Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Doktor UIN Malang. Ketua Umum JATMAN Banyuwangi. Dosen UIMSYA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Surga di Hurgada

25 Juli 2010   15:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:36 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_204485" align="alignnone" width="500" caption="Speed boat menghampiri kapal untuk ke Paradise Island (foto : Fosmagati)"][/caption] Paradise Island adalah sebuah pulau yang terletak di kawasan Laut Merah yang ada di Mesir. Pulau surga ini menjadi salah satu andalan wisata di Hurgada. Kota Hurgada dibangun pada abad 20 dan sejak 1980 pemerintah Mesir terus memperluas kawasan kota ini menjadi pariwisata utama untuk laut merah. Perjalanan dari Cairo menuju Hurgada menghabiskan waktu sekitar 7 sampai 8 jam dengan menyusuri jalan raya di pinggiran pantai laut merah. Saya beberapa hari yang lalu (17/7) mengikuti wisata ke Hurgada yang diadakan oleh organisasi kekeluargaan dari wilayah Jawa Barat yang ada di Mesir bernama Fosmagati. Biayanya cukup murah, hanya 200 Le dengan fasilitas hotel dan beberapa tempat wisata yang dikunjungi termasuk penyewaan kapal pesiar, berwisata bersama selama 2 hari. Kami berangkat dari Cairo jam 2 malam dan sampai di Hurgada sekitar jam 9 siang. Lamanya perjalanan malam tidak terasa dengan alunan musik gitar yang dimainkan teman-teman di dalam bus selama di jalan juga  suguhan tontonan film Mesir yang diputar di layar LCD bus. Menjelang matahari terbit, kami mampir terlebih dahulu untuk menunaikan shalat subuh di tempat peristirahatan sebelum memasuki Hurgada. "Mesir memang tidak pernah sepi dari para wisatawan asing", celetuk teman saya sesaat bus memasuki tempat parkir dan begitu banyak mobil dan bus-bus travel yang juga sedang terparkir. Para wisatawan asing banyak yang sedang asyik minum di tenda-tenda kafe yang tersebar sambil sejenak melepas penat setelah menempuh perjalanan jauh. Siang hari sebelum jam 12 kami mencari hotel untuk check in. Saya agak sedikit kecewa karena hotel yang dipilih agak jauh dari pantai. Kekecewaan saya sedikit terobati ketika mengetahui kami akan menuju ke paradise island yang selama ini menjadi salah satu impian saya untuk mengunjunginya. Orang Mesir sering menyebut kawasan paradise island dengan nama giftun. Saya kurang tahu kenapa mereka menyebut nama pulau itu sebagai giftun. Kami menyewa dua kapal untuk berlayar menuju paradise island. Saat sudah waktunya untuk berlayar, ternyata ada musykilah terjadi. Kapal yang saya tumpangi jangkarnya tersangkut dan tidak bisa diangkat ke permukaan. Hampir satu jam kami menunggu hingga dengan segala cara setelah kapal bergerak ke kanan dan ke kiri disertai dengan penyelaman oleh petugas, akhirnya berhasil. "Indah sekali", kata ini yang secara otomatis meluncur dari mulut saya ketika kami berlayar menuju pulau surga. Laut Merah (bahrul ahmar) sangat berbeda dengan laut mediterania/tengah (bahrul abyad al-mutawassit) yang ada di Alexandria. Laut yang dulu pernah menjadi saksi tenggelamnya fir'aun ini sangat tenang. Ombaknya relatif kecil bahkan saking tenangnya saya senang menyebutnya sebagai kolam raksasa. Di tengah laut kedua kapal yang kami tumpangi berhenti. Waktu kami tanya ke pemilik kapal ternyata ini adalah area pertama tempat kami berenang. Awalnya agak merinding juga karena posisi berenang di tengah laut agak berbahaya karena medan yang pastinya sangat dalam. Tetapi setelah menceburkan diri ternyata asyik juga. Untungnya pemilik kapal juga sudah menyediakan pelampung dan kaca mata serta alat pernapasan untu teman-teman yang tidak bisa berenang. Sekitar satu jam kami menikmati air tengah laut. Ada satu kekurangan yang saya dapatkan di laut merah tempat kami berenang ini. Ikan di laut ini sangat sedikit, berbeda di laut merah di Sarm Syeikh yang ikannya sangat banyak karena di sana memang menjadi pusat budi daya terumbu karang yang indah sehingga ikan bisa bebas tumbuh dan berkembang. Tapi Hurgada tetap indah dengan suasananya. Puas berenang di laut, kami melanjutkan perjalanan ke paradise island sebagai tujuan utama. Awalnya saya membayangkan kalau pulau surga yang ada di Hurgada ini seperti layaknya surga yang dalam angan-angan adalah sebagai pulau impian yang rindang dan asri, banyak pepohonan dan nuansa-nuansa indah lainnya. Hampir lima belas menit menyusuri lautan disertai pemandangan para bule yang juga asyik mandi di tengah laut dan ada yang memancing. Akhirnya sampailah kami di pulau yang dirindukan itu. Terpampang dengan jelas di sana tulisan besar "P A R A D I S E". Letaknya di tengah padang pasir. Kapal yang kami tumpangi hanya bisa berhenti di tengah laut dan beberapa speed boat menghampiri kami untuk mengantar di pulau itu. "Pulau Kutang", saya teringat dengan sebutan kata ini ketika pertama kali menginjakkan kaki di paradise island. Suasananya tidak jauh berbeda dengan pantai Sarm Sheikh dan Dahab yang dibanjiri dengan para bule yang sedang asyik berjemur dengan hanya mengenakan bikini kutang bagi yang perempuan. Panasnya terik matahari menjadikan saya malas untuk ikut mandi di pantai. Saya memilih berkongkow di kafe bersama ketiga kawan, Husen, gus Reza yang S2 di Jordan dan sedang main-main di Cairo dan hafidz. Kafe yang sederhana dengan atap dari daun kurma. Banyak para bule yang juga sedang asyik tidur di bawah payung yang terbuat dari ranting kurma yang disediakan pengelola kafe. Beberapa menit menikmati juz buah starwberry, terbersit dalam benak untuk berenang bersama para bule. Saya meminta izin kepada teman-teman dan berlari menceburkan diri ke pantai. "Asinnya sangat", seorang kawan ada yang berkata demikian. Kadar garam di laut merah katanya memang termasuk tinggi walaupun tidak setinggi di laut mati yang ada di Jordan. Saya masih berfikir kenapa pulau ini dinamakan Paradise Island, apa istimewanya. Padahal jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain yang ada di Mesir masih kalah. Pantai Alexandria lebih indah karena di sana ombaknya lumayan besar. Sarm Sheikh lebih indah karena menawarkan keindahan terumbu karang. Pantai Dahab juga lebih indah karena ada snorkelling. Sementara di paradise ini hanya berupa padang pasir yang di sana hanya ada tulisan besar "P A R A D I S E". Apanya yang surga ?!. 'Ala kulli hal, liburan saya kali ini lumayan telah menjadikan penasaran saya selama ini tentang pantai surga yang ada di Hurgada terobati. Paling tidak saya sudah menghilangkan rasa "penasaran" yang selama ini menghantui perasaan saya akan seperti apa indahnya "Paradise Island", ternyata "gor ngono kui", begitu kata orang jawa. Saya malah lebih suka menyebut paradise island sebagai "Pulau Kutang"..hehe. Mesir di samping memiliki wisata sejarah yang sangat kaya, juga memiliki tempat-tempat wisata pantai yang tidak kalah menarik dengan wisata pantai yang ditawarkan oleh negara-negara yang memiliki pantai. Jika anda bertandang ke Mesir jangan lupa mampir ke Paradise Island. "Sederhana tapi bikin ketagihan", paling tidak ini alasannya. [caption id="attachment_204479" align="alignnone" width="500" caption="Sesaat sebelum berlayar ke Paradise Island (foto : Fosmagati)"][/caption] [caption id="attachment_204488" align="alignnone" width="500" caption="Tulisan yang terpampang di Paradise Island (foto : Fosmagati)"][/caption] [caption id="attachment_204495" align="alignnone" width="500" caption="Mengintip sedikit dari pantai pulau surga (foto : Fosmagati)"][/caption] [caption id="attachment_204499" align="alignnone" width="500" caption="Narsis dikit di kapal (foto : Husen)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan *Dokumen foto dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun