Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kencan Model Nil

13 Juni 2010   11:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_165937" align="alignnone" width="500" caption="Tempat kencan favorit di pinggir nil (dok. pribadi)"][/caption] Membicarakan sungai nil tidak akan ada habisnya bagiku. Sungai yang telah menghidupi rakyat Mesir ini selalu menarik untuk dibincangkan. Kemarin, saat pikiran sedang suntuk, aku mencoba pergi ke Garden City untuk melihat panorama nil, air sering memberi nuansa tersendiri bagi seseorang yang sedang merasakan stres ataupun suntuk. Mengapa harus nil ?, inilah yang akan coba aku bahas dalam catatan ringan kali ini. Di mulai dari rumah ketika KBRI menelpon di nomor handponku untuk mengambil cucian taplak-taplak meja, aku mempersiapkan diri untuk pergi ke sana. Bersama dengan seorang sahabatku, terlebih dahulu aku mampir di warung Indonesia di kawasan bawwabah dua atau teman-teman sering menyebutnya dengan kampung melayu, mungkin karena banyaknya orang Indonesia yang mukim di sana. Bukan Cairo namanya kalau tidak macet, lampu lalu lintas yang banyak tidak berfungsi ditambah cuaca panas dan cara menyetir mobil orang Mesir yang lumayan ngawur, semakin menambah suntuk fikiranku. Sampai di Damardash, stasiun pertama metro bawah tanah, aku memutuskan untuk turun, kepala terasa pusing naik bus dalam posisi cuaca yang sangat panas. Dalam metro tepat di depanku ada seorang tiga cewek Mesir yang ketawa ketiwi dan sedikit saling lirik, entah apa yang dikatakannya, suaranya terlalu lirih untuk ku dengar. Mahattah Anwar Sadat di Tahrir, stasiun metro dengan nama presiden Mesir yang mati tertembak oleh personil tentaranya sendiri, aku harus turun dan berjalan kaki untuk sampai di sungai nil. Inilah jawabannya kenapa harus nil. Sungai yang sudah berumur ribuan tahun ini saat ini disamping menjadi tempat yang sejuk di suasana Cairo yang panas, juga menjadi tempat favorit untuk muda mudi untuk ber"kencan" bersama pasangannya. ya, kencan. Seseorang yang di Mesir pasti tahu, kenapa mereka lebih senang memilih nil untuk kencan. Aku akan sedikit menelisik dari model rumah terlebih dahulu, model rumah di Mesir tidak sama dengan di Indonesia, ya walaupun tidak 100 %. Wilayah yang dipenuni dengan padang pasir, menjadikan rakyat tidak bisa membuka lahan sendiri untuk membuat rumah, semua harus ada peran pemerintah di dalamnya, sehingga sistem atau model rumah lebih banyak (untuk tidak mengatakan keseluruhan) berbentuk rumah susun atau apartemen, dan tentunya mereka tidak memiliki halaman rumah yang asri sebagaimana lazimnya rumah di Indonesia. Ini salah satu faktor kenapa nil menjadi pilihan, tidak mungkinlah kencan di bawah apartemen dan dilihatin sama tetangga. Faktor lain bisa dilihat dari sejarah Mesir kuno. Bagi anda yang pernah menonton atau membaca kisah nabi Yusuf pasti akan tahu, kenapa harus nil. Sebagaimana film yang dibesut oleh Iran yang telah ditayangkan di hampir seluruh televisi Irak pada bulan ramadlan tahun lalu, di dalam film itu, saat Yusuf dijebloskan ke dalam penjara, Zulaikha sang istri dari komandan perang Amenhotep, merasa bersalah dan rindu dengan Yusuf. Salah satu cara Zulaikha melampiaskan kerinduannya adalah dengan cara duduk dan memandang indahnya sungai nil. Nah, tidak hanya sekarang sungai nil menjadi obat rindu, sejak zaman dulu pada masa Zulaikha pun sudah menjadi obat untuk melampiaskan rindu itu. Belum lagi cerita-cerita untuk Nevertari, istri fir'aun yang dari golongan Nubi, ada juga Nevertiti, ratu dari Amenhotep dan Cleopatra yang dari keturunan Yunani. Semua kisah mereka selalu berhubungan dengan sungai nil. Ternyata juga, hampir semua pasangan yang melakukan resepsi pernikahan yang tinggal di Cairo, selalu tidak luput untuk pesta di sungai nil. Itulah kenyataannya, tidak hanya faktor rumah ternyata, ada faktor sejarah yang membuat kencan model nil ini selalu lestari. Di depan restoran apung, aku duduk bersama sahabatku memandang nil dan beberapa pasangan yang asyik bercanda riai. Dalam hati sebenarnya kepengen merasakan seperti apa ya rasanya bisa menggaet cewek Mesir dan kencan di pinggir nil ini, tetapi ada banyak hal dan alasan kenapa keinginan itu hanya sekedar rasa terpendam. Aku malah enak ngobrol tentang bisnis dan rencana keberangkatan hajiku bulan oktober besok. Tidak terasa, sambil ngobrol dengan meminum pepsi dan beberapa makanan ringan, matahari telah menghilang. Suasana romantis semakin terasa. Indahnya lampu dari hotel dan restoran di Cairo bagitu menggoda. Ruwetnya Cairo siang hari terobati dengan keindahan malamnya, di tepi sungai nil ini aku telah mencatat sejarah tentang perjuangan anak manusia yang sedang mencari sesuatu, sesuatu tentang ilmu dari lembaga, juga ilmu tentang kehidupan. Ada banyak ilmu di dalam buku, tetapi untuk survive hidup, membutuhkan sebuah ilmu pengalaman. Kencan model nil jadi pengalamanku kali ini. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun