Mohon tunggu...
Bayu Krisnamurthi
Bayu Krisnamurthi Mohon Tunggu... -

Bangga menjadi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Sei-Mangke - Kuala Tanjung: Horas Dunia

12 Februari 2011   11:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:40 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Bersama sahabat saya Mahendra Siregar, Wakil Menteri Perdagangan; ditemani Wakil Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho serta beberapa sahabat dan rekan lain, tanggal 7-8 Februari saya melakukan perjalanan kerja ke Sei Mangke Kabupaten Simalungun dan Kuala Tanjung Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Perjalanan kerja tersebut merupakan usaha untuk terus mendorong percepatan pengembangan Kawasan Industri atau Kluster Industri Berbasis Sawit Sei Mangke, yang sekaligus sebagai bagian dari pengembangan koridor ekonomi Sumatera.Ini merupakan kunjungan kedua setelah tahun 2008 – ketika itu sebagai Deputi Menko Perekonomian – juga berkunjung ke daerah ini.

Sei Mangke sebenarnya hanya sebuah desa kecil ditengah perkebunan sawit, 120 km di sebelah Selatan kota Medan, Sumatera Utara. Bisa dibayangkan beberapa tahun lalu suasana yang sunyi – terutama dimalam hari – menjadi ciri desa di Simalungun ini. Namun sekarang, pancaran lampu jalan dan lampu dirumah-rumah penduduk menyinari Sei Mangke setiap malam.Istimewanya, lampu ini diperoleh dari pembangkit listrik tenaga biomassa. Pemanfaatan cangkang buah sawit dan berbagai biomassa lain dari sawit merupakan pendekatan modern yang dikembangkan di Sei Mangke. Hebatnya, listrik yang dihasilkan generator itu bukan hanya cukup untuk kegiatan industri dan masyarakat sekitar di Sei Mangke, tetapi surplusnya juga mampu dijual ke PLN.

Konsep Kluster Industri Sei Mangke sederhana saja.Potensi bahan baku sawit mencapai 1,5 juta ton CPO; dan sebentar lagi akan menjadi 2,0 juta ton.PTPN III dan saudaranya PTPN IV – dua dari sedikit BUMN kita yang berkinerja baik; memandang perlu untuk meningkatkan nilai tambah produk CPO tersebut menjadi produk-produk hilir lain. Ketika konsep kluster industri ditawarkan, manajemen PTPN III antusias menyambut dan mulai melakukan langkah-langkah penerapan. Tahun 2008 kluster Sei Mangke mulai diwujudkan. Tahun 2009 dilakukan promosi keberbagai event – termasuk pertemuan ADB di Bali. Tahun 2010 PTPN III mulai menanamkan modal untuk pengembangan infrastruktur dasar di Sei Mangke, termasuk jalan selebar 40 m, air bersih dan drainase, satu unit pengolahan kelapa sawit modern, dan itu tadi: genarator listrik berbahan bakar biomassa sawit.Tahun 2011 ini PTPN III akan kembali menanamkan modal senilai RP 2,2 trilyun untuk pengembangan kawasan lebih lanjut, suatu kesungguhan yang sudah membuat banyak investor dalam negeri dan luar negeri siap berpartispasi.Pada waktunya kelak, Sei Mangke juga akan melayani pengembangan industri karet alam yang merupakan kekuatan lain kawasan tersebut.

Selain ketersediaan bahan baku dan pengembangan yang sudah diawali oleh PTPN III, kekuatan – sekaligus daya tarik – Sei Mangke adalah lokasinya yang dekat dengan Pelabuhan Laut Kuala Tanjung.Jarak dengan pelabuhan sekitar 30 km dipandang masih berada pada jarak ideal bagi pengembangan kawasan industri.Kuala Tanjung awalnya berkembang karena proyek Inalum, pencairan timah, dan Asahan – kerjasama dengan Jepang.Tahun 2013 penggunaan pelabuhan Kuala Tanjung oleh Inalum akan berkurang, dan sekarang satu dermaganya telah diserahkan ke Pelindo.Disamping itu sudah ada pula swasta yang mengembangkan pelabuhan sendiri di Kuala Tanjung memanfaatkan kedalaman lautnya yang memungkinkan kapal-kapal berkapasitas besar sandar didaerah itu.Situasi ini akan ideal bagi Kuala Tanjung untuk menjadi alternatif pelabuhan di wilayah Timur Sumatera Utara setelah Pelabuhan Belawan menjadi sangat padat dan dengan biaya tunggu kapal, sandar, dan bongkar muat yang mahal.

”Kisah Sei Mangke” jelas tidak semuanya ”serba indah dan mudah”.Salah satu tantangannya, Sei Mangke dan Kuala Tanjung saat ini baru dihubungkan dengan jalan raya yang daya dukungnya terbatas.Jalan raya harus diperbaiki dan ditingkatkan. Tetapi interkoneksi yang sebenarnya harus dengan menggunakan kereta api agar dapat mengantisipasi prospek pengembangan kedua kawasan tersebut dimasa yang akan datang.Pemda Propinsi sudah akan mengalokasikan anggaran untuk sekitar 6 km jalan yang menghubungkan dua kabupaten. Pemda Kabupaten juga berjanji akan menangani sekitar 4 km jalan kabupaten. Tinggal penguatan dan pelebaran jalan sejauh 10 km lagi. Untuk kereta api, PTPN III telah mengalokasikan dana untuk meningkatkan jalur kereta kebun (rel pengangkut tandan buah sawit) menjadi jalur rel angkutan barang yang sebenarnya, sejauh 6 km. Jalur itu kemudian akan bergabung dengan jalur KA Trans-Sumatera ke Medan.Bagian terakhirnya – sekitar 18 km – membutuhkan campur tangan PT KAI dan Kemenhub.Mudah-mudahan bisa terealisasi dalam waktu dekat.

Tantangan lain adalah untuk memastikan agar pengembangan Sei Mangke benar-benar bisa membawa manfaat positif bagi masyarakat setempat.Jangan sampai warga Sei Mangke hanya menjadi penonton dari perkembangan yang terjadi depan rumahnya. Pelatihan ketrampilan dan pengetahun persawitan untuk pemuda-pemuda Batubara dan Simalungun perlu segera dilakukan. Pemahaman atas potensi perkembangan ekonomi yang akan terjadi disekitar Sei Mangke juga harus diberikan. Wirausaha-wirausaha muda dan UKM-UKM progresif harus ditumbuhkan.

Dengan usaha bersama kita akan lihat perkembangan yang cemerlang dikawasan Sei Mangke dan Kuala Tanjung.Saudara-saudara di Simalungun, Batubara, dan Sumatera Utara akan lebih lebar senyumnya. Mungkin seceria Pak Wamendag ketika berseloroh dengan Pak Wagub: ”,,, Ini memang potret Indonesia sejati: seorang bernama Gatot menjadi Wagub Tanah Batak. Harusnya ini bisa membuat seorang bernama Siregar bersemangat menjadi Wagub Jawa Tengah....” Atau senyum ex staf Komnas FBPI drh Rian Arisandi orang Sumedang yang menjadi PNS Kabupaten Batubara yang bangga karena bisa menyapa dan berfoto dengan mantan Ketua Komnas FBPI secara akrab. Sumatera Utara memang nyata bisa menjadi inspirasi keberagaman yang menyapa ramah Indonesia. Dan lewat Sei Mangke – Kuala Tanjung warga Sumut kembali memandang lingkup global sebagai bagian dari kampungnya, dan kemudian menyapa Horas Dunia !!.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun