Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Umroh 2011: Maling Tanah Haram (26)

6 Oktober 2011   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:15 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_139939" align="alignnone" width="640" caption="Jalan depan hotel di Ibrahim el Khalil yang gak pernah sepi (Foto : bisyri)"][/caption] Hari jum'at menjadi hari yang sangat padat, sementara jama'ah harus sudah meninggalkan Makkah saat jum'at sore, penerbangan memakai Saudi Airlines di bandara King Abdul Aziz dijadwalkan berangkat pada jam 10 malam. Sesuai planning, kami akan jalan-jalan terlebih dahulu di beberapa tempat di Jeddah, saya ikut mendampingi mereka. Namun, kondisi Jum'at yang padat bisa saja merusak seluruh planning itu. Pagi hari pas jam 9, seluruh jama'ah sudah melaksanakan ibadah tawaf wada', tawaf perpisahan sebelum meninggalkan tanah haram. Seperti halnya anjuran ketika masih di Madinah, seluruh barang juga harus sudah disiapkan di depan kamar hotel setelah shalat subuh dan akan dibereskan oleh para petugas hotel. Planning dari travel berubah. Hari jum'at semua tidak dapat diprediksi, pasti akan kesulitan mengatur waktu, seluruh jalan di Saudi pasti padat, apalagi Jeddah juga menjadi salah satu ikon tempat yang banyak dikunjungi saat liburan tiba karena dekat dengan pantai laut merah. Sehingga diputuskan, barang harus sudah dikirim dulu dibandara sejak pagi hari dan orangnya bisa belakangan. Ustadz Anwar bersama yang lain berani mengeluarkan uang untuk sewa truk dan mengangkut seluruh barang jama'ah yang hendak dimasukkan ke bagasi pesawat, dengan cara seperti ini, nanti ketika terjadi keterlambatan, akan tidak terlalu ribet. Keadaan bandara di Saudi sistem pelayanannya juga tidak bisa diprediksi. Orang arab suka seenaknya sendiri. Usai shalat jum'at, kami menunggu di hotel. Ada travel lain yang juga hendak ceck out, lobi hotel ramai sekali. Untungnya travel kami barangnya sudah habis dan sudah dibandara, jika tidak, seluruh lobi hotel pasti penuh dan tidak cukup walaupun sekedar untuk orang lewat, di depan sudah dipenuhi barang orang yang berjumlah dua bus dari travel Arminareka. Kami menunggu lamaaa sekali. Pada awalnya dijadwalkan kami harus ceck out maksimal jam 2 siang, karena sesuai peraturan seluruh hotel di Saudi, ceck out hotel harus jam 2 siang, itu maksimal. Namun, tau sendirilah, kalo hari jum'at, jalur depan hotel di Ibrahim el-khalil atau dikenal dengan jalur Misfalah padatnya minta ampun. Beruntunglah yang memilih hotel grand Zamzam, di sana ada jalur bawah tanah yang melewati bawah masjidil haram dan walaupun ramai, tidak sampai macet. Empat orang yang nginep di sana bersama kami menunggu di depan hotel Abraj El-falah. Jalur bawah tanah hotel Grand Zamzam melewati terowongan-terowongan yang ada di bawah gunung batu yang tersebar di Makkah. Jika dihitung, di Makkah sekitar ada 27 terowongan yang melewati bawah gunung batu. "Kalo seperti ini terus, sebentar lagi di bawah jalan Misfalah ini juga akan dibangun jalur bawah tanah untuk mengurangi kemacetan ketika ceck out dan ceck in dari hotel", saya memberikan pendapat ke ustadz anwar. "Bisa jadi", jawab beliau. Beberapa kali beliau menelpon sopir bus yang gak datang-datang. "Macet banget", jawaban klasik dari sopir. Sopir kami orang Indonesia. Dalam kondisi sangat macet, mereka sudah tidak bisa terlalu diandalkan. Cara menyetir orang Indonesia memang terkenal kalem dan tidak sembrono. Dalam kondisi macet seperti ini, sopir yang terkenal ngawur adalah sopir