Mohon tunggu...
Rizky Ramadhan
Rizky Ramadhan Mohon Tunggu... Kang Tulis -

Saya Rizky Ramadhan. Cuma nulis dan baca di sini, Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perisai Manusia Gaza

14 Juli 2014   11:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perisai itu adalah manusia, Israel paham betul tentang hal tersebut. Hari ini pihak Israel telah memberi seruan kepada keluarga-keluarga di sekitar permukiman yang akan dijadikan target pemboman mengirimkan himbauan baik lewat leaflet maupun pesan singkat untuk pergi meninggalkan rumah mereka di utara Gaza.

Tapi apa daya, perang yang telah menjadi kawan dalam kehidupan membuat warga Gaza seolah kebal akan rasa takut. Mereka pun menolak untuk pergi meninggalkan rumah seperti yang Israel himbau, "Mereka tidak akan mengosongkan (rumah), ke mana mereka akan pergi?" ungkap Ramez Al-Madhoun salah seorang warga Beit Lahia, salah satu daerah di utara Gaza.

Mereka lebih memilih menjadi orang yang menghadapi perang dengan harga risiko kemungkinan menjadi korban ketimbang terus menerus lari dari kenyataan bahwa perang masih tetap akan hidup, dua tahun, tiga tahun, atau 10 tahun lagi. Terlebih, orang-orang seperti Ramez memang tak memiliki tempat lagi selain di tanah yang ia cintai itu.

Tetapi toh tidak semua warga Beit Lahia seperti Ramez, hari ini menurut laporan Peter Beaumont pada The Guardian, ribuan warga Palestina mulai meninggalkan wilayah konflik di Gaza. Eksodus besar-besaran mulai terlihat di Beit Lahia dan Attara, dua wilayah di utara Gaza yang menjadi target bombardir militer Palestina. Mereka pergi, hanya dengan satu tujuan: Dengan berat hati menyelamatkan diri.

"Ini (keputusan) yang berat, kami meninggalkan keluarga, teman, dan saudara di tengah situasi yang mengerikan. Kami harus melakukan apa yang seharusnya kami lakukan," ungkap Ahmed Mohana, seorang Palestina yang juga pemegang paspor Amerika.

Wilayah Utara Gaza memang menjadi salah satu target penyerangan, di sana, Israel mengklaim terdapat peluncur roket milik Hamas serta beberapa infrastruktur pendukung kelompok yang mereka sebut teroris itu. Israel paham akan konsekuensi korban sipil yang jatuh, namun mengaku tetap akan terus melancarkan serangan. Militer Israel menganggap Hamas telah menggunakan warga sipil sebagai tameng.

Kementrian Kesehatan Palestina memperkirakan --terhitung Minggu (13/7/2014)-- korban tewas sedikitnya telah mencapai 166 jiwa, 30 di antaranya adalah anak-anak. Hampir seluruh korban tewas berasal dari masyarakat sipil.

Atas hal tersebut, 15 anggota dewan keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta kedua belah pihak untuk menghormati 'International Humanitarian Laws' dan menyerukan gencatan senjata sebagaimana yang pernah dilakukan keduanya pada tahun 2012 lalu.

Namun nampaknya segala upaya yang hendak dilakukan oleh dunia internasional akan sia-sia. Perang yang terjadi di Gaza merupakan perang antara dua bangsa yang sama-sama keras kepala. "Tak ada tekanan internasional yang mampu menghentikan kami untuk menyerang, dengan segala kekuatan, melawan organisasi teroris yang telah menyerukan untuk kehancuran kami," ungkap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Demikian pula dengan perdana menteri otoritas nasional Palestina Ismail Haniya, "Israel telah memulai agresi dan mereka yang harus menghentikannya karena kami hanya mempertahankan diri," ungkapnya.

Itu berarti orang-orang seperti Ramez Al-Madhoun dan saudara-saudaranya --yang tak memiliki tujuan ke mana mereka harus pergi dan memilih tetap tinggal di zona perang-- harus tetap waspada dan berdo'a atas serangan yang sewaktu-waktu bisa membahayakan jiwa mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun