- *Terinspirasi dari satu artikel yang selalu menyalahkan Orang tua akan keminderan/ketidakberhasilan anak*
Tidak ada orang tua di manapun yang tidak menginginkan anak anak nya berhasil dan sukses. Tidak ada orang tua yang rela melihat anak anaknya ,terlantar, menangis, kelaparan, sedih, kesepian, pendiam, minder, tidak bisa sekolah, terbelakang , kuper,  atau hal hal negative lainya.  Sungguh tidak ada, di belahan dunia manapun.
Kalaupun ada , itu semua karena factor keadaan, bukan atas kemauan orang tua . Binatang yang tidak mempunyai nalar, akal dan pikiran saja , begitu sayang dan melindungi anak anaknya, apalagi kita manusia yang di karuniai akal dan perasaan. Dan jikalau ada kasus satu dua ortu yang tega "memangsa" anaknya, itu hanya oknum yang akal pikiranya sudah di kuasai setan.
Keberhasilan, kemajuan dan kemandirian anak, selain factor lingkungan,  dorongan dan adanya fasilitas dari orang tua, itu akan terjadi karena adanya kemauan dari anak itu sendiri. Justru kemauan anak itu sendirilah yang mampu membawa kesuksesan dan prestai dalm dirinya, sebagai contoh :
BERLIMPAH FASILITAS VS tak ada minat anak.
Orang tua yang kaya/ mampu secara finalsial akan menuruti dan membiayai apapun yang menjadi keinginan anak, selain membari kasih sayang dan perhatian,  ortu akan membimbing dan mengarahkan yang terbaik untuk anaknya, banyak yang sukses, karena adanya dukungan ortu dengan segala fasilitasnya, juga kemauan anak.     Namun jika si anak ,   melempem, tak ada kemauan diri yang kuat,  semua fasilitas yang ada seakan  sia sia, anak hanya akan menjadi yang kesekian dari harapan ortu yang ingin membanggakan si anak karena lubernya fasilitas. masih bersyukur jika tidak mblangsak karena jor jor an materi dan pengaruh lingkungan yang negative.
MINIM FASILITAS plus Anak Berjuang Keras
Banyak sekali keluarga atau ortu yang berpenghasilan pas pas an, namun  tidak mengurangi harapan dan cita2 ortu untuk sang buah hati, melimpahkan kasih sayang dan perhatian yang ada , agar anak mendapatkan ketenangan , kebahagiaan dan cinta dari keluarga.   Orang tua  berjuang  mati matian di iringi do'a siang malam. Si anak tau diri,  dia mampu berhemat, belajar keras , berkeinginan kuat untuk menjadi yang terbaik, akhirnya prestasi yang membanggakan di raih, selain dia selalu rangking kelas, dia menjadi kebanggaan sekolah dan lingkunganya karena prestasi2 lainya , dia tipe anak cerdas,  santun  dan  pandai membawa diri. walau hidup tidak berlimpah materi.
Kisah yang kedua itu benar2 terjadi pada saya. Karena minimnya fasilitas (materi) dan jarak yang memisahkan, saya sebagai ibu tidak bisa  mendampingi setiap saat mereka butuhkan, jadi keberhasilan mereka dalam berprestasi mutlak karena perjuangan mereka sendiri. Saya hanya mampu mengontrol dan memotifasi lewat komunikasi yang terbatas, satu yang pasti rangkaian do'a saya yang tak pernah berujung, di siang ataupun tengah malam.
Namun semua itu juga tidak bisa serta merta terjadi, di dasari dari pendidikan dan kasih sayang  keluarga sejak dini untuk melandasi sifat mandiri di kemudian hari.  Jiwa saya yang keturunan dagang, sejak berkeluarga tidak ingin berpangku tangan terima jatah dari suami, saya menyibukan diri dengan dagang kecil2 an. dari kesibukan itu saya membiasakan anak2 saya untuk mandiri, untuk masalah uang jajan juga saya ajarkan mereka untuk mengelolanya, selain sudah terbiasa melihat kejelian ortu , mereka mengikuti atas kemauan sendiri, selain dari contoh ortunya terutama ibunya ( saya sendiri) mereka (anak yang pertama awalnya) mencatat setiap uang jajan yang saya kasih,  contoh ;
- di kasih uang jajan RP 2000. beli siomay RP 500, batagor RP 500,  dan es tung tung RP 500 ( air minum bawa dari rumah)  saldo RP 500 masukin celengan.
Walaupun nilainya minim tapi jika kita membiasakan anak2 untuk mencatat pengeluaran, mereka akan belajar berhemat sejak keci, mana2 hal yang penting dan mana yang tidak harus di beli.