Jika Anda mau mencermati, pikiran itu sebenarnya bisa dibikin jd "sesuatu yang terpisah" dari Anda sendiri. Sesuatu yang bisa diamati gerakannya & tingkah polahnya. Kalau diibaratkan pikiran seperti monyet liar yang meloncat kesana kemari liar tak terkendali.
Belum selesai "mikirin" A tau-tau udah mikir B, C, T, G, K, 3, 8. Mikir saat ini, lalu melompat ke masa lalu, besok, tiga tahun lagi, sepuluh tahun ke depan, dan seterusnya dan seterusnya. Saking liarnya si empunya pikiran jadi pusing sendiri. Kalau udah pusing jadilah senewen dan uring-uringan. Selanjutnya kalau sudah begitu bisa diduga beragam penyakit akan mendera.
Secara umum banyak orang menganggap pikirannya adalah dirinya sendiri bahkan jadi tuan bagi dirinya. Sehingga dirinya, hidupnya sepenuhnya dikendalikan pikirannya. Kalo pikiran lagi baik maka tingkah laku orang tersebut jadi baik. Begitu sebaliknya.
Sedikit orang yang bisa menjadi tuan bagi pikirannya yang sepenuhnya bisa mengatur, mengendalikan dan menguasai gerak pikirannya. Menjadikan pikirannya tak bisa memengaruhi apalagi mengendalikan hidupnya, adalah tantangan abadi manusia sepanjang masa.
Entahlah mana yang lebih baik. Semua kembali ke pilihan masing-masing. Yang pasti pikiran Anda adalah milik Anda terserah mau Anda perlakukan seperti apa : budak atau tuan.
Kegiatan mengamati pikiran hanya bisa dilakukan jika kita diam dan hening. Setelah diam dan hening dilanjutkan dengan proses mengambil jarak antara diri kita dengan pikiran kita sendiri. Kalau itu sudah terwujud maka selanjutnya kita bisa mengamati gerak pikiran sendiri persis seperti saat kita melihat film.
Apa sih manfaat dari aktivitas mengamati pikiran ?
Bagi sebagian orang manfaat dari mengamati pikiran banyak sekali dan berdaya guna sekali. Salah satunya adalah orang menjadi tidak terbawa oleh pikirannya. Â Ia bisa menyeleksi mana pikiran yang menurutnya baik atau buruk. Bahkan selanjutnya ia bisa mendayagunakan sepenuhnya semua potensi pikirannya untuk kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H