Mesir, mereka sangat berani untuk mencari jalan untuk lebih cepat. "Kondisi kayak gini seharusnya makek sopir Mesir", canda ustadz Anwar. Mesir, ya, di Negaranya saja mereka terkenal dengan ngawurnya ketika menyetir mobil, di luar negeripun juga begitu, di Saudi, mereka terkenal dengan kenekatannya, mengalahkan para sopir Pakistan yang juga banyak. Hingga masuk waktu ashar, bus belum juga bisa menembus jalur Misfalah, sehingga mesti shalat jama'ah dulu di masjid tanah haram yang ada di dekat hotel. Dua bus dari travel Arminareka sudah berangkat semua. Tadi, ustadz anwar bertanya kepada ketua rombongannya yang kebetulan dulu pernah menjadi guide di travel Zulindo, "Jam berapa take off pesawatnya untuk Arminareka?", "Jam dua pagi, masih lama", kata dia. Hmm, makanya mereka santai saja ketika pagi tidak mengikuti cara kami dengan mengirimkan barang bagasi terlebih dahulu ke bandara. Capek dan udara di luar hotel tidak enak karena panas dan "nyelekit" di kulit, saya masuk ke dalam lobi hotel. Tidak bisa ke kamar lagi, karena seluruh kunci sudah diberikan ke petugas hotel. Di samping saya duduk, ada mas zairin, anaknya ibu Nina yang nginep di hotel Zamzam, di mana-mana dia asyik chating dengan blackberrinya. Saya ngobrol dengan dia dan memperkenalkan dengan mas kiram yang sejak kemarin bareng sama saya. Saya mendatangi pas haji Suwandi dan ngobrol santai dengan beliau sambil menunggu bus yang belum juga datang. Ketika saya masuk ke dalam hotel untuk mencari kursi yang kira-kira masih kosong, mas zairin sudah asyik tidur. Dia kelihatan capek dan pernah bercerita, dia kalau malam sulit tidur, makanya setiap ada kursi, dia berusaha untuk istirahat. Karena kebiasaan inilah, pas kemarin pada saat pertama kali sampai Jeddah, satu koper milik dia ketinggalan di Bandara dan tidak membawa baju ganti ketika sampai di Madinah. Bus datang setelah ashar agak sore. Musim panas di manapun di negara arab, siangnya lama, sehingga menunggu maghribnya pun lama. Kami langsung menuju bus yang terparkir di depan gedung miliknya operator telepon Zain yang ada di seberang jalan dekat hotel. Kami mesti cepat, karena kalo parkirnya lama bakalan diusir oleh para polisi lalulintas yang sudah standby berjaga. "Bapak Ibu, semua sudah lengkap belum, coba tengok samping kiri kanan, siapa tahu ada sodaranya yang ketinggalan", ustadz kasman memberikan pengumuman. Microfon bus mati, sehinga beliau harus agak mengeraskan suara dari depan agar para jama'ah dengar. "Anak saya belum ada ustadz", ujar bu Nina khawatir. "Oia, tadi dia tidur di sofa", saya berbicara dengan mas kiram yang duduk di samping saya. Ustadz anwar langsung turun dan lari, karena kami memang harus mengejar waktu, kami harus sampai Jeddah saat maghrib tiba dan berbuka puasa di sana. Mas Zairin bersama ustadz anwar masuk ke bus. Ketika hendak jalan, ada masalah tiba-tiba muncul, di saku mas Zairin, hp IPhone 4 terbarunya hilang. Dia panik dan meminta ustadz anwar untuk miscall, siapa tahu tadi jatuh di kursi sofa tempat dia tertidur pulas di lobi hotel. "Masih aktif", kata ustadz anwar. Ustadz Anwar langsung turun dari bus dan lari menuju hotel. Beliau mengobrak ngabrik sekitar kursi sofa, sampai tempat duduknya dia copot, namun naas, hp IPhone 4nya tidak ketemu. Mencoba bertanya ke petugas hotel, dia tidak tahu apa-apa. Terpaksa, beliau ke bus lagi dan meminta mas zairin untuk mengingat kembali, kira-kira jatuhnya di mana. Kami tidak bisa menunggu lama, kasihan para jama'ah yang sudah lelah menunggu bus sejak tadisiang, terpaksa kami langsung berangkat, beberapa kali ustadz anwar menghubungi nomor mas zairin yang ada di IPhone, juga tetap masih aktif, tetapi tidak pernah diangkat, ketika sudah sampai tengah perjalanan, ustadz anwar mencoba menghubungi lagi dan nomornya sudah tidak aktif. Mas Zairin mengirimkan BBM ke hp blackberrinya ustadz anwar. Dia akhirnya ingat kejadian yang menimpa dirinya sesungguhnya. Katanya, ketika bangun dari tidur tadi dia panik karena seluruh jama'ah sudah hilang, dia teringat ketika kejadian di bandara Jeddah ketika baru pertama datang kemarin, dia tidak mau ketinggalan lagi. Hp disaku dia lihat masih ada semua, Blackberry Torch 9800 dan IPhone 4 yang terbaru. Dan ketika keluar dari hotel menuju bus, ada dua ibu yang suka minta-minta memepet dia sampai masuk ke bus, dia baru ingat, tangan ibu tadi merogoh sakunya dan mengambil hpnya. Dia baru sadar sekarang. Jadi, sebenarnya hp itu hilang diambil oleh ibu itu. "Kejadian yang terus saja terulang!!", jawab ustadz Anwar geram. Mulailah ustadz anwar membuka kartu lagi. "Memang banyak dari ibu-ibu itu yang berprofesi sebagai maling dengan berkedok meminta, mereka bermain kadang dua sampai tiga orang, satunya bagian minta ke kita dan menghilangkan konsentrasi dan yang satunya merogoh saku kita, jama'ah kita sudah beberapa kali kecopetan gara-gara mereka, sekarang giliran mas zairin, saya dulu juga pernah kena Hp, dicuri mereka, wajah mereka ya itu-itu saja pelakunya". Ustadz Anwar sejak awal memang sudah mewanti-wanti kepada kami ketika kami hampir sampai Makkah, bahwa di sana banyak oknum peminta-minta yang tangannya panjang dan harap hati-hati. Namun, namanya juga musibah, semua bisa saja terjadi. "Berusaha diikhlaskan saja mas, insya Allah nanti ada gantinya, apalagi ini tanah haram, berdoa di tanah haram itu mustajab, apalagi kondisi mas zairin sekarang dalam keadaaan didzolimi, doanya lebih mustajab". Akhirnya jama'ah yang lain ada yang membuka kartu juga. Ada yang bilang, "Kemarin saya kehilangan uang di depan hotel", ada lagi yang lain kehilangan hp. Ah! kenapa mesti sekarang membuka itu. Saya faham betul seperti apa wajah ibu-ibu itu, orangnya hanya itu-itu saja. Tidak ganti-ganti. Sebenarnya kata ustadz Anwar di jalur Misfalah sering ada razia polisi khusus, tapi lucunya mereka selalu saja tahu informasi kalo nanti ada razia, katanya sih, mereka memiliki jaringan mafia dan memang sudah terorganisir. Padahal kalo ketangkap, mereka akan dipenjara, disiksa dan dideportasi secara tidak terhormat. Saya jadi teringat dengan hadits Nabi : "Kaada alfaqru ay yakuna kufran", kemiskinan itu mendekatkan pada kekafiran. Mencuri merupakan tanda bahwa di dalam hatinya sedikit iman, buktinya tidak takut dan tidak malu dengan Tuhan yang selalu melihat dan mencatat setiap amal baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia. Tanah haram, tanah yang suci, lagi-lagi memang tanahnya yang suci, orangnya tidak semuanya suci. Ada saja oknum-oknum yang bekerja sama dengan para punggawa setannya Abu Jahal Abu Lahab yang titelnya tentu sudah profesor doktor. Ketika sampai Jeddah, kami membatalkan seluruh agenda tempat-tempat yang rencananya akan dikunjungi, kami tidak jadi ziarah di makamnya Siti Hawa, ibu pertama di dunia, tidak jadi mengunjugi laut Merah dan gagal melihat masjid apung karena waktu yang tidak memungkinkan. Dua jam sebelum take off kami mesti sudah di bandara. Kami berbuka puasa bersama di kawasan Qornish, Jeddah. Berlanjut ke catatan berikutnya. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun