Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Penguasa Pengusaha

21 April 2011   03:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:34 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303357710512853964

[caption id="attachment_103857" align="alignnone" width="648" caption="Teman-teman I4 yang luar biasa bersama Bapak Hasan Wirayuda (Foto : Faiz Dz Roini)"][/caption] Hanya beda dikit. Namun, bukan itu yang ingin saya bahas di catatan ringan kali ini. Hanya pengalaman sederhana yang mungkin bisa memberikan inspirasi dan manfaat buat pembaca di Kompasiana. Cerita ini ada hubungannya dengan Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) di Mesir yang dalam mimpi dan harapan saya harus sudah terbentuk setelah ujian di Al Azhar university selesai. Beberapa hari yang lalu, secara tidak sengaja, saya dipertemukan ke dalam satu komunitas yang sebelumnya tidak pernah saya fikirkan. Saya baru datang ke Cairo usai mengikuti bincang-bincang santai di kekeluargaan Gamajatim bersama teman-teman jawatimur. Teman saya Yosi yang mengajak untuk menikmati empek-empek di rumahnya, namun siapa sangka, inilah langkah awal yang menambah semangat saya untuk mewujudkan harapan yang ingin saya wujudkan. Di Gamalama inilah, para teman yang sebelumnya menjadi kekaguman saya terhadap mereka yang tergabung dalam I4 (Ikatan Ilmuwan  Indonesia Internasional) sedang ngumpul bareng. Acaranya sederhana, membuat empek-empek setelah itu ngobrol, bahkan saking asyiknya, empek-empek yang mereka buat bisa bernama empek-empek revolusi. hehe. Terinspirasi dari adanya revolusi Mesir. Makan usai. Saya mencoba gabung bersama mereka. Orang yang luar biasa bernama Mas Heri mulai angkat bicara, membahas permasalah terkini yang terjadi di dunia masyarakat Indoenesia di Mesir. Faktanya, di Mesir ini sangat banyak potensi yang kurang terorganisir, mereka berjalan sendiri-sendiri. Selama ini adanya kekelurgaan yang mengotak-ngotakkan masyarakat Indonesia di Mesir banyak kurang bisa maksimal, terbukti ketika mereka mengadakan acara, ada yang mengeluh, porsi yang hadir tidak seimbang dengan anggotanya yang bejibun. Dari sinilah lahir sebuah ide untuk bagaimana mengorganisir mereka. Menata mereka agar bisa benar-benar menjadi sebuah potensi yang dioptimalkan. Mudah untuk diorbitkan. Semua bergerak di bidangnya masing-masing. Kebetulan juga yang hadir di forum itu, saya lihat mereka adalah orang-orang yang luar biasa, mereka adalah para 'artis' yang selama ini sudah sangat dikenal dikalangan masyarakat Indonesia di Mesir. Saya menjadi penonton setia acara itu dan bungkam. Entah ini kebetulan atau emang udah disetting ama yang di atas, Allah mempertemukan saya dengan mereka ketika saya bermimpi ingin sekali mengambil satu bagian pada harapan mereka, jika teman-teman di forum I4 ingin mengoptimalkan potensi yang ada di masisir (masyarakat Indonesia Mesir) secara global dari berbagai bidang, maka saya mengambil bagian satu saja; dunia wirausaha. Ketika pulang ke Indonesia kemarin, alhamdulillah Allah mempertemukan saya dengan orang-orang yang selama ini belum pernah saya fikirkan, dulu, mereka sangat jauh dari perkiraan saya. Mungkin inilah takdir, tugas saya hanyalah membaca tanda-tanda Tuhan dan mengikuti alurnya, teori ini saya dapatkan dari Mas Andre Raditya penulis buku "Life Sign" yang sekarang sedang ramai diperbincangkan, terbitan Gramedia Elex Media Komputindo. Saya dipertemukan dengan para pengusaha di Jakarta dan Surabaya, mereka menantang saya untuk membuat sebuah komunitas para pengusaha di Mesir dan mereka siap menjadi backingnya. Waktu itu terus terang saya blank dan masih sangat bingung apa yang mesti saya lakukan. Di Mesir saya masih dua tahun, satu tahun pertama fokus untuk belajar dan mempertahankan hidup, satu tahun setelahnya fokus bekerja di cargo dan belajar. Hampir bisa dikatakan saya tidak memiliki jaringan sama sekali. Namun, saya selalu ingat dengan pesan pengusaha mas Mono, pemilik ayam bakar Mas Mono yang outletnya udah di mana-mana dan mulai go internasional. Bisnis itu gak usah dipikir, yang penting buka pintunya, pasti nanti mikir sendiri. Ya, saya anggap tantangan ini juga hampir samalah kondisinya dengan bisnis. Yang penting action dulu, baru mikir, kalo nunggu sempurna, jadinya kelamaan. Beberapa kali Jendral Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) di Jakarta juga menghubungi saya via BBM, saya juga aktif menyapa beliau-beliau. Dan tantangan itu terus dihembuskan. Menyatukan teman-teman pengusaha di Mesir pasti bisa dan mudah. Saya meng-oke-kan saja dan terus saja berusaha gimana caranya saya punya jaringan di hati mereka di Mesir. Dari bertemu teman-teman yang hebat di I4 inilah inspirasi mulai terbuka. Oke, saya akan action di bidang saya dan biarkan yang lain gerak di bidangnya. Semua akan saling mendukung dan saling bersinergi. Jika mampu bergerak bersama, tenggang waktu yang diperlukan untuk sukses akan sangat cepat. Takdir bisa diciptakan ketika tanda-tanda Tuhan tidak diabaikan. Inilah yang saya saluti dengan mindset pengusaha. Mereka tidak menunggu sempurna dulu jika ingin memulai sesuatu. Yang penting mulai dulu, perkara pusing belakangan. Ketika di Jakarta kemarin, saya mengikuti pelatihan di PPEI (Pusat Pelatihan Ekspor Impor) yang berada di bawah naungan Kementrian Perdagangan selama 3 hari. Ada hal menarik yang menjadi perhatian saya waktu itu. Para mentor yang mengisi saat latihan diambil dari golongan pengusaha dan penguasa. Ada yang sudah terjun langsung di dunia ekspor impor alias pengusaha di bidang ini dan ada yang hanya berkutat di sisi normatif, ilmunya oke banget, tapi belum pernah bisnis ekspor impor. Perbedaannya kelihatan. Kalo yang pengusaha, ngomporinnya selalu, ayo! setelah mengikuti pelatihan ini harus sudah langsung action untuk menjadi pengusaha exim. Yang penting mulai dulu, ilmunya sambil jalan dan untuk langkah awal, bermain di sektor komoditi. Resikonya lebih kecil dari pada pada bermain di sektor yang sudah produced product. Tapi beda, ketika yang ngomong penguasa. Yang ada adalah sisi normatif yang diangkat kalau ekspor itu izinnya gini gini, nanti kalo terjadi sesuatu jadinya begini, resikonya seperti ini, kalo komoditi ini, terlalu banyak yang bermain, sehingga sulit untuk maju, jadi harus produk yang masih langka dan memiliki nilai keunikan tersendiri, entah gimana caranya. Sehingga menimbulkan kesan, wah, ribet ya ekspor itu. Di sini bisa dibaca. Penguasa itu biasanya menyuruh memulai kalo sudah sempurna. Kalo udah matang. Fakta lain, kalo ngajukan proposal apa gitu, kalo masih ada sedikit saja yang gak jelas, jadinya tolak tiga. Kalo pengusaha, biasanya sebaliknya. Namun ini bukan bermaksud mengeneralisir, hanya beberapa fakta yang saya temui dan kadang berbeda dengan pendapat lain yang mungkin menemukan hal yang berbeda. Tadi siang, pak Nursyamsu yang memiliki usaha agribisnis ekspor dan agribisnis dalam negeri, maktour tour and travel, yang juga pimpinan para pengusaha muslim di Indonesia menghubungi saya kembali untuk action langsung membentuk KPMI Mesir. Udah yang penting dibuat dulu, nanti sambil jalan untuk memperkuat basis anggota dan masanya. Di sini saya sadar, awalnya ragu, namun dengan langkah Bismillah, saya oke dan tanpa ba bi bu, teman-teman pengusaha Indonesia di Mesir langsung saya invite di group KPMI Mesir untuk bergabung, langkah selanjutnya adalah bagaimana komunitas ini menjadi payung untuk teman-teman pengusaha. Semua perlu waktu, namun visi dan misi kami jelas. Saya yakin, dengan terus membaca "Life Sign", sebagaimana bahasa Mas Andre, kesuksesan hanya ibarat membuka tutup dari sebuah botol, bagi yang tau ilmunya, cara membukanya sangat mudah, hanya memutar tutup botol dan dibuka, namun bagi yang tidak tau ilmunya, membuka botol bisa dengan membanting botolnya, melubangi botol ataupun dengan cara lain yang tidak masuk akal. Demikianlah catatan ringan saya kali ini. Jika teman-teman di I4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) ingin mengoptimalkan seluruh potensi semua teman-teman di Mesir dari segala bidang, maka saya mengisi absen untuk ambil bagian di bidang wirausaha, mengajak seluruh pengusaha muslim Indonesia bergabung di payung para pengusaha muslim yang sudah ada di Indonesia di KPMI agar jaringan para pengusaha Indonesia di manapun berada semakin solid, kuat dan diperhitungkan di dunia. Jika kita bersinergi, srigala sekuat apapun akan takut dan kalah. Bukan tidak mungkin, Indonesia penguasa ekonomi berikutnya. -------------------------------------------- Selamat Hari Kartini, mereka menjadi luar biasa tentunya karena ibu-ibu mereka yang sangat  istimewa. Allahummaghfirlana waliwalidina ya Rabb... Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun