Menjadi wartawan memang pekerjaan yang mengasyikkan dan barangkali (bila di Kompas.com) mensejahterakan. Namun baik disadari atau tidak disadari, pekerjaan sebagai wartawan juga memiliki tanggungjawab moral yang tak kalah besar dari keasyikkan dan pundi-pundi yang didapat dari kegiatannya.
Kepada mas Akhmad Dhani yang telah menulis berita 'Oezil hibahkan bonus Piala Dunia untuk Anak-anak Gaza' saya masih menanti lanjutan berita yang telah anda tulis tersebut. Mohon maaf sebelumnya, saya merasa, ada beberapa kekeliruan dalam cara kerja anda sebagai wartawan.
Sebelumnya saya ingin menjelaskan bila saya sama sekali tidak mengenal anda dan praktis begitu pula sebaliknya. Saya hanya salah seorang pembaca kompas.com dan anggota dari Kompasiana yang peduli pada perkembangan informasi, serta memerhatikan sepak terjang media, khususnya media online.
Nah, pada berita yang mas Akhmad Dhani tulis itu, saya menemukan beberapa hal yang menarik dari cara kerja mas pada media sebesar Kompas.com.
Berita 'Oezil Hibahkan 'Bonus Piala Dunia Untuk Anak-Anak Gaza' tayang di laman Kompas.com pada pukul 16.13 WIB. Dalam tubuh berita mas Akhmad Dhani telah menuliskan 'belum ada konfirmasi dari pihak Oezil mengenai hal tersebut'. Kehati-hatian mas Akhmad patut dipuji dalam pengupayaan cover both side pada penulisan berita. Namun sikap skeptimisme mas Akhmad telah terhapus, tanpa ada daya upaya untuk meragukan fakta yang mas Akhmad lihat dan/atau baca.
Keraguan fakta pun akhirnya terungkap, pada pukul kamis 17 Juli 2014 pukul 19.03 WIB perwakilan Oezil yakni Roland Eitel menyatakan bila donasi yang dilakukan Oezil seperti yang mas Akhmad tulis pada berita Kompas.com adalah tidak pernah terjadi. Namun kemudian, pada kompas.com tak ada lagi perkembangan terkini tentang isu yang 'seksi' tersebut. Intinya, bila ada orang yang hanya baca berita lewat laman Kompas.com tentang donasi Oezil untuk anak-anak Gaza itu, maka tidak menutup kemungkinan bila orang tersebut masih memercayai apa yang mas Akhmad tulis tadi sore.
Mas Akhmad pun pasti sudah paham betul tentang unsur layak berita yakni akurat, lengkap, adil dan berimbang, objektif, ringkas, jelas dan hangat. Entah mas Akhmad sadari atau tidak, menurut saya ada ketidakakuratan dari tulisan mas Akhmad yang menyebut Oezil sebagai pemain muslim yang berpuasa selama gelaran piala dunia.
Padahal pada laman Tribunenews.com yang juga merupakan rekanan Kompas.com, telah menuliskan pernyataan Oezil yang tidak akan melaksanakan puasa selama dia bermain di Piala Dunia. Juga laman Thedailymail.co.uk telah menayangkan berita tentang siapa saja yang berpuasa dan tidak berpuasa pada 30 Juni lalu.
Maka, dapatkah saya katakan jika Oezil yang berpuasa itu sebagai asumsi mas Akhmad dalam menulis berita, yang notabene asumsi penulis adalah hal yang dilarang dalam penulisan berita?
Barangkali saya yang keliru dan kurang paham mengenai penulisan berita. Setidaknya, saya telah berusaha untuk menulis surat ini untuk mas Akhmad sebagai salah satu bentuk apresiasi saya terhadap pekerjaan penulis berita atau jurnalis atau wartawan --atau apa pun namanya--. Mereka bukanlah orang yang tidak diperhatikan setiap kali orang membaca berita, penulis berita atau jurnalis atau wartawan merupakan salah satu orang yang terus diperhatikan, sebagai salah seorang yang ikut andil menambah pengetahuan seseorang. Dan bukankah ada baiknya pengetahuan yang didapat adalah sebaik-baiknya pengetahuan yang tak keliru?
Semoga ada kesinambungan dalam rangkaian pekerjaan di kompas.com. Di mana setiap berita yang kurang lengkap dapat dilengkapi dengan update yang biasanya terdapat pada akhir berita. Berita 'Oezil Hibahkan Bonus Piala Dunia Untuk Anak-Anak Gaza' barangkali adalah isu seksi yang tak terlalu penting, tapi tentu hal yang tak penting bukan berarti dapat disahkan untuk menjadikannya berita yang keliru. Sekian.
Hormat saya,
Rizky Ramadhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H