Sejak kelas VIII anak ini sudah sering melakukan pelanggaran tata tertib dan sering bolos sekolah. Pada waktu kenaikan kelas dipertimbangkan. Dia naik bersyarat dengan masa percobaan tiga bulan.
Wali kelasnya yang baru sudah mendapat catatan dari wali kelas yang lama. Anak tersebut dalam masa percobaan sehingga terus dikontrol sikap dan perilakunya. Di kelas IX dia mendapatkan wali kelas yang sangat ketat disiplinnya.
Awal masuk kelas IX dia baik-baik saja. Seiring waktu mulai muncul laporan-laporan kecil dari guru mata pelajaran. Dia tidak suka mengerjakan tugas. Dia bergurau saja saat belajar di kelas. Laporan-laporan tersebut langsung ditindaklanjuti oleh wali kelas. Wali kelas mulai memberikan peringatan terhadap anak tersebut.
Wali kelas telah memberikan peringatan minggu lalu. Namun sudah datang lagi laporan. Anak tersebut bersama tiga anak lainnya tidak ada di kelas saat pelajaran jam ke-3. Ada informasi bahwa mereka biasa berkumpul di warung langganan anak-anak yang suka bolos sekolah.Â
Saat itu juga Pembina OSIS langsung menyisir tempat yang dimaksud. Dia tertangkap basah sedang main game di warung tersebut. Bersama sircle-nya membolos sekolah dan mangkal di warung itu.
Mereka langsung ditangani pembina OSIS dan guru BK. Saat itu juga para orang tuanya ditelpon untuk datang ke sekolah. Tidak menunggu lama orang tua mereka datang ke sekolah. Ada amarah di wajah para orang tua mereka. Tentunya marah dan malu kedapatan anaknya melakukan pelanggaran disiplin sekolah.
Anak-anak diberi pembinaan dan dibuatkan surat perjanjian yang ditandatangani oleh orang tua mereka. Diharapkan dengan tindakan tersebut membuat efek jera terhadap mereka.
Seminggu kemudian wali kelas mengecek presensi kelasnya. Dari rekap data kelas ternyata dia bersama sircle-nya jumlah alphanya sudah mendekati ambang batas. Akhirnya dipanggil lagi para orang tua mereka. Untuk kelas IX masalah presensi menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan kelulusan.Â
Maka dari itu wali kelasnya sudah memberikan peringatan dari awal. Jumlah yang sama dengan para orang tua yang sama kembali berhadapan dengan pihak sekolah.
Buat para orang tua siswa, merupakan hal yang memalukan bila sering dipanggil ke sekolah atas kasus anaknya. Buat siswa sendiri, panggilan orang tua ke sekolah merupakan peristiwa yang paling menakutkan.
Setelah pemanggilan orang tua ke sekolah atas kasus-kasus tersebut, ada perubahan sikap walau sesaat. Ada saja ulahnya yang membuat dia kembali menjadi sorotan guru-guru. Hari kemarin dia kedapatan melakukan tindakan kurang terpuji.Â