Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cium Colek Spinx

10 Oktober 2010   13:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_285143" align="alignnone" width="500" caption="Adegan colek Spinx (Foto : Bisyri)"][/caption] Bagi yang mengenal Mesir, tentu mengerti tentang Spinx. Dia adalah singa berkepala manusia. Dalam sejarah, inilah singa berkepala manusia yang paling besar yang ditemukan di dunia. Menurut wikipedia, ada spinx tertua yang ditemukan di dunia sebelum Mesir, yakni ditemukan di Gobekle Tepe, