Hadi Hasymi; Varuliantor Dear; Bayu Kanigoro; Baud Prananto
Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika. Institut Teknologi Bandung.Â
Adiksi internet pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Young pada tahun 1996 dengan pandangan bahwa internet dapat berdampak negatif baik secara psikologis maupun fisik terutama  bagi personal yang tidak mampu mengendalikan diri terhadap penggunaannya (Griffiths, 1996a; Young, 1996). Adiksi internet ini didukung oleh beberapa penelitian yang juga turut menyimpulkan bahwa adiksi internet perlu diwaspadai sebagai hal yang negatif (Block, 2008) (Cash et.al, 2012) (Manuel, 2015). Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat juga pandangan lain yang mengkritisi adiksi internet tersebut seperti yang diungkapkan dalam (Rachlin, 1990) (Walker, 1989), (Weinstein, 2014) (Gmel et.al, 2017). Adiksi internet dikritik dari aspek definisi hingga metoda yang digunakan untuk mengukur tingkat kecanduan seseorang.
Saat ini, perkembangan internet telah masuk kedalam hampir seluruh aspek kehidupan manusia dan terus mengalami perkembangan. Beberapa aspek yang telah menyatu dengan teknologi internet diantaranya adalah dunia pendidikan (Bates, 2015) (Canaleta et al., 2014), dunia kesehatan (Koller et al., 2001), hingga sektor ekonomi dan perbankan (Mano, 2014). Â
Kondisi ini menunjukkan bahwa internet sudah mulai bergeser dari kebutuhan skunder atau tersier menjadi kebutuhan primer sebagai bentuk dari perubahan jaman atau yang dikenal sebagai age of information (Kaul et.al., 2011). Hal ini juga seirama dengan hasil kajian yang menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi suatu wilayah berkorelasi erat dengan pertumbuhan infrasturuktur telekomunikasi yang salah satu wujudnya dapat berupa internet (Colecchia et al., 2003).Â
Hasil kajian  tersebut menjadi salah satu latar belakang negara-negara didunia dalam membuat program yang mendukung perluasan cakupan wilayah komunikasi yang didalamnya terdapat layanan internet (Lee et al., 2012) (Zahra et al., 2008) (Sridhar, 2007).
Tolak ukur dan definisi dari adiksi internet menurut Dr. Young dinyatakan dalam suatu instrumen ukur yang berupa hasil kuisioner Internet Addiction Test (IAT) (Young, 1998b). Terdapat 20 pertanyaan yang disajikan dengan tiap pertanyaan memiliki 5 tingkat bobot penilaian kecanduan, yakni nilai 1 sebagai bobot terendah dan nilai 5 sebagai bobot tertinggi.Â
Akumulasi nilai dari pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner tersebut akan menunjukkan kriteria apakah seseorang berada dilevel adiksi internet atau tidak. Pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner meliputi bagaimana peran penggunaan internet dalam aktifitas sehari-hari dari responden hingga dampaknya terhadap kegiatan yang lain.Â
Dalam makalah ini kami membahas tentang relevansi adiksi internet yang dikemukakan oleh Dr. Young dengan menganalisa tiap pertanyaan yang tertuang dalam kusioner IAT. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk mengukur apakah adiksi internet yang dikemukakan oleh Dr. Young masih cukup relevan dengan kondisi saat ini dengan menggunakan metoda analisis sebaran data dari hasil penyebaran kuisioner IAT.
Menurut Shaw dkk (Shaw, 2008) adiksi internet adalah totalitas penggunaan komputer yang berkontribusi pada kesulitan aktivitas pribadi. Shaw juga memberikan penjelasan karakteristik adiksi internet dimana adiksi internet berkaitan dengan keinginan berlebihan dan tidak terkendali untuk menggunakan komputer untuk mengakses internet sehingga menyebabkan gangguan atau kesulitan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.Â
Sedangkan menurut Alex dkk, definisi yang longgar dan tidak presisi secara saintifik untuk Adiksi Internet adalahdeskripsi yang digunakan untuk merujuk pada pola penggunaan Internet yang tidak teratur atau kompulsif yang memenuhi kriteria diagnostik. Ada juga sebutan lain untuk pola penggunaan Internet yang tidak teratur atau kompulsif, yang kebanyakan digunakan dalam konteks budaya pop, seperti "kecanduan teknologi" atau "net compulsion".Â