Mohon tunggu...
Ebit Frista
Ebit Frista Mohon Tunggu... Pegawai swasta -

ebitfrista.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Humor Gelap di Dalam Kopaja

9 Juni 2015   15:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:09 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pengamen tiba-tiba naik ke dalam Kopaja bernomor jurusan 19 yang sedang saya tumpangi di depan Stasiun Sudirman, Jakarta. Pengamen itu bisa saya tebak usianya sekitar 50 tahunan berkulit coklat gelap dengan berpakaian lusuh dan seperti sedang kelelahan, terlihat dari wajahnya yang pucat serta berkeringat. Mungkin juga dia sedang kelaparan saat itu.

Seperti biasa seorang pengamen akan mengatakan kalimat-kalimat pembuka sebagai kata pengantar sebelum dia melantunkan sebuah lagu. Pada umumnya seorang pengamen akan mengandalkan kepiawaiannya dalam bermusik untuk menutupi kualitas vokalnya saat sedang menarik perhatian para penumpang agar mau menyisihkan sedikit uangnya. Kakek pengamen ini justru tidak bermodalkan alat musik apapun. Untuk menarik perhatian penumpang di dalam kopaja, Kakek pengamen ini bernyanyi sambil bertingkah menirukan gaya Cita citata saat sedang menyanyikan lagunya yang berjudul Sakitnya Tuh di Sini yang sekarang sedang populer.

Kakek pengamen ini sepertinya begitu menghayati lirik dan makna lagu yang sedang populer  tersebut. Dengan menunjukan dada kirinya ketika melantunkan lirik sakitnya tuh di sini. Membuat semua mata penumpang kopaja tertuju pada si kakek yang sedang bernyanyi dan sangat menghayati lagunya. Terlihat aneh juga menurut saya. Sedikit tersenyum dan terhibur melihat tingkahya yang memelas-melas seperti apa-apa yang terkandung dari maksud lirik lagunya.

Di sisi lain begitu miris melihat ekspresi wajah yang jelas terlihat dibuat-buat. Saya bisa menerka sebuah kesusahan, kelelahan bahkan kelaparan yang mungkin sedang dirasakannya. Di saat mata para penumpang sedang terpusat memperhatikan dirinya dan juga senyum-senyum jaim melihat lucunya tingkah bapak pengamen ini. Justru pada saat itu pula dia mempertaruhkan gengsinya demi sesuap nasi.

Saya duduk di dekat jendela yang terbuka di kursi sebelah kiri urutan ke dua dari belakang kopaja. Setelah beberapa menit menikmati kekonyolan tingkah laku si kakek pengamen. Saya palingkan wajah ke luar jendela, saya seakan segan melihat wajah si kakek yang jelas-jelas menipu. Dia hanya sedang berakting layaknya pelawak di TV yang rela dibuat candaan dan ditertawai oleh orang-orang untuk menghibur dan juga sebagai bentuk profesionalisme untuk bayaran yang cukup besar. Sedangkan kakek pengamen ini bertingkah konyol, hanya demi sesuap nasi. Mungkin gak lebih.

 

Istilah “humor gelap” diperkenalkan pemikir Prancis, Andre Breton, pada 1940 melalui bukunya yang berjudul Anthologie de l’humour noir atau Antologi Humor Gelap. Istilah ini berkembang sedemikian rupa dan punya makna yang cukup luas. Dalam bahasa Inggris kadang diterjemahkan menjadiblack comedy atau komedi hitam. Salah satu ciri dari humor gelap adalah kehadiran senyum yang diimbuhi rasa agak muram, gelak tawa yang menyisakan kepedihan, kegembiraan tapi memuat kesedihan, hal ihwal yang membuat rileks tapi sekaligus tidak nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun