Mohon tunggu...
Black_ Roz
Black_ Roz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Semua orang menganggap ku aneh karena mencintai hal yang tidak mungkin bisa aku miliki. Tapi, itulah aku. Cinta bukan harus memiliki atau dimiliki. Hakekatnya, cinta itu suci. Jadi, tetaplah menjadi gila dalam mencintai. Aku yang realistis dan sedikit gila.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

*Anak sekolah zaman oldest dan zaman now*

30 Januari 2025   17:15 Diperbarui: 30 Januari 2025   17:14 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Anak sekolah sekarang terlihat lebih dewasa dibanding zaman kita. Dulu, mana pernah ke sekarang lah dandan menor. Cukup bedak bayi biar gak pucat. Anak sekarang, mau ke sekolah lah kayak mau kondangan," ucap salah satu ibu saat menunggu anaknya di taman sekolah. Tentu saja perkataan si ibu ada benarnya. Bahkan, ada orang tua yang harus dipanggil ke ruangan BK hanya karena diketahui anak mereka membawa dan memakai make up yang berlebihan dan tidak mencerminkan sebagai seorang pelajar. Sementara, di zaman kita dulu, tidak ada yang berani memakai ataupun membawa make up secara berlebihan.

Kita bisa lihat bagaimana peserta didik di negara China. Meski mereka semua mengetahui teknologi, tetapi, mereka tetap mematuhi peraturan di sekolah. Tidak pernah membuat konten di lingkungan sekolah dan fokus belajar. Berbeda hal dengan peserta didik di beberapa negara yang justru terlihat bangga ketika bisa membuat konten di sekolah dan melibatkan tenaga pengajar.

*Media sosial dan pengaruhnya bagi anak*

Hal tersebut diatas sebenarnya terjadi juga karena peran media sosial yang begitu mudahnya diakses oleh anak-anak dan remaja. Mereka lebih cepat terpengaruh hingga membuat orang-orang yang melihat kelakuannya menggelengkan kepala dan miris. Bukan hanya soal riasan yang berlebihan saja, melainkan juga pergaulan serta pembuatan konten yang kebablasan. 

Entah fenomena apa yang sebenarnya terjadi. Namun, terlihat dengan jelas mereka seperti mencari jati diri dan merasa bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah hal yang wajar. Bahkan, tidak jarang anak mengatakan bahwa orang tua mereka terlalu norak dan udik hingga tidak mengetahui perkembangan zaman yang sudah berubah modern.

Lagi-lagi media sosial yang menjadi pencetus utama dalam perubahan sikap dan perilaku anak sekarang. Joget-joget di dalam kelas dan memakai pakaian yang melekat pas di tubuh adalah hal yang sudah sangat biasa kita lihat di berbagai konten yang berseliweran di beberapa platform online. Bukan hanya dengan sesama teman saja mereka seperti itu, ada juga tenaga pengajar yang ikut berpartisipasi. 

*Sikap orang tua serta guru*

Bukan sepenuhnya menyalahkan anak ketika orang-orang mulai berkomentar negatif. Kita juga harus melihat bagaimana sikap orang tua terhadap anak-anak mereka di luar lingkungan sekolah selama ini. Atau, jangan-jangan, anak meniru orang tua mereka sendiri hingga anak merasa itu hal biasa serta wajar. Sebab, orang tua mereka tidak dak pernah melarang dan membiarkan saja. Dengan alasan, "Biarkan mereka menikmati dunianya selagi masih muda. Nanti, setelah mereka menikah dan punya anak, mereka tidak bisa sebebas sekarang." 

Tidak ada yang melarang anak membuat konten di media sosial mereka. Hanya saja, bukan konten yang membuat orang menghujat dan mempermalukan diri sendiri serta keluarga. Dalam hal ini, orang tua lah yang seharusnya bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anak. Menasehati serta memberikan solusi bagaimana mempergunakan media sosial mereka menjadi hal yang positif. Tidak perlu men-judge anak tidak baik jika si orang tua itu sendiri belum bisa memberikan contoh yang baik untuk anak-anaknya. 

Peran guru pun tidak kalah penting dalam hal ini. Setelah di rumah, anak memang sudah menjadi tanggung jawab orang tua masing-masing. Namun, saat di sekolah, tanggung jawab itu berpindah ke guru. Beri kegiatan positif untuk menunjang kreativitas anak. Setelah itu, arahkan mereka untuk menampilkan kreativitas selalu video dan sharing ke media sosial sekolah atau pribadi si anak itu sendiri. Dengan begitu, anak lebih terarah dan tidak kebablasan.

*Bagaimana pemerintah dalam menyikapi anak zaman now*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun