah setinggi mungkin agar dimasa yang akan datang aku memiliki pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan lebih baik, aku yakin orang tuaku akan bahagia melihat anaknya sukses. jadi prioritas utamaku adalah mendapatkan nilai sebaik mungkin atau kalau bisa menjadi yang terbaik agar aku bisa mendapatkan beasiswa masuk universitas.
biaya pendidikan di sma ini sebetulnya cukup murah yaitu hanya 75.000 perbulan, namun bagi keluargaku jumlah itu cukup banyak, belum lagi uang jajan yang harus dikeluarkan setiap hari kecuali hari minggu, sudah pasti sangat memberatkan beban orang tuaku, apalagi aku masih memiliki adik yang juga masih sekolah.Â
aku mengerti keadaan ekonomi keluargaku, makanya setelah lulus smp, aku tidak langsung melanjutkan ke sma, melainkan fokus bekerja mencari uang dan menabung untuk biaya sekolah di sma, meski tidak bisa memenuhi seluruh biaya selama 3tahun namun setidaknya itu bisa meringankan beban orang tuaku.
setelah memarkir sepeda, aku kemudian berjalan menyusuri koridor melewati beberapa ruangan dan bangunan menuju ruang kelas yang berada paling ujung bangunan yaitu kelas XF. koridor ini tampak ramai dengan lalu lalang siswa, puluhan wajah yang tak ku kenal menghiasi kornea mataku, kadang aku melemparkan senyum pada mereka yang tak sengaja beradu pandang, meskipun tak semuanya membalas senyum tulusku. aku tidak peduli dengan itu, tersenyum membuatku merasa tenang dan menghilangkan canggung.
langkahku terhenti di depan kelas yang bertuliskan XF, kulihat masih banyak siswa yang berada di luar kelas, mereka tampaknya sedang membicarakan sesuatu atau bergurau. tebakanku, mereka adalah teman satu kelas saat smp atau teman satu kampung. aku kemudian lewat diantara mereka langsung masuk ke dalam ruang kelas.
jam menunjukkan pukul 7.30, sebuah pengeras seuara mengeluarkan perintah agar segera menuju lapangan sekolah untuk melaksanakan upacara bendera. Â kemudian aku begegas memasng topi dan berjalan keluar kelas menuju lapangan sekolah bersama teman-teman sekelas lainnya. beberapa orang yang tadi terlibat obrolan masih melanjutkan pembicaraan sambil berjalan.Â
setiba di lapangan sekolah, seseorang dari kami diminta untuk menjadi ketua kelompok dan mengatur barisan agar terlihat rapi, dimulai dari yang paling pendek di depan hingga yang paling tinggi di belakang, dan akulah yang berada di belakan, punya tinggi yang lebih selalu memiiki keuntungan untuk berada pada barisan belakang dan terhindar dari panasnya terik matahari yang tertutup rimbunnya pohon.