Kisah dibalik amukan muara Ayip
Cerita lain dibalik beberapa kisah yang telah menjadi catatan sebagai pengalaman. Seperti biasa, para pegawai yang bertugas di pedalaman pasti akan mencari armada untuk kembali ke tempat tugas masing-masing. Demi tugas, rintangan dan hambatan bukan halangan. Begitu pun bapak/ibu guru.
Sabtu, 22 Oktober 2022 adalah jadwal untuk kembali ke tempat tugas, yaitu di distrik Awyu kabupaten Asmat, kampung Wagi. Kesepakatan adalah kami akan berangkat dari pinggiran kota Agats, tepatnya di tambatan perahu di kampung Suru. Kami rencana berangkat pukul 06:00 wit. Dan itu pembicaraan kami pada jum'at, 21 Oktober 2022 di rumahnya ibu Risma.
Keesok harinya, cuaca masih dingin, terdengar bunyi motor berhenti di dpan rumah. Jemputan telah tiba. Pak Nanik yang datang jemput saya di rumah pada pukul 05:35 wit untuk menuju tambatan perahu di kampung suru sebagai tempat keberangkatan. Dengan muatan minyak tanah, beras, bumbu masak dan tas pakian. Sampailah di tempat tujuan, 05:45 wit, belum ada perahu. Setelah itu, pak Nanik kembali ambil barangnya di rumah. Sedangkan ibu Risma masih di rumah sambil menungggu info jam keberangkatan dari pak guru Oto Kaibu.
Pukul 06:03 wit, saya menghubungi pak Oto, untuk tanya jam berapa baru kita bisa berangkat. Jawaban pak Oto bahwa ini air baru bertolak naik jadi kita tunggu dan saya persiapan isi minyak lagi, ganti oli ekor dan beberapa keperluan yang harus disiapkan.
Setelah saya komunikasi dengan pak Oto via telp, saya infokan ke teman ibu guru Risma dan Pak Nanik, bahwa Pak Oto baru persiapan minyak,dll, jadi kemungkinan kita agak telat keberangkat.
Pukul 06:30 wit, pak Steven suaminya ibu guru Risma datang dengan motor bersamaan dengan barang-barang. Katanya pak Steven, ini muatan pertama, mau kembali ambil barang lagi. Tidak lama kemudian pak Steven datang dengan barang-barang dengan muatan depan dan belakang penuh dengan barang bawaan milik ibu Risma.
Saya telp pak Nanik untuk beritahu bahwa pak Oto masih persiapan, sedikit baru bisa datang. Pak Nanik katakan bahwa saya agak lama karena ada sedikit gangguan pada perut. Pak guru istirahat dulu, nanti saya info kalau pak Oto sudah bergerak datang dengan perahu.
Pukul 07:12 wit, saya telp pak Oto lagi dan pak Oto katakan sedikit lagi saya menuju ke pelabuhan situ. Tak lama kemudian, pak Nanik datang dengan bawa barang dan sebungkus nasi kuning untuk saya bisa sarapan pagi, karena di rumah tadi tidak sarapan. Ya, makhlum saja, bujang lokal.
Menjelang beberapa menit kemudian, pak Steven dan ibu Risma datang untuk cek kepastian jam berapa berangkat. Kami berdiri bercerita hampir lumayang lama, hampir setengah jam kurang mau jam depalan.