[caption caption="Foto dok. ACI mb Jundy dalam balutan kebaya cantik"][/caption]
Jika terlihat penulisnya dari Hong Kong, pasti dari BMI. Jika Anda termasuk yang alergi BMI mungkin akan keluar kalimat , aaah BMI pasti yang di bahas seputar urusan pembokat" , baiklah saya terima. Tapi kali ini saya akan mengajak Anda untuk sedikit melihat sisi lain dari rutinitas kami yang mungkin di anggap bukan kelas Anda.
Hong Kong negara yang menjunjung tinggi persamaan hak, tanpa memandang latar belakangnya. Pemerintah Hong Kong menerapkan wajib libur setiap hari minggu dan publik holiday. Kemudian atas persetujuan kedua belah pihak, majikan dan kungyan (sebutan pembantu di Hongkong), bisa di ganti hari lain atau bisa juga di ganti dengan uang tergantung kesepakatan.
Menurut data dari Imigrasi Hong Kong hingga januari 2013 jumlah BMI mencapai 149.56 orang. (sumber BeritaTKIHK). Mereka di beri kebebasan berorganisasi, ber asosiasi, atau membentuk perkumpulan2 lainya, sehingga bisa mengakomodir jiwa jiwa kreatif dan kritis para BMI. Tercatat sampai saat ini ada: 56 organisasi bernuansa keagamaan ( dakwah), 5 perpustakaan, dan 17 organisasi umum. sumber www.ddhongkong.org.
Bagi yang tidak suka berorganisasi dan lebih suka membaca, ada library yang nyaman dengan segala fasilitasnya, belum lagi adanya koran dan tabloid di bagikan gratis yang terbit setiap dua minggu sekali, sebut saja Koran Suara< Kindo , Media Indonesia, Apa kabar dan buku terbitan dari media dakwah atau dari pesantren yang punya Motto " Membaca sambil beramal.
Di Luar itu masih banyak lagi kelompok kelompok yang menawarkan jasa pembelajaran, ketrampilan, seminar2 dengan nara sumber yang berkompeten di bidangnya atau kegiatan positif lainya. Termasuk dari lembaga charitas Hong Kong yang sangat welcome terhadap BMI. yang belum tentu di dapat dari lembaga sosial di negeri sendiri. Bahkan dari mereka tercatat sebagai mahasiswi dari Univ Saint Marry, UT atau beberapa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi lainya di Hong Kong.
Dampak dari kegiatan positif di atas , terbentuklah pribadi pribadi yang lebih percaya diri, berkembang, jiwa yang optimis dan menghasilkan karya karya kreatif di segala bidang seperti jurnalis/kepenulisan, fotografi, merias, menari/dance, tarik suara, pidato, merancang busana, dan masih banyak lagi hasil kreasi kreasi lainya.
Harus ada campur tangan pemerintah daerah untuk membantu agar ketika mereka purna tugas dan kembali ke negeri tercinta Indonesia mereka bisa terus berkarya sesuai kemampuan masing2. dan menghasilkan income untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar tidak kembali menjadi pekerja di Luar negeri.
Jadi selagi dia mahluk Tuhan yang berbudi pekerti, menjunjung tinggi nilai agama dan kehidupan, siapapun Dia, apapun pekerjaanya, selayaknya mari hargai Dia.
* Salam Santun BMI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H