[caption caption="Foto dokpri "][/caption]"Mudik" menjadi kalimat yang sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia. Sudah menjadi tradisi, Terlebih menjelang hari raya Idul Fitri. Geliat mudik sudah terasa sejak sebelum bulan puasa. Jalan jalan tampak ngebut di benahi, aparat polisi mulai sibuk berkonsolidasi. Bahkan, bagi yang berniat mudik, pastinya sudah direncanakan jauh jauh bulan sebelumnya. Apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Keselamatan, kenyamanan anggota keluarga dalam menempuh perjalanan mudik harus di perhitungkan.
Karena mudik tidak hanya cukup dengan kalkulasi keadaan diri, terkait budget dan kondisi fisik urusan internal. Harus juga di perhitungkan urusan external, berhubungan dengan masalah tiket perjalanan , ketepatan waktu, kepastian tempat , kenyamanan selama perjalanan, segala keperluan saat ditempat tujuan , beserta planning , tetek bengek yang berhubungan dengan keluarga besar dan lain sebagainya .
Untuk  menempuh perjalanan mudik , akan menggunakan moda transportasi apa? darat, laut atau udara? Yang mana dari masing masing punya kelebihan dan kekurangan. Jika menggunakan jasa maskapai sudah pasti lebih cepat ,aman, dan nyaman, namun membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan ini juga tentunya sudah di pertimbangkan baik baik ,mengingat harga tiket untuk semua moda transportasi akan naik gila gilaan terlebih lagi harga tiket pesawat. Selain mahal, belum tentu mendapatkan ticket dengan tanggal yang sesuai hari libur keluarga saat lebaran tiba.
Dulu sewaktu saya tinggal di Tangerang , jika mau mudik bareng keluarga, karena saya memang bener bener orang 'udik' yang tidak bisa naik kendaraan jarak jauh karena mabok, tiket pesawat tidak terbeli, maka Kereta Api menjadi pilihan utama. Empat tiket, dua dewasa dan dua balita sudah di tangan , satu bulan sebelumnya. Jaman itu Kereta Api kelas bisnis dari stasiun Gambir tujuan Semarang sudah sangat nyaman. Karpet merah terbentang sepanjang lantai dengan kondisi dan pelayanan yang lumayan.
Sejak anak anak masih balita, dimana di antara empat tempat duduk yang kami beli, lantainya saya gelarin matras, untuk tempat perlengkapan keperluan dua balita termasuk beberapa permainan mereka. Memang repot bepergian membawa balita, namun  Kereta Api  adalah pilihan yang tepat bagi keluarga Saya  dengan dua balita. Tiket yang sudah bisa di pesan jauh hari,  tidak mengenal macet, kecuali ada masalah tekhnis, ada lorong aman yang bisa digunakan untuk berjalan melepas penat sambil membawa anak , ada restoran buat iseng pesan makanan biarpun mahal, walaupun kami juga sudah pasti membawa bekal komplit untuk selama perjalanan. Ada toilet , yang gak bikin saya pusing saat berada di dalamnya. Dan saya bisa leluasa bersihkan  anak anak, washlap badan mereka, ganti baju mereka,  menjelang kami turun di stasiun tujuan.
Ketika anak anak sudah mulai kanak kanak (bukan balita) karena jarak lahir mereka yang cuma dua tahun, sudah tidak begitu rempong jika mudik. Tidak lagi bawa termos dan kaleng susu. Saya tetap menggunakan Kereta Api saat mudik lebaran. Kadang Saya sama anak anak naik kereta, di antar sama saudara ke stasiun , sedangkan suami bawa mobil pribadi sama supir sudah jalan dulu dan memperkirakan sampai stasiun dimana saya nanti akan turun, menjemput saya dan anak anak untuk bersama menuju rumah mertua.
Itu cerita seru aku saat mudik beberapa tahun yang lalu. Nah untuk mudik kali ini pun tak kalah seru. Intinya semua harus di persiapkan jauh jauh hari, terutama urusan ticket. Walaupun posisi bukan di Indonesia, namun imbas Idul Fitri juga merambah ke maskapai jalur international. Pesawat Garuda yang menjadi kebangaan kami, Â menjadi pilihan utama di luar penawaran menarik dari maskapai penerbangan lainya oleh agen agen resmi yang ada di Hong Kong dengan kualitas dan pelayanan yang tak kalah bagus. Bahkan banyak yang lebih bagus, tergantung keinginan. Namun karena cinta saya pada Indonesiaku, maka Garuda adalah pilihanku.
Karena sudah diniatkan untuk mudik lebaran, satu tahun sebelumnya sudah ada perkiraan. Masalah dana, dan planing lainya, terutama masalah tiket pesawat. Dari bulan January saya sudah sibuk booking tiket, Garuda tentu saja,  walau kelas ekonomi. Gak masalah to, lawong masih satu pesawat sama kelas bisnis, cuma beda tempat. Gak perlu malu atau gengsi , Pak Jokowi yang seorang presiden saja naik kelas ekonomi jika bepergian untuk kepentingan pribadi , bukan kepentingan negara. Memang luar biasa sosok presiden satu ini !!
Karena sudah booking dari bulan Januari , dan lebaran jatuh di bulan July, alhasil saya mendapatkan tiket sesuai keinginan , yakni tgl 3, hari minggu penerbangan pagi pukul 09.00, transit Jakarta untuk kemudian dilanjut ke Semarang dan diperkirakan pukul 17;00 sampai bandara Ahmad Yani .
Ada beberapa teman yang sudah berencana mudik, namun tidak segera mengupayakan ticket. Akhirnya uring uringan jarena harga sudah merangkak naik. Yang lebih parah lagi ada teman yang baru beli tiket pesawat satu bulan sebelum lebaran, menjelang bulan puasa. Selain harga yang sudah melonjak tinggi, harga normal adalah $hk 2800 one trip, jelang bulan puasa sudah mendekati $hk5000, bahkan lebih!, untuk semua tujuan  ke Indonesia . Itupun jadwal tanggal keberangkatan dan maskapai penerbangan tidak ada pilihan lagi. Artinya, tinggal mengikuti stok yang di tawarkan oleh agen perjalanan. Sudah tanggalnya gak sesuai hati, jam terbang kadang tengah malam, transit di lain negara, juga jatah kg kuota bagasi yang terlalu minim.