Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fera Nuraini, Kompasianer Aktivis Di Hong Kong

16 November 2015   23:03 Diperbarui: 18 November 2015   08:03 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto:dok pri"][caption caption="Foto :dok pri"][/caption]

[/caption]

Memperlihatkan keramahanya, bertemu dan berteman dengan siapa saja, di antara padat waktunya   di hari minggu di penghujung waktu menjelang kepulanganya kembali ke Indonesia, meluangkan waktu untuk  berjumpa di lapangan victory jam dua siang, pesan nya.

Fera Nuraini namanya, ku sapa dek Fera karena memang usianya pasti jauh di bawahku. Kalem, simple, sederhana tanpa make up , rendah hati itu kesan pertama saat tangan kami bertaut di awal pertemuan, di barengi ucap salam dan cipika cipiki juga peluk hangat tentunya.

Bahasa tubuhnya elegan, tutur bahasanya runtut dan sopan,  menggambarkan isi pikiranya   yang smart dan matang, kerjap matanya menandakan seseorang yang penuh optimis hadapi segala tantangan, bawaanya tenang, namun tidak mengurangi rasa kehangatan di antara kami, ngobrol ngalor ngidul di selingi canda tawa, di tengah ramainya suara musik jaranan yang di mainkan oleh kawan kawan BMI dari organisasi IMWU , unjuk kebolehan dan berbagai atraksi lainya sebelum melakukan aksi demo di KJRI kabarnya.

Di sebelah tempat ngeriung kami berempat,  mbak Yan, mbak Dwi P , dek Fera dan mbak Erna, di selingi kehadiran beberapa teman aktivis yang sangat mengenal dek Fera, terlihat seorang aktifis dari Organisasi PILAR, setelah mengeluarkan energi berpidato dengan semangat ber api api, singgah di reriungan mengambil minum, dan menyapa dek Fera yang sepertinya sudah di kenal akrab, tampak dari cara bicara mereka yang gak pake ewuh pekewuh.

Kompasianer yang bermukim di Hong Kong 10 tahun yang lalu, bergabung di Kompasiana sejak 19 February 2010 ini,  aktif menulis mengangkat isu actual tentang kejadian di HK , terutama masalah seputar BMI, tercatat sudah ada 400 artikel dengan jumlah pembaca 230.921, HL 39 dan Hlt 184, tak heran jika dek Fera layak mendapat kehormatan bintang biru di K karena sikap konsistenya akan masalah di seputar Buruh Migran Indonesia.

Postingan terakhir di Kompasiana pada bulan july 2015, sampai hari ini  belum ada postingan lagi, tetapi bukan berarti dia berhenti menulis, dek Fera tetap rajin mencurahkan segala unek unek , ide dan buah pikiran kritis lainya di blog pribadi yang di kelolanya , jika kangen tulisan tulisan bernas nya bolehlah kunjungi di www.feranuraini.com

Gadis lajang berwajah manis, murah senyum asal Ponorogo Jawa Timur yang doyan makan tapi anti gembul, pecinta kopi, hoby jalan jalan, dan lebih suka menjadi pendengar yang baik ini di sela sela kesibukan positif nya yang seabrek juga masih menyempatkan kuliah untuk memperdalam ilmu intelektualnya, rendah hati dan tidak sombong tercermin dari upayanya untuk menutupi tentang pendidikan tinggi yang di tempuhnya di HK. Namun dari hasil karyanyalah semua orang tau kualitas gadis yang punya motto " Melawan Penilaian Bodoh Buruh Migran Dengan Menulis" terpampang jelas di blog pribadinya.

Walaupun di sayangkan saya baru bisa berkesempatan bertemu kopdar di penghujung kepulanganya kembali ke rengkuhan ibu pertiwi Indonesia tercinta minggu depan, namun menjadi satu kebahagiaan dan kenangan yang teramat manis sudah bisa mengenal sosoknya. Do'a terbaik ku untuk mu dek Fera, Semoga sukses dan bahagia selalu menyertai langkahmu di manapun berada. Sukses belum tentu Bahagia, tapi Bahagia Sudah Pasti SUKSES. Salam SUPER untukmu.

Teriring salam hangat untuk  seluruh keluargamu di Indonesia, kami yang di sini akan merindukanmu, semoga kelak kau kembali menyambangi HK dengan status pelancong doaku dan harapmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun