“Sahabatmu adalah yang bersamamu di saat susah maupun senang”. Kalimat bullshit yang mungkin sering ditemukan pada timeline media sosial. Dari quote itu dapat disimpulkan bahwa seorang bisa dikatakan sahabat apabila dia selalu hadir untuk menemanimu baik itu di kala situasi sedang dalam keadaan senang atau pun dalam keadaan susah.
Bisa jadi quote itu benar. Menyenangkan bila kita benar-benar memiliki sahabat yang selalu ada untuk menemani di kala susah maupun senang. Mereka yang akan selalu berbagi kebahagiaan dalam bentuk apapun itu, seorang yang dapat membuat hidupmu semakin berwarna. Dan mereka juga yang akan selalu ada menemanimu saat dirimu mengalami kegundahan. Saat itulah kamu sadari bahwa hidup tak selamanya berwarna-warni. Dan inilah dinamika hidup, berbagai situasi datang silih berganti. Namun justru disitulah peran seorang sahabat benar-benar terasa, mereka pula lah yang akan menjadi cat perwarna hidupmu. Sehingga kembali indah, kembali cerah.
Dari setiap keistimewaan yang dapat seorang sahabat tawarkan. Rasanya quote di atas boleh saja kita hapus kata “susah” sehingga menjadi “Sahabatmu adalah yang bersamamu di saat senang”. Dengan begitu kita mendapat kesimpulan baru tentang sahabat yaitu, seorang bisa dikatakan sahabat apabila dengan adanya dia kita akan terus merasa senang. Bagaimana pun situasi yang kamu alami bila bersamanya kamu merasa nyaman. Hidupmu tak kan pernah sepi, dia lah orang yang akan selalu bisa membuatmu bertindak benar walaupun konyol namun dia lah yang bisa terus membuatmu tertawa dan menemani sepanjang hari.
Namun benarkah ada orang yang dapat menjadi seperti itu. Adakah orang yang tak sedikitpun pamrih dengan segala kebaikannya terhadapmu. Bila diasumsikan, seperti bulan yang gelap tak mampu menerangi bumi, dan menjadi terang karena memantulkan sinar matahari, adakah bulan menjadi berhutang pada matahari untuk kemudian saling menerangi. Justru mereka malah harmonis saling sama bekerja menerangi bumi. Secara bergantian mereka membuat adanya siang dan malam sesuai porsinya.
Dari sedikit asumsi tentang Bumi, Bulan dan Matahari tersebut. Siapakah kamu ? Bulan kah, yang perlu sinar matahari agar dapat berguna ikut menyinari bumi. Matahari kah yang memiliki sinar terang namun sadarilah seterang apapun sinar matahari tetap tak mungkin bisa menerangi seluruh permukaan bumi tanpa bantuan Bulan. Atau Bumi kah yang hanya menerima cahaya-cahaya tersebut, namun ingatlah Bumi yang mewadahi kehidupan.
Tak peduli yang manakah dirimu Bumi, Bulan atau Matahari. Dirimu adalah manusia yang akan selalu merasa kesepian. Maka akan selalu butuh teman untuk saling berbagi, untuk saling berguna, untuk saling menerangi.
Hidupmu tak harus selalu kaku, untuk terus diam membatu. Percayalah temanmu adalah sekonyol-konyolnya dirimu. Merekalah yang menerima dirimu seperti apa dirimu. Maka benar bila seorang bijak berkata “Sahabat adalah dirimu yang ke dua”. Janganlah kamu terlalu berharap sahabatmu adalah terbaik seperti sedikit cerita asumsi Bulan, Matahari dan Bumi. Karena pada kenyataanya kamu tak kan pernah benar-benar mendapati mereka hadir dalam hidupmu, sebelum kamu menemukan dirimu yang kedua. Jadi lah seorang teman yang kamu ingin ada dan hadir di hidupmu. Jadilah seorang sahabat yang selalu kamu bayangkan dan mimpikan di setiap khayalmu. Bila kamu mengerti, maka berdoalah kan kamu temukan sahabat sejatimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H