Mohon tunggu...
Black_ Roz
Black_ Roz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Semua orang menganggap ku aneh karena mencintai hal yang tidak mungkin bisa aku miliki. Tapi, itulah aku. Cinta bukan harus memiliki atau dimiliki. Hakekatnya, cinta itu suci. Jadi, tetaplah menjadi gila dalam mencintai. Aku yang realistis dan sedikit gila.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

*Gadget: Kebutuhan atau kebodohan?*

29 Januari 2025   20:30 Diperbarui: 29 Januari 2025   20:23 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pagi itu di taman dekat sekolah. Sekelompok ibu-ibu nampak berkumpul dan saling membicarakan putra-putrinya. Ada yang membanggakan prestasi anaknya di sekolah. "Anak saya membuat bangga. Saat ambil raport, dia mendapatkan rangking sepuluh besar. Padahal, di rumah dia tidak pernah belajar dan sibuk dengan handphone." Sementara, salah satu ibu mengeluhkan putranya. "Anak saya yang rajin belajar kenapa nilainya menurun dan tidak masuk sepuluh besar. Saya jadi kena omel bapaknya anak-anak."

Telepon genggam, atau Gen-Z biasa menyebutnya gadget, memang sebuah kebutuhan. Mulanya, tidak semua orang bisa membeli dan menjadi barang yang sangat mahal di awal kemunculannya. Namun, sekarang, gadget bagai kacang goreng yang laris manis hingga menjadi barang konsumtif bagi para penggunanya. Sayangnya, hal itu yang membuat semua orang seperti mendewakan barang tersebut hingga membuat para penggunanya seperti orang kecanduan yang hidupnya tidak bisa lepas dari gadget.

*Sebuah kebutuhan atau sekedar gaya hidup?*

Di zaman sekarang, semua orang memiliki gadget. Bukan hanya orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak. Bahkan, ibu-ibu zaman sekarang memiliki cara tersendiri untuk mendiamkan bayi atau anak-anak kecil mereka dengan pesona gadget hingga tanpa disadari, anak-anak kecilpun sekarang jauh lebih pintar mencari konten-konten atau video bahkan game yang tidak seharusnya belum boleh mereka tonton. Namun, lagi-lagi. Para orang tua tidak mau pusing mendengar rengekan atau tangis anak-anak mereka apabila dilarang untuk bermain gadget. 

Apa yang tidak bisa dicari pada sebuat alat komunikasi berbentuk kotak? Dari mulai harga yang terjangkau sampai harga sebuah gadget yang seharga satu motor keluaran terbaru, semua informasi sangat mudah didapatkan. Dari berita yang mendidik, sampai konten yang tidak seharusnya dipertontonkan secara bebas, sangat mudah didapatkan di gadget. Hingga akhirnya, semua orang sudah malas berpikir dan cukup browsing apa yang mereka inginkan. Dan, jawaban itu sangat mudah didapatkan. Miris bukan?

*Bagaimana menyikapi fenomena gadget?*

Tidak dipungkiri gadget sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Baik pekerja, sampai anak sekolah, semua membutuhkan. Terlebih, di era digital yang semua berbasis teknologi modern yang mau tidak mau, suka tidak suka, kita bergantung pada gadget. Namun, sebisa mungkin, jangan hanya menginginkan serba instan hingga kita malas mempergunakan otak untuk berpikir karena terlalu mendewakan gadget. 

Pengawasan orang tua pada putra-putrinya pun sangat dibutuhkan. Sebab, kita tidak akan pernah mau putra-putri kita kecanduan bermain gadget hingga menimbulkan berbagai masalah baru. Sering kita lihat di berita pengaruh buruk penggunaan gadget, terutama bermain game yang dapat merusak otak dan menjadi kecanduan. Gadget sebenarnya tidak cuma berpengaruh buruk. Alat komunikasi tersebut juga bisa menjadi pengaruh baik apabila dipergunakan dengan cara yang tepat. Hanya, tetap saja dibutuhkan peran dan pengawasan orang dewasa.

*Solusi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan anak-anak dalam menggunakan gadget*

Berbagai macam cara bisa kita lakukan untuk penggunaan gadget. Salah satunya adalah:

Membatasi penggunaan gadget. Beri waktu pada anak untuk bermain game atau menonton video supaya mereka tidak kecanduan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun