Di tengah situasi seperti itu, tugas organisasi buruh semakin berlipat. Di satu sisi pertentangan kepentingan dengan pemilik modal bercorak seperti karakteristik operasi modal dengan kerangka neoliberalisme--yaitu tidak mengenal batasan negara--sedangkan di sisi lain masuknya pekerja migran dari negara lain juga mengancam keberadaan buruh Indonesia sendiri. Jika organisasi buruh Indonesia nantinya hanya fokus pada buruh Indonesia semata, maka kemungkinan besar gesekan dan konflik antara buruh Indonesia dan buruh migran akan terbuka lebar. Jika hal ini terjadi, tentu yang sangat dirugikan adalah buruh Indonesia sendiri karena konflik terjadi di "dalam rumah sendiri". Peristiwa konflik antara buruh Indonesia dengan buruh asal India di PT Dry Dock, Batam yang berujung kerusuhan beberapa tahun lalu hendaknya dijadikan pelajaran. Di sini organisasi buruh diuji dan dituntut untuk membangun gerakan yang cerdas dan sekaligus cerdik.
Kemudian terkait model pengorganisasian dan penjaringan anggota, organisasi buruh ada baiknya mengubah paradigma. Selama ini fokus pengorganisasian serikat buruh/serikat pekerja hanya pada massa buruh. Hal seperti ini tentu tidak salah, tapi penggunaan strategi, taktik dan metode yang sama secara rutin dan terus menerus akan mudah dipatahkan oleh kekuatan pemilik modal yang anti dengan gerakan buruh dalam bentuk apapun. Akibatnya, basis massa dan gerakan buruh itu sendiri tidak berkembang, bahkan lebih jauh lagi organisasi buruh akan mengalami titik jenuh serta diikuti menurunnya semangat dan moral perjuangan.
Model gerakan buruh Indonesia ada baiknya meniru gerakan organisasi buruh di Perancis yang menjangkau dan merangkul gerakan mahasiswa. Hal ini penting mengingat sejatinya mahasiswa setelah lulus nantinya juga akan memasuki pasar tenaga kerja. Selain itu, dengan merangkul gerakan mahasiswa, tentu akan menambah basis massa dan juga pastinya akan menambah kekuatan gerakan buruh itu sendiri. Kesadaran kelas semacam ini harus disuntikkan dalam gerakan mahasiswa agar pemahaman menyesatkan "kelompok mahasiswa lebih baik dan lebih terdidik dibandingkan sektor lain, terutama buruh" dapat dikikis, sehingga ketika mereka memasuki pasar tenaga kerja nantinya telah mempunyai kesadaran dan keberanian untuk berjuang dan berlawan.
Bagaimanapun gerakan buruh Indonesia harus lebih progresif dan kreatif sesuai dengan perkembangan zaman, harus mampu membangun gerakan muktisektoral, namun jangan sampai melupakan, apalagi meninggalkan, tugas-tugas, fungsi dan tujuan asal. Kita tidak bisa memastikan bahwa perubahan akan membawa keadaan menjadi lebih baik, tapi jika ingin lebih baik daripada situasi sekarang, satu hal yang pasti adalah harus ada perubahan. Akhirnya, kepada semesta gerakan buruh, saya ucapkan: Selamat Hari Buruh Sedunia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H