[caption id="attachment_140399" align="alignnone" width="640" caption="Berebut menu buka di masjid tanim, Makkah (Foto : bisyri)"][/caption] Ka'bah emang ngangeni. Baru saja kami sampai di asrama Rubath pada malam hari bersama teman-teman yang memutuskan untuk pulang duluan dari perburuan musa'adah di perusahaan arab di Jeddah, besok sore kami langsung merencanakan untuk umroh lagi. Ingin memperoleh apa yang pernah dikatakan Nabi : umroh satu dengan yang lain itu menghapuskan dosa diantara keduanya. Mungkin, selama di Jeddah, banyak kesalahan kepada Allah yang telah kami buat. Kami ingin tobat. Sore hari kami mempersiapkan diri. Biasalah, harus pintar bagi waktu untuk mandi, banyaknya penghuni di asrama, membuat kami mesti lebih awal untuk mandi, membersihkan diri sebelum berangkat umroh dan mengenakan dua helai kain ihram. Targetnya bisa buka puasa di masjid Tan'im. Ada lima orang yang mau diajak umroh pada hari ini. Pas, berarti kami bisa nyarter mobil sendiri di depan asrama Rubbath. Saat menjelang maghrib, banyak mobil lalu lalang di jalan depan Rubbath, setiap dari mereka kami tawari untuk mengantarkan ke masjid Tan'im untuk mengambil miqat umroh. Harga yang kami tawarkan ke mereka 5 reyal perorang. Jarak dari tempat asrama kami tinggal ke tan'im sekitar 7 kilo meter, tidak terlalu jauh, cuma kalo sore begini kan ramai dan jalan di Makkah tidak terlalu lebar karena wilayahnya yang pegunungan. Ada mobil toyota berhenti. Mas Irfan nawar 5 riyal. Sopir gak mau, terlalu murah. Dia bermujamalah dulu sebentar, sampai akhirnya mau. Kami berlima naik, ditanya ama sopir : "Tan'im fein, masjid tan'im wa la masjid 'aisyah wala masjid umroh?", tanya dia. Lah, kami taunya yang penting masjid yang dibuat untuk mengambil miqat umroh, dekat kok dari sini. Dia nanya lagi : "ana 'arif lakin qorib min Thaif", saya tahu itu tapi dekat dengan Taif. Saya dan teman-teman benar-benar kaget. Apa-apaan ini, masak mau diantar ke Taif, jarak dari Makkah ke Taif sangat jauh, saya belum pernah ke sana, tapi yang jelas jaraknya ratusan kilo. Kami tetap ngotot, yang penting masjid terdekat untuk mengambil miqat umroh. Sopirnya ketawa. Teman-teman agak emosi dengan kelakuan si sopir yang ternyata orang Saudi asli. Si sopir dalam setiap pertanyaannya sangat terlihat serius sekali, sehingga kami menanggapinya juga serius. Ternyata di tengah perjalanan dia menertawakan kami lagi. Dia bertanya seperti itu hanya ingin ngetes pengetahuan kami saja. Sudah sampai mana apa yang kami tahu tentang Makkah. Dia bukan bermaksud mempermainkan. Masjid dekat Makkah yang dibuat untuk mengambil miqat itu cuma satu, hanya saja terkenal dengan tiga nama : masjid tan'im, masjid 'aisyah dan masjid umroh, itu semua nama satu masjid. So, dont worry be happy. Akhirnya kami bisa tertawa bersama. Masalahnya, si sopir serius banget sih, jadi kami gak tau kalo dia lagi ngerjain. Kami berhenti di belakang masjid, di luar area parkir. Di sana banyak kendaraan yang menawarkan jasanya mengantar ke masjidil haram. Ramai sekali, ramadhan hampir habis dan semakin banyak orang-orang yang menggunakan kesempatan ini untuk melaksanakan ibadah umroh. Kami narsis dulu di depan masjid, di bangunan batas tanah haram. Orang-orang arab banyak yang nonton, ah, cuek aja. Semakin sore, masjid membagikan menu buka puasa kepada setiap orang yang hadir. Kami ikutan berbaris untuk mendapatkan sekotak menu yang diberikan. Di seberang jalan ada mobil hilux terparkir dan membawa menu satu mobil, mereka juga membagikan menu berbuka puasa, orang-orang pada berebut antri untuk mendapatkannya. Dua teman saya ikut antri, saya bagian memotret saja. :-) Beberapa kali saya mesti ke kamar mandi karena perut yang gak enak. Kami menunggu maghrib di pelataran masjid, di rumputnya yang hijau bersama orang-orang arab yang ada di sekitar kami. Kotak yang diberikan oleh pihak masjid coba kami buka, rupanya berisi kurma, juz lemon, air mineral dan roti. Lumayanlah untuk tenaga nanti ketika harus memutari ka'bah tujuh kali dan lari-lari kecil ke bukit safa marwa tujuh kali. Untuk orang-orang yang peduli dengan memberikan buka puasa, saya teringat dengan ijazah sanad hadits yang diberikan oleh dua guru ketika kami sowan kepada beliau beberapa hari lalu, dari Sayyid Ahmad, putra dari almarhum Sayyid Alwi dan dari Sayyid Muhammad bin Ismail, beliau memberikan ijazah sanah hadits yang sama. Inilah hadits itu jika diindonesiakan : "orang yang mengasihi akan dikasihi Allah, berilah kasih sayang kepada penduduk bumi, maka penduduk langit akan memberikan kasih sayang kepadamu". Seperti yang tercantum di dalam kitab hadits Abu Daud (4941), hadits Turmudzi (1924), hadits riwayat Ahmad (6494), al-Hamidy (591), Al-Hakim (4/159), Ibnu Syihab (5/214), Thabrani (91/24), al-Bayhaqi (9/214), dan riwayat dari Sya'bi (11048). Adzan berkumandang, kami berbuka bersama. Begitu nikmat, teringat dengan hadits Nabi : "Lisshoimi farhatan, farhatun indal ifthar, wa farhatun 'inda liqoi Robbih", orang yang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan, satu kebahagiaan ketika berbuka puasa dan satunya ketika nanti bertemu dengan Tuhannya. Rasanya ingin sekali setiap bulan ramadhan tiba, bisa diberi kesempatan mendapatkan undangan untuk selalu melaksanakan ibadah umroh di tanah suci. Semoga. Amin. Iqamat terdengar dari penjuru masjid, saya ingin memperbarui wudlu lagi. Teman-teman lebih dulu lari ke masjid. Semakin malam, masjid Tan'im ramai. Bus-bus umum saptco sudah banyak terparkir di dekat masjid, banyak orang berebut membeli tiket untuk menaiknya, harga tiketnya terjangkau, hanya 2 reyal. Usai shalat fardlu maghrib dan dilanjutkan dengan shalat dua rakaat sebagai shalat sunnah sebelum melaksanakan ibadah umroh, kami langsung mencari kendaraan selain bus, kami naik toyota Coaster bersama para jama'ah umroh lain, perorang ditarik ongkos 3 reyal. Selama perjalanan kami mengucapkan talbiyah bersama, mobil begitu riyuh dengan suara kami, "labbaik allahumma labbaik..labbaik la syarika laka labbaik", sampai kami diberhentikan di jalan yang dulunya menjadi tempat berdirinya pasar yang sangat dikenal oleh para jam'aah haji Indonesia bernama "Pasar Seng", sekarang sudah kosong dan dibuat parkir kendaraan, tempat ini juga menjadi salah satu tempat proyek perluasan masjidil haram, seluruh hotel dan pertokoan digusur dan dikosongkan. Melihat ka'bah, doa saya baca kembali, setelah banyak kali melihat ka'bah dan membaca doanya, saya jadi hafal dan tidak perlu lagi melihat buku panduan yang waktu itu saya beli di dekat kamar mandi di masjid tan'im ketika hendak mengambil miqat, pada umroh kedua dan naik taxi kena 80 reyal itu. Saat ini alhamdulillah sudah memasuki umroh ke empat, semoga bisa melaksanakan umroh selanjutnya. Kami langsung berpisah ketika masuk ke area tawaf. Saya memilih untuk membaca al-qur'an mulai dari putaran pertama. Halaman di lingkaran tawaf begitu penuh. Di pinggirnya banyak orang yang i'tikaf sambil menunggu masuknya waktu isya' dan shalat tarawih, sehingga tidak bisa mengamalkan jalan cepat sebagaimana yang disunnahkan dalam putaran pertama sampai ketiga ketika tawaf. Saya berjalan lambat bersama orang-orang yang juga tawaf hingga putaran terakhir. Selesai tawaf tidak bisa langsung melanjutkan ibadah sa'i karena sudah masuk waktu isya'. Saya memutari ka'bah lagi setelah shalat dua raka'at habis tawaf di belakang maqam ibrahim agak jauh, sebenarnya ingin lebih dekat, tetapi para polisi sudah siap siaga untuk mengusir siapa saja yang shalat tepat di belakang maqam ibrahim, karena mengganggu lalu linta orang yang sedang tawaf dan menyebabkan kemacetan. Saya memutari ka'bah lagi, sekedar untuk mencari tempat shalat yang dekat dengan ka'bah sambil menunggu iqamat berkumandang. Sejenak sebelum iqamat tiba, orang-orang yang tawaf, sedikit demi sedikit secara otomatis mereka membentuk barisan yang paling dekat dengan ka'bah, padahal imam berada di belakang maqam ibrahim. Di masjidil haram shalat di depan imam tidak masalah, mendapatkan kemurahan tersendiri dibanding masjid lain yang ada di dunia. Saya shalat di depan, dekat dengan hijir ismail bersama para jam'aah lain. Duh, begitu nikmat, begitu indah suara bacaan alqur'an yang dilantunkan oleh imam, begitu nyaring. Ini salah satu sebab, kenapa hati ini terpesona dengan Makkah dan ingin selalu mengunjunginya kembali, secepat dan sebisa mungkin berkali-kali. Usai shalat, saya tidak mengikuti shalat tarawih dan berjalan keluar menuju area tempat sa'i yang sudah penuh. Tetap saja, al-qur'an yang selalu saya baca. Saya memiliki keinginan, sebelum meninggalkan dunia ini, ingin sekali mendapatkan kesempatan hafal al-qur'an dan kelak di dunia kedua setelah dunia ini, bisa dikumpulkan dengan para hamba Allah yang hafal al-qur'an dan mengamalkannya. Itu keinginan saya sejak dulu dan akan terus tertanam hingga akhir nanti. "Allahummarhamna bil qur'an", kasihilah kami dengan Al-Qur'an ya Rabb. Amin. Entah teman-teman sudah di mana, saya sendirian sa'i sampai selesai dan tahallul untuk mengakhiri dan menutup ibadah umroh. Berlanjut ke catatan berikutnya. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H