Mohon tunggu...
Yosef M.P Biweng
Yosef M.P Biweng Mohon Tunggu... Guru - Guru pedalaman

Musafir sebagai guru di pedalaman Papua

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Amukan Muara Ayip

23 Oktober 2022   03:17 Diperbarui: 23 Oktober 2022   03:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam 08:15 wit, pak Oto tiba dengan perahu viber dengan mengunakan mesin jonson 15pk. Padahal ibu Risma dan suaminya sudah bergerak pulang, tapi kami panggil untuk kembali karena pak Oto sudah datang.

Kami bertolak dari Kota Agats, kampung Suru jam 08:30 wit. Pak Oto sebagai driver bersama dengan istri dan anak-anak serta kedua adiknya. Dan kami yang turut ikut ibu Risma, pak Nanik dan saya sendiri.

Perjalanan kali ini sangat menyenang, karena didukung dengan cuaca yang cerah, udara yang segar dan alami karena sepanjang jalan anak sungai itu berdiri pohon-pohon bakau dan berbagai jenis pohon liar lainnya.

Kami pun tiba di ditrik Atsj pukul 11:09 wit. Kami singgah sebentar saja karena mau jemput teman guru andolen pak Orpan sapaan akrannya. Sambil menunggu oak Orpan, kami istirahat sejenak karena perjalanan cukup jauh sehingga membuat lutut dan pantat sakit.

 Dari Atsj menuju muara Ayip

Pukul 11:30 wit, kami berangkat dari Atsj dengan cuaca panas membara, seakan kulit hendak terbakar. Pak Opan ambil area depan perahu viber, katanya pandu perjalanan sekaligus mengontrol kayu potong yang hanyut.

Setengah perjalanan antara Atsj dan muara Ayib, ibu Risma tanya kepada saya, pak guru ini di muara (muara Ayip) amankah? Demi percaya diri saya katakan aman, supaya ibu Risma tidak rasa takut dan gugup.

Muara Ayip sudah kelihatan, gelombang datang silih berganti, pak Nanik dan ibu Risma tanya sekali lagi ke saya, guru ini gelombang begini aman kah? Saya jawab dengan tenang, kalau di sini gelombang tidak besar berarti muara juga tidak. Tandanya aman.

Seketika situasi berubah, angin kencang dan gelombang yang cukup bersar untuk ukuran viber 15 itu sangat berbahaya. Pak Oto langsung bicara bagaimana teman-teman, kami ke menepih dulu karena gelombang. Kami sepakat ke pinggir, karena amukan muara Ayip mulai terasa. Pak Oto putar perahu viber menuju ke tepih.

Namun kami tetap nekat untuk harus tembus masuk ke kali Ayip. Keputusan terakhir adalah kita kembali sedikit jauh dari muara Ayip, dan kami melaju menyebrang sungai ke sebelah.

Namun, kami tak lolos dari amukan muara Ayip. Pak Oto dengan rawut wajah sedikit gugup dan kelihatan ketakutan sedikit, dia memberanikan niatnya untuk tetap melaju dengan kecepatan rendah. Saat yang bersamaan, gelombong dan angin membuat perahu sedikit oleng, sebentar- sebentar turun-naik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun