Hellenism
[caption id="attachment_67086" align="alignleft" width="220" caption=""Life is good! Make sure to enjoy it" - Epicurus"][/caption] Alberto lalu membagi pengetahuan-nya tentang Hellenisme; suatu masa berentang ratusan tahun setelah era Aristotle yang didominasi kebudayaan Yunani di tiga kerajaan Hellenistic: Macedonia, Syria dan Mesir. Zaman yang juga dikenal dengan hilangnya batas antar negara dan peradaban serta batasan antara keyakinan spiritual dan dunia filsafat.
Sophie kemudian mengetahui tentang empat tren filosofi pada kurun waktu itu : “Cynics” yang percaya bahwa kebahagiaan itu tidak ada sangkut pautnya dengan hal-hal yang bersifat material/harta benda. “Stoics” yang mempercayai bahwa ada hukum alam universal yang mengatur umat manusia. Mereka merasa bahwa setiap manusia adalah bagian dari alam semesta yang sama (monism) dan bukanlah dualism seperti pemikiran Plato. Para penganutnya seperti Cicero (106 – 43. B.C) menerima bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan, sebagai contoh - sakit dan kematian terjadi mengikuti hukum alam yang sudah seharusnya. Sedang para “Epicureans / Garden Philosophers” yang kurang memiliki minat politik, percaya bahwa kesenangan haruslah dicari dalam kehidupan tanpa lupa mempertimbangkan tingkat kepuasan dengan efek samping yang mungkin terjadi dari setiap perbuatan. Plotinus (c.205 – 270), penganut “Neoplatonistist” yang paling dikenal, menyakini bahwa alam digambarkan dengan kutub-kutub yang saling berlawanan. Yang pertama adalah “cahaya”, dinamakan “yang Esa” atau “Tuhan”. Yang satunya adalah “kegelapan”, yang didefinisikan sebagai ketiadaaan “cahaya”. Sebagian dari cahaya itu ada dalam jiwa manusia, sehingga pada dasarnya manusia adalah bagian dari yang Esa. Sophie belajar juga tentang hal mistik dimana seseorang mengalami peleburan menjadi satu dengan Tuhan-nya.
*
Kartu pos berisi ucapan selamat ulang tahun untuk Hilde lalu ditemukan Sophie. Kartu itu bercap pos 15 juni; persis dengan hari lahirnya yang ternyata juga sama dengan tanggal yang tertera di kartu pos pertama. Gadis itu kemudian bersama temannya - Joanna, pergi ke kabin sang filsuf. Disana mereka menemukan kartu-kartu lain dari ayah Hilde yang semuanya dari Libanon. Salah satunya mengatakan agar Hilde bersiap untuk bertemu Sophie. Ketakutan lalu melanda Sophie yang juga membawa cermin aneh dari kabin.
Two Cultures
Alberto mengawali surat berikutnya dengan menjelaskan bahwa bangsa Yunani dan Romawi adalah bagian dari kebudayaan Indo-Eropa, sedang Yahudi berasal dari kebudayaan Semit. Ia menjelaskan bagaimana kebudayaan yang pertama (yang meliputi hampir seluruh Eropa) dikenal dengan kepercayaan pada banyak Tuhan – Pantheism. Berlawanan dengan Semit (Islam, Yahudi dan Kristen), penganutnya menyakini monotheism – percaya pada satu Tuhan. Akan tetapi Christianity membuat hal menjadi lebih kompleks, karena agama ini tersebar diseluruh kebudayaan Indo-Eropa lalu kemudian memasukkan beberapa corak kebudayaan tersebut dalam ajaran-nya. Sophie belajar tentang ramalan Yahudi tentang Al-Masih. Dilanjut dengan Paul yang menyebarkan agama Kristen ke banyak tempat, termasuk Athena.
The Middle Ages (Dark Ages)
[caption id="attachment_67087" align="alignright" width="450" caption="Medieval Age"][/caption] Sophie yang akhirnya bertemu muka dengan sang guru di suatu gereja, mendapatkan pelajaran berikutnya tentang abad pertengahan yang bertahan hingga seribu tahun lamanya. Alberto menunjukkan bahwa universitas dan sekolah biara pertama berdiri pada masa ini. Selain itu, negara dengan kota-kota besarnya juga terbentuk, beserta penduduk dan cerita-cerita dongengnya. Seratus tahun awal dari kurun waktu itu adalah masa terjadinya kemerosotan budaya dan populasi manusia, yaitu ketika feodalism muncul dan barter kembali dijadikan sebagai alat pembayaran. Paus kemudian ditunjuk sebagai kepala gereja, dan raja-raja menjadi sangat berkuasa. Kebudayaan Greco-Roman terpecah menjadi Roman Catholic (Neoplatonism) di Barat, Byzantine (Plato) di timur, serta Arab (Aristotle) di selatan untuk kemudian bersatu kembali di abad Renaissance.
Salah satu filsuf terkenal dari abad medieval adalah St. Agustine (354-430). Penulis “ City of God” ini adalah seorang Christian Platonist yang membawa filosofi Plato ke dalam agama Kristen. Ia berusaha menyatukan pemikiran filosofi yunani dengan kristen dan menunjukkan bahwa keselamatan manusia hanya bisa didapatkan melalui gereja. Lain halnya denganSt.Thomas Aquinas (1225-1274) yang membawa pemikiran Aristotle ke dalam ajaran Kristen dan berusaha menunjukkan bahwa akal dan keyakinan tidaklah bertentangan satu dengan yang lainnya. Ada pula filsuf wanita - biarawati bernama Hildegard (1098-1179) yang dikatakan mendapat penglihatan tentang Sophia – sisi kewanitaan Tuhan.
*
Sophie yang menerima pelajaran filsafat menurut susunan waktu menyadari pentingnya mengetahui sejarah, sebagaimana kata Goethe: “ He who cannot draw on three thousand years is living from hand to mouth”.
** Sebuah ringkasan kecil bersambung dari buku “Sophie’s World: The History of Philosophy” - Jostein Gaarder
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H