Mohon tunggu...
Adinda Firyna
Adinda Firyna Mohon Tunggu... lainnya -

"khairunnas anfa'uhum linnas" (sebaik-baik manusia adalah ia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Si Manis, Kucing Kesayangan Kakek yang Setia Menunggu Majikannya Sebelum Penguburan.

26 Mei 2011   15:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tigabelas tahun yang lalu tepatnya saat aku kelas 3 SMP, tepatnya setelah EBTANAS sekolah kakekku meninggal dunia tanpa rasa sakit apapun. Alhamdulillah saat itu kakekku juga tidak menderita sakit berat kecuali batuk atau penyakit lansia biasa.


Siang itu aku tidur di ranjang nenek yang bersebelahan dengan ranjang kakekku, kakek juga tidur siang. Dalam tidurku aku bermimpi bahwa kakekku meninggal dunia, aku menangis dalam mimpi yang kemudian aku terbangun dalam keadaan pipiku basah, ternyata aku menangis beneran cepat-cepat kuseka air mata jangan sampai orang lain tahu apalagi nenekku yang saat itu sedang membuatkan kolak ketela dan pisang untuk kakekku.

Sambil menyeka air mataku kulihat kakekku masih terbaring di ranjang, aku bernafas lega. 15 menit kemudian kakekku bangun lalu ia buang air seni (pipis) di ember yang telah disiapkan dibawah ranjang karena kakek lemah saat itu. Setelah pipis kakekku langsung terbaring diranjang seperti orang pingsan bruk aku kaget karena sejak tadi memang aku perhatikan apa yang dilakukan kakek. Dengan kaki masih menjulang di lantai (tubuh bagian atas saja yang terbaring di ranjang) aku hampiri kakek, aku goyang-goyangkan badannya ia tak gerak sama sekali, aku mulai menangis setengah teriak ku panggil nenek di dapur, "Nek cepat kesini liat keadaan kakek". Nenekku datang dan ikut menggoyangkan tubuh kakekku tetapi kakek tetap diam, spontan nenek menjerit histeris lalu menangis. Tetangga mulai berdatangan tak percaya bahwa kakek telah meninggal. Sore itu juga diumumkan di masjid kalau kakek telah meninggal.


Melihat banyak orang berdatangan kucing kesayangan kakek yang biasa di panggil nis-nis itu (maksudnyaa si manis) mondar-mandir di sekitar orang yang melayat. Kakek tidak langsung dimakamkan tetapi esok harinya karena menunggu kerabat kakek yang dari jauh. Berarti malamnya kita membaca Surat Yasin. Tubuh kakek di baringkan di ruang tengah di mana seluruh anggota membaca surat Yasin, kepala di sebelah utara dan kaki di selatan. Di utara nya kepala kakek ada sebuah bangku (seperti kursi di SD) yang disitu dinyalakan penerangan minyak tanah atau ublik. Yang membuat saya terkagum dan heran si Manis kucing kesayangan kakek duduk di bawah bangku menghadap jenazah kakek. Sambil membaca Surat Yasin sesekali kuperhatikan dia , posisi duduk si Manis tetap tak bergeser ataupun beranjak, dan ini berlangsug hingga azan Subuh tanpa tidur, matanya yang tajam dan menyala tetap tertuju pada jenazah kakek. Subhanallah, inilah kuasa Tuhan yang diberikan kepada si Manis. Rupanya si Manis ingin membalas budi kakek selama masih hidup karena saat kakek makan selalu memanggilnya 'nis-nis' lalu memberikan sebagian makanannya untuk dia.


Setelah 40hari almarhum kakek meninggal si Manispun menyusul mungkin ia ingin menemani kakek di sana. Semoga Kakek dan si Manis baik-baik di sana. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun