Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kerja Nil

20 November 2010   23:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:26 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_76290" align="alignnone" width="576" caption="Pesona sungai nil dekat dengan hotel Four Season, Giza (Foto : Kiai Pancalan Maut)"][/caption] Bagi orang seperti saya ini, pekerjaan itu sudah bukan menjadi beban lagi, tapi  bagian dari kegiatan. Kata ini selalu terkenang ketika aku memulai kembali bekerja. Kata dari seorang sahabat kompasianer yang saat ini ada di Riyadh untuk memimpin perusahaan NOKIA SIEMEN tempatnya bekerja sebagai manajer. Beda beliau, beda denganku, terkadang bagiku menjalani pekerjaan bisa dibilang sebagai hiburan, tapi dilain waktu juga bisa menjadi beban, apalagi saat kuliah sedang sibuk-sibuknya. Motivasi dari orang yang sudah sukses memang selalu diperlukan. Hari itu. Aku bersama Omar akan mengantar pak Arie untuk pulang ke hotel Hilton, tempatnya menginap setelah selama satu hari berkeliling di wilayah Nasr City atau kampung melayunya Mesir untuk bisa berkumpul shalat idul adha bareng teman-teman Indonesia. Malam hari tepat usai shalat maghrib. Walaupun masih suasana hari raya, pesanan dari hotel tidak libur, malah semakin banyak dan aku suka membantu Omar untuk ikut bekerja, walaupun itu bukan wilayah kerjaku. Aku bekerja di bagian sekretaris mengurus administrasi untuk kontainer pengiriman barang Mesir Indonesia. "Udah santai saja, seperti kemarin", kata pak arie menjawab dengan enteng. Aku tidak enak saja, masak tamu malah diajak kerja, bukan jalan-jalan. Tidak ada keputusan lain. Dari Nasr City di wilayah 6 Oktober juga lumayan jauh, jika menggunakan taxi bisa dua jam dan tarifnya pasti mahal, tidak jauh dari 200 pound, sekitar 400ribuan. Kami ajak pak arie jalan-jalan dulu untuk mensuplai permintaan hotel yang tersebar di Cairo, baru setelah itu mengantarnya pulang. Restoran Americana yang ada di Ma'adi butuh beberapa puluh touge dan produk Thailand. Malam ini perjalanannya lumayan jauh, makanya kami memutuskan untuk membawa mobil toyota Corolla dan meninggalkan suzuki di rumah. Restoran Jepang yang ada di pinggir nil membutuhkan 10 wadah telur dan touge juga, termasuk beberapa makanan Jepang yang kami import dari negaranya langsung. Jalanan lumayan sepi. Masih banyak penghuni Cairo yang pulang kampung atau bersantai di hotel tempat wisata untuk libur hari raya. Kebetulan juga, habis raya ketika liburnya sudah habis, ada pemilihan anggota DPR. Sudah banyak baliho calon-calonnya yang tersebar seantreo Mesir untuk mencari dukungan. Aku tidak terlalu peduli dengan kondisi politik di Mesir. Kadang ya cuma asal tahu saja, belum ingin menyelami lebih jauh. Politik di negara ini termasuk barang mahal, sehingga memang tidak setiap orang bisa menggelutinya. Kami suka melewati jalur belakang, biar lebih cepat. Dari Tubromli, melewati kuburan yang dipojoknya ada pemakanan khusus untuk para kristen koptik. Bangunan makam untuk kristen tinggi-tinggi dan bertingkat. Kadang aku bertanya, ngapain kuburan dibuat bertingkat, bahkan sampai ada yang tiga tingkat dan di lantai paling atas selalu ada palang salibnya. Namun, aku belum menemukan jawabannya sampai saat ini, kenapa. Jalur belakang akan tembus di Zahra Ma'adi dan menghubungkan langsung dengan jalan dairy atau jalan lingkar Cairo. Di wilayah ini, Mesir sangat jor-joran dalam pembangunan apartemen. Aku dan pak arie terlibat obrolan dan pertanyaan, kenapa Mesir terutama di Caironya ngotot banget untuk melakukan pembangunan apartemen besar-besaran. Padahal harga rumah juga sangat mahal di sini. Paling tidak satu apartemen tidak kurang dari 1 M harganya. Aku menjawabnya dengan enteng saja, sebagaimana yang aku tahu setelah bergaul dengan para orang Mesir, termasuk Omar, karena rumah di adat masyarakat Mesir termasuk salah satu syarat untuk menikah. Makanya rumah menjadi salah satu investasi yang menggiurkan dan tiap tahun harganya naik. Beda di Indonesia, beda di Mesir. Kalau di Indonesia, tanah menjadi investasi, di sini rumah atau flat apartemen sering menjadi incaran investasi. Kami masuk di kawasan yang disebut-sebut mewah di Ma'adi dan berhenti sejenak di restoran Americana untuk menyetorkan barang. Aku bersama Omar mengantarkannya langsung melalui pintu belakang. Di bawah, tepat di pinggiran nil, sudah banyak tamu yang sedang menikmati panorama nil sambil merasakan masakan Asia Americana. Yang pasti, restoran pinggir nil ini semuanya mahal, karena bukan saja makanannya yang dijual, tapi pesonanya. Satu pesona yang sulit dicari di daerah gurun. Kami melewati Fustat, satu daerah yang menjadi basis Cairo lama. Kawasan yang dulu dibangun oleh sahabat nabi Amr bin Ash dengan peninggalannya yang paling terkenal adalah masjid Amr bin Ash yang menjadi bangunan masjid tertua di afrika dan bersebelahan dengan gereja tua Margirgis yang konon gereja ini dulu pernah menjadi tempat persinggahan Jesus dan siti maryam ketika lari ke Mesir dari kejaran raja dholim di Jerussalem, Palestina. Setelah melewati nil yang menjadi perbatasan provinsi Cairo dan Giza, mulailah ada kemacetan sedikit. "Hina halal haram hantam", Omar sedikit guyon dengan pak arie. Ya, seperti itulah, kawasan nil sering menjadi tempat untuk kencan para muda mudi pada saat datang malam hari. Ketika kami melintas, di pinggiran nil, sudah banyak para pria yang sedang asyik berdua dengan ceweknya. Tidak terkecuali yang sudah beristri sambil membawa serta anaknya. Pesona nil sepertinya memang menggugah selera, makanya mereka senang berada santai di pinggirnya. Depan hotel megah Four Season yang ada di Giza, kami berhenti untuk mencari tempat parkir. Tepat berada di depannya, di pinggiran nil juga, ada restoran Jepang dan kami akan mensuplai barang ke situ. Di daerah ini hotel Four Season ada dua, satu di seberang nil Cairo yang berada satu kawasan dengan KBRI Cairo dan satunya lagi di sini, di daerah provinsi Giza. Keduanya sama-sama megah dan aku pernah tahu, di dalam hotel ada dua cewek Indonesia yang bekerja di sana, lemparan dari hotel Four Season yang ada di Jakarta. Saat aku dan Omar membawa telur, pak Arie hadir di depan kami dan langsung menjepretkan kamera besarnya. Sudah beberapa kali aku masuk di restoran apung nil ini dan baru kali ini kena jepret saat membawa telur. Saat ini lumayan sepi. Padahal biasanya, selalu ada pesta pengantin. Mereka seringnya menyewa booking restoran-restoran yang ada di sepanjang sungai nil. Entah berapa puluh ribu pound sewanya. Sepertinya yang melakukan hal itu pasti orang-orang kaya semua. Kami langsung melanjutkan perjalanan menuju hotel Hilton di kawasan Dreamland, 6 Oktober, kota yang dimiliki oleh satu orang dan menjadi orang terkaya di Mesir setelah presiden Hosni Mubarok yang bernama DR. Bahgat. Dalam perjalanan yang lumayan jauh ini, kami lebih banyak diam. Sesekali aku juga tertidur, aku baru sadar, seharian sejak tadi malam memang kurang istirahat. Hanya Omar yang terlihat masih bergas dan sedang fokus menyetir mobil. "Assalamu'alaikum..makasih. sampai bertemu di lain waktu ya", kata pak arie mengakhiri pertemuan kami ketika sudah sampai di hotel Hilton. --------------------------------------------------------------- [caption id="attachment_76291" align="alignnone" width="576" caption="Hotel berbintang, Four Season yang terletak di wilayah Giza, setelah provinsi Cairo (Foto : Kiai Pancalan Maut)"]

12902963161703485701
12902963161703485701
[/caption] [caption id="attachment_76292" align="alignnone" width="576" caption="Dijepret sama pak Arie di depan restoran Jepang atas Nil (Foto : Kiai Pancalan Maut)"]
12902964031771399886
12902964031771399886
[/caption] Catatan kecil tengah malam. Dengan berkumpul dengan mereka, saya banyak belajar arti kehidupan lapangan. *Semua foto milik Kiai Pancalan Maut on facebook. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun