Bagi sebagian orang, sosok Rhoma Irama identik dengan sederet konotasi negatif. Entah tukang kawin, sok alim, atau apalah. Tapi tidak bagi yang lain. Di mata mereka, Rhoma adalah seorang legenda musik terbesar tanah air. Tak ada yang mengingkari kerja keras Bang Haji Rhoma hingga sanggup mengangkat derajat musik dangdut dari stigma pinggiran menjadi elegan dan berkelas.
Terlepas dari pro dan kontra soal tersebut, ada satu hal yang saya kagumi dari beliau. Yah, Rhoma adalah seorang yang sangat kuat menggenggam idealisme. Tak peduli berlawanan dengan arus mainstream, Bang Haji selalu komit dengan prinsip yang diyakininya. Yang paling lekat dalam benak kita tentunya adalah ketika seorang Bang Haji tanpa rasa takut menegur keras Inul Daratista yang sekitar tahun 2003 mempopulerkan goyang ngebor di layar kaca. Tak pelak tindakan Bang Haji menuai kecaman dari sejumlah media nasional. Sejumlah pemberitaan terkesan menyudutkan Bang Haji dengan menggiring opini bahwa sang raja dangdut telah menzalimi inul daratista. Si ratu ngebor yang sempat shock gara-gara teguran Bang Haji akhirnya kembali mempertontonkan goyang seronoknya setelah mendapat dukungan dari artis-artis senior semacam titiek puspa, anwar fuady hingga ruhut sitompul. Kini satu dasawarsa pasca konflik raja dangdut vs ratu ngebor , barulah terbukti kebenaran prinsip seorang Rhoma. Setelah muncul goyang ngebor ala inul, muncullah goyang-goyang seronok lainnya yang membumbui musik dangdut. Mulai dari goyang ngecor, goyang kayang, goyang patah-patah, goyang gergaji, hingga goyang itik. Alhasil, imej dangdut yang mulanya sudah terangkat ke level teratas kembali terpelanting gara-gara segelintir oknum penyanyi yang mengusung erotisme. Maka dapat dipahami, mengapa tempo hari Bang Haji begitu keras menentang goyang seronok ala inul. Sebagai sosok yang membesarkan dangdut, Bang Haji merasa berkewajiban untuk menjaga musik dangdut agar tetap on the track.
Manuver seorang Rhoma berikutnya yang kerap menuai kritikan sebagian orang adalah ketika dalam satu ceramahnya di bulan Ramadhan dua tahun silam, beliau dianggap melakukan kampanye hitam terhadap pasangan Jokohok jelang putaran II pilgub DKI. Dalam ceramahnya Bang Haji menjelaskan perihal Ahok yang beragama Kristen seraya mengajak umat Islam agar memilih calon pemimpin yang seiman. Kendati kala itu langkah Bang Haji dianggap sebagai blunder, namun terbukti hari ini bahwa apa yang diungkapkan beliau tempo hari adalah benar adanya. Jokowi yang konon berjanji menuntaskan tugasnya memimpin Jakarta hingga 5 tahun memilih mencederai amanat dengan maju sebagai capres PDIP. Alhasil, jika mantan walikota Solo itu terpilih sebagai RI-1 otomatis Jakarta bakal dipimpin seorang non-Muslim.
Sepak terjang Rhoma lainnya yang juga kerap mengundang kritik bahkan cemoohan adalah kesediannya untuk dimajukan sebagai bakal capres oleh sejumlah habaib. Langkah Rhoma tersebut kerap dianggap sebagai bahan guyonan, hingga tak terhitung banyaknya artikel di dunia maya yang isinya mengolok-olok kapasitas Bang Haji. Namun seperti yang sudah-sudah, Bang Haji memilih melanjutkan manuvernya . Kali ini ia memilih kendaraan politik PKB. Hingga tiba waktunya Bang Haji membungkam para pengritiknya. Bergabungnya Rhoma ke PKB terbukti mendongkrak suara partai warga Nahdhiyyin tersebut hingga hampir 100%. Meski sepertinya Bang Haji bakalan memilih hengkang dari PKB gara-gara keputusan partai tersebut merapat ke PDIP, namun idealisme seorang Rhoma layak diacungi jempol. Semula Bang Haji bergabung ke PKB demi memperjuangkan aspirasi politik umat Islam. Alhasil, manakala PKB justru terindikasi berselingkuh dengan PDIP yang kerap menelikung aspirasi umat Islam, Bang Haji pun memilih hengkang.
Menarik memang untuk mencermati manuver-manuver sang raja dangdut. Kendati kerap berlawanan dengan arus mainstream, keteguhannya dalam menggenggam idealisme patut kita contoh. Beliau telah memberikan satu teladan agar kita komit memperjuangkan kebenaran kendati harus menuai badai kecaman. Sebab kelak waktu yang akan menjelaskan kepada khalayak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H