Mohon tunggu...
Yosef M.P Biweng
Yosef M.P Biweng Mohon Tunggu... Guru - Guru pedalaman

Musafir sebagai guru di pedalaman Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pulang Kampung demi Adik-adik

21 Maret 2024   10:02 Diperbarui: 21 Maret 2024   10:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebedius Safan Pulang Kampung  
menjadi pendidik demi masa depan adik-adik

Prolog
Saya terlahir sebagai anak pertama dari keluarga yang sederhana. Ayah saya adalah seorang pegawai negeri sipil sebagai mantri yang bertugas dinas kesehatan kabupaten Asmat. Ibu saya adalah seorang anggota aparat kampung di kampung kayarpis distrik Fayit kabupaten Asmat. Boleh dikatakan kami tergolong Orangtua mampu.
Tepat pada 01 Januari 1989 adalah hari kelahiran saya. Saya terlahir sebagai anak yang pertama dalam keluarga kecil bapak Alfeus Asmat dan ibu Martina Yaumit. Dan saya memiliki enam bersaudara diantaranya tiga saudara laki-laki dan tiga saudari perempuan. Kami hidup sebagaimana seperti kehidupan masyarakat kampung pada umumnya.
Sebagai anak pegawai, pasti punya rasa kebanggaan tersendiri. Saya bisa mengenyam pendidikan dengan baik. Saya menyelesaikan pendidikan dasar di SD Impres Ocenep pada tahun 2004 di kampung. Saya melanjutkan pendidikan di sekolah lanjutan pertama di SMP YPPK St. Yohanes Pemandi Agats di kota agats pada tahun 2008. Terus saya melanjutkan pendidikan ke jenjang atas yaitu SMA Negeri 1 Agats pada 2011. Saya sempat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, akan tetapi berbenturan dengan biaya. Orangtua tidak bisa membiayai saya, karena saudara saya yang lain juga sudah sekolah dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Singkat cerita, sebagai anak pertama, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, mengabdikan diri untuk membangun kampung sendiri dengan ketrampilan dan kemampuan yang saya miliki.

Kembali membangun kampung
Sejak saya Tamat SMA negeri 01 Agats, 2011, saya melanjutkan kuliah di universitas Muhammadiyah Jayapura. Saya mengikuti seleksi tahap demi tahap, mulai dari pendaftaran, mengikuti tes tertulis, tes wawancara dan tes latihan diri, saya dinyatakan lulus seleksi tersebut. Namun, saya terkendala dengan biaya. Saya diberikan kesempatan satu minggu untuk melengkapi biaya administrasi. Namun satu minggu berlalu begitu saja karena terkendala biaya. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Asmat.
Setahun berlalu saya berada di kampung. Pada tahun 2012, dewa Fortuna berpihak kepada saya. Saat itu, bapak  Guru Fransiskus Asut, S.pd (kepala sekolah SD inpres Ocenep) bertemu saya dan menawarkan saya untuk mengajar di SD Inpres Ocenep, namun saya tidak serta menerima tawaran tersebut. Tapi saya pun juga bertanya kepada kepala sekolah, pak kepala sekolah, honor saya berapa? Lalu pak kepala sekolah sampaiikan kepada saya, pak Sabedeus safan bpk kepala sekolah  membayar dari dana bos sebesar Rp 3.juta. Tawaran bapak kepala sekolah itu karena mengingat kekurangan tenaga guru. Saya menyatakan siap sediah untuk bekerja sebagai seorang pendidik demi masa depan dan cita-cita anak-anak kampung.
Saya mulai bekerja sebagai seorang pendidik sejak 17 Juni 2012 di SD inpres Ocenep. Saya dan teman guru (Yohanes yames) adalah orang pertama yang diangkat oleh kepala sekolah sebagai tenaga honor sekolah. Kami bekerja dengan niat membangun masa depan generasi kampung ini. Upah honor yang sering tidak bayar, bayar tidak sesuai kesepakatan, namun tidak menghentikan semangat kami untuk mendidik anak-anak kami di kampung Ocenep.
Dalam hati saya bertanya, saya bukan seorang sarjana pendidikan atau paling tidak memiliki pengalaman untuk mengajar, apakah saya bisa berdiri di depan kelas untuk mengajar adik-adik, anak-anak saya? Nanti saya mengajar bagaimana? Apakah saya cocok menjadi seorang guru? Kenapa harus saya yang ditawarkan untuk menjadi guru? (Guman dalam hati)

Tantangan dan Nasib  sebagai honor sekolah
Sejak 2012 sampai sekarang ini, masih tetap menjadi tenaga honor sekolah. Saya berharap status honor sekolah bisa berubah menjadi tenaga kontrak daerah, tak terwujud. Saya berpikir kalau masih tetap sebagai honor sekolah, tidak dibayarkan setiap bulan. Pembayaran honor sekolah berdasarkan pencairan dana operasional sekolah (BOS). Kalau menjadi kontrak daerah, hak dibayarkan setiap bulan. Pimpinan tidak menindaklanjuti status berubah menjadi tenaga kontrak, agar biaya Operasional sekolah tidak kurangi untuk membayar hak kami.
Tugas yang diembankan kepada kami selain sebagai pendidik, kami juga diberikan tanggungjawab untuk mengontrol dan mengajak anak-anak, agar mereks bisa masuk sekolah. Terkadang saya harus panggil dari rumah ke rumah untuk mengajak mereka ke sekolah. Menjadi pendidik di kampung di pedalaman Papua butuh kerja ekstra seperti yang kami alami di kampung kami.
Saya sebagai anak pertama merasa mempunyai tanggungjawab terhadap adik-adik sekampung. Walaupun pengetahuan dan pengalaman yang terbatas, saya memiliki semangat dan satu tekad adalah mengubah masa depan adik-adik melalui pendidikan, karena melalui pendidikan kita dapat mengubah hidup kita sendiri maupun kampung tercinta kita. Sering saya sampaikan kepada adik-adik sesuai pembelajaran di kelas sebagai motivasi untuk adik-adik saya.
Sambil mengajar, sambil kuliah. Demi dan untuk mengubah nasib, menambah pengetahuan dan pengalaman, saya sekarang mengikuti kuliah melalui jalur dinas pendidikan di UNY RPL Asmat pada 2022. Saya berharap dengan mengikuti kuliah ini, saya bisa menjadi seorang pendidik yang profesional dan bisa merubah nasib dan status, mungkin dari tenaga Honor sekolah menjadi tenaga kontrak. Dan besar harapan bisa menjadi abdi negara yang memiliki status pegawai negeri sipil.

Catatan refleksi sebagai seorang pendidik pedalaman
Tidak ada niat menjadi seorang pendidik. Tapi Tuhan punya rencana lain. Melalui kepala sekolah SD Inpres Ocenep, saya ditawarkan untuk menjadi seorang pendidik. Tawaran tersebut, tak ada kata pertimbangan saya langsung menerima tawaran tersebut. Saya merefleksikan bahwa ini cara Tuhan memanggil dan memakai saya untuk menjadi seorang pendidik.
Kita memiliki rencana, tetapi Tuhan yang memutuskan. Tuhan memanggil saya dengan caranya sendiri. Saya merefleksikan  bahwa Tuhan telah menyiapkan tempat atau ladang kerja untuk saya. Ladang saya adalah sekolah SD Inpres Ocenep.
Terimakasih Tuhan atas berkat dan ladang yang Engkau berikan kepada saya. Saya bersyukur dan saya akan mengabdikan seluruh tenaga dan jiwa untuk mengabdi di tanah kelahiran saya demi masa depan dan perubahan generasi penerus.
Tuhan tak pernah janji, tapi Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk perjalanan hidup kita. Jangan pernah menyerah dengan keadaan karena Tuhan akan memberikan waktu yang terbaik dan indah pada waktunya.
Terimakasih Tuhan, terimakasih orang-orang baik yang Tuhan hadirkan dalam hidup saya, terutama Orangtua saya. Berkatilah pekerjaan, kesehatan dan kekuatan umur yang panjang.

Agats, 21 Maret 2024
11:37 Waktu Papua Selatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun