Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kampung Firaun

29 Juli 2010   05:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:31 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_207943" align="alignnone" width="500" caption="Kuil Karnak di kampung fir'aun (doc. pribadi)"][/caption] Kota Luxor yang dalam bahasa Yunani dinamakan Thebes, tempat cikal bakalnya kerajaan para fir'aun, saat ini bisa ditemukan di kota setelah Cairo tempat berdirinya piramida Giza. Tepatnya sebuah gundukan tanah luas di tengah sungai nil yang dibangun oleh arsitektur Mesir DR. Ahmad Ragab pada tahun 1977 yang bertempat disebelah jembatan al-munib. Kampung fir'aun dibuka untuk umum sejak 1984 dengan mempekerjakan sekitar 150 orang dengan memakai pakaian tradisional ala zaman fir'aun. Pada mulanya sang arsitek juga tidak lupa menanam sebanyak sekitar 5000 pohon sebagai bagian penting dalam pembangunan kampung buatan itu. Cuaca Cairo yang diperkirakan 42 derajat celcius tidak menyulutkan langkah saya, Mahmudi dan Gus Riza, sahabat dari Jordan untuk mengunjungi sebuah perkampungan para fir'aun. Sebuah desa tanah nil yang didesain khusus seperti layaknya kampung pada masa fir'aun. Semua kehidupan yang ada telah kembali ke masa lalu, mundur ke belakang ribuan tahun. Jalur yang kami lewati untuk menuju al-munib tempat kampung fir'aun berada adalah lewat belakang Tubromli tempat kami tinggal menembus jalan raya di kawasan Ma'adi dan lewat Ring Road (jalan lingkar Cairo) sampai menembus padatnya lalu lintas Giza. Tiket yang ditawarkan untuk memasuki kampung fir'aun ada tiga kategori. Kategori pertama adalah istimewa dengan harga 203 pound (sekitar 400 ribuan) dengan fasilitas makan minum di restoran dan mengunjungi seluruh kampung fir'aun beserta museum. Paket kedua seharga 178 pound dengan meniadakan paket makan di restoran tetapi masih ada paket minumnya. Sedangkan untuk paket ketiga seharga 158 pound tiap orang (sekitar 300 ribu) dengan tanpa minum dan makan di restoran dan hanya mengunjungi semua kawasan kampung dan beberapa museum yang ada di dalam. Dengan beberapa tawaran yang disodorkan kepada kami, akhirnya paket ketiga menjadi pilihan. Alasannya untuk paket pertama dan kedua kami bisa mencari sendiri di restoran terdekat yang berada di luar kawasan kampung fir'aun. Hampir sekitar sepuluh menit menunggu, kami semua digiring untuk menaiki perahu nil untuk mengitari kampung dan melihat secara langsung aktifitas orang-orang kuno pada masa fir'aun. Ada beberapa bahasa pilihan yang ditawarkan ketika hendak memasuki perahu, salah satunya bahasa arab dan bahasa inggris. Saya dan kedua sahabat oleh pengelola dipersilahkan masuk di perahu yang berguide bahasa inggris, tetapi kami menjelaskan lebih enak bahasa arab. Akhirnya kami naik di perahu yang dipenuhi oleh para turis lokal yang berbahasa arab dan beberapa rombongan dari Lebanon. Sambil perahu berjalan, rekaman suara dari speaker memperkenalkan dengan singkat para tuhan orang-orang Mesir kuno mulai dari tuhan Oziris, Isis, Amun, Sobek, Hathor dan beberapa yang lain. Ramsis II sebagai fir'aun yang sangat terkenal juga disebutkan dan patungnya berdiri kokoh di tepian sungai nil. Kami juga disuguhi pemandangan unik aktifitas masyarakat pada masa fara'inah yang sedang bertani, membuat mumi, membuat parfum, membuat senjata perang, hingga yang sedang membuat anyaman papirus. Menyusuri sungai nil yang tenang, di sebuah pojok agak jauh sedikit ada dua orang perempuan yang sedang akting menggendong bayi yang mereka temukan di sungai nil. Dalam speaker dijelaskan bahwa itu adalah adegan ketika nabi musa ditemukan oleh istri fir'aun di sungai nil. Turun dari perahu, sebuah istana kuil yang saat ini menjadi meseum terbuka terbesar dunia telah menunggu, kuil Karnak yang menjadi ma'bad khusus untuk para fir'aun. Di sana seorang guide cantik Mesir telah menunggu, dia membuka percakapan dengan bercerita tentang kuil karnak yang aslinya berada di Luxor. Sambil berjalan, guide menerangkan dengan singkat sejarah berdirinya kuil karnak dan di luar ruangan dia bertanya kepada kami, "kok bareng orang arab, emangnya bisa bahasa arab?", kami menjawab dengan bahasa arab 'amiyah Mesir yang secara otomatis menjadikan dia langsung percaya. Saya mengacungi jempol pengelola kampung fir'aun, hampir semua guide yang bertugas di sana masih muda, bisa dipastikan mereka adalah para mahasiswa jurusan sejarah Mesir kuno yang bekerja untuk mengisi liburan musim panas sekarang. Benar kata sahabat saya, jika sudah pernah melihat langsung peninggalan fir'aun di Luxor dan Aswan, pergi ke kampung fir'aun di Giza, kesannya akan biasa saja. Saya merasakan hal itu, tidak ada kesan istimewa yang saya dapatkan, malah sepertinya kampung fir'aun lebih cocok sebagai tempat pengenalan sejarah Mesir kuno untuk anak-anak karena bangunan replikanya yang 'lucu'. Tetapi jika belum pernah berkunjung ke Luxor, kampung fir'aun bisa menjadi tempat untuk mengiming-ngimingi agar berwisata ke Luxor, karena di kampung inilah banyak sekali mukadimah yang mengajak untuk penasaran lebih tahu dan mengenal tentang peninggalan-peninggalan para fir'aun di LA (Luxor dan Aswan). Kami mengitari kampung fir'aun hanya sekitar 1 jam. Setelah agak puas menikmati pemandangan yang asri di cuaca 42 dejarat. Kami keluar kampung dengan menyeberangi nil menggunakan perahu. Kunjungan ke kampung fir'aun ini walaupun bagi saya biasa saja, tetapi paling tidak telah mengobati penasaran saya selama ini tentang seperti apa kampung fir'aun itu. Jika berkunjung ke Mesir, jangan lupa mampir ke sini agar penasaran dengan kampung fir'aun yang asli yang berada di madinat Thiba (Thebes atau Luxor). Kesimpulan saya setelah berkunjung ke sana cuma satu; "benar-benar mempesona". ************************************************** Kata Bung Karno : Jangan sekali-kali melupakan sejarah! [caption id="attachment_207944" align="alignnone" width="500" caption="Guide presentasi di dalam kuil (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_207945" align="alignnone" width="500" caption="Perahu untuk perjalanan suci (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_207946" align="alignnone" width="500" caption="Patung fir'aun Akhnatun di tepi nil (doc. pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_207948" align="alignnone" width="500" caption="Kampung fir'aun yang rindang (doc. pribadi)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun