[caption caption="sumber foto TemanAhok"][/caption]
Dengan linangan air mata penuh keharuan, ku tulis surat ini kepadamu kekasihku Ahok. Meski saya sadar bahwa diriku hanya seorang pembantu  di negeri orang. Dan meski saya tidak memiliki hak pilih untuk menentukan pemimpin DKI 1 untuk  5 tahun ke depan. Saya harus ungkapkan suara hatiku ini kepadamu, kepada seluruh Indonesiaku.
Doa dari seseorang pembantu yang rindu perubahan.
Kecintaan dari seorang pembantu  yang bekerja di negeri orang. Semoga negeriku tidak serendah diriku.
Mendambakan negeriku yang punya harga diri dan tidak dipandang sebelah mata . Meski saya di kecilkan karena berstatus pembantu. Hinaan, Â caci maki, stampel bodoh kerap menderaku. Tapi kesetiaanku pada kebenaran tak akan goyah. Kecintaanku pada negeriku tak akan berubah.
Ahok....
Ketika kau mendampingi Jokowi. Kala itu Jokowi yang hanya orang ndeso dari pinggir kali. Mampu mengusik sanubari, beginilah sosok pemimpin negeri yang kami impi. Lembut namun tegas. Tegas namun adil. Tidak jumawa, tak banyak cakap tak bayak gaya. Berprinsip kerja kerja dan kerja. Langkahnya dinamis, trengginas namun berwibawa. Dan kepada Jokowi kami titipkan suara kami. Sosok yang mewakili kami, orang orang pinggiran yang terabaikan.
Ahok....
Dan kau Ahok , pun telah mencuri hatiku, hati kami, hati orang orang yang rindu akan perubahan. Yang muak dengan segala dagelan. Kita sebagai sesama anak ibu pertiwi, bukan agama, warna kulit atau dari mana berasal yang membedakan kita, karena Bhineka Tunggal Ika sudah menyatukan darah merah putih kita.
Tak ada alasan bagi siapapun untuk mengkotak kotakan sesama anak bangsa. Tak ada toleransi untuk saling merendahkan, entah karena profesi apalagi SARA. Jika memang ia mampu dan layak untuk menjadikan negeri ini bermartabat, maka tak ada alasan untuk menjegalnya. Kecuali dia punya kepentingan tersembunyi.
Ahok kekasihku!
Kami tahu, bahwa kami tercampak selama ini adalah karena kemiskinan yang sistemik. Kebobrokan pemimpin mengurus daerahnya di tengah negeri kita yang kaya. Korupsi , kolusi, nepotisme, mafia yang menguasai kekayaan negeri di segala lini. Mereka yang selama ini  berlomba lomba mengejar tampuk  kekuasaan hanya untuk memperkaya diri dan kroni.
Coba tanyakan pada seluruh kawan, adakah kami rela meninggalkan sanak, keluarga yang tercinta hanya untuk menjadi orang kecil buangan di negeri tetangga?. Sedang negeri kami, negeri yang sangat kaya ?.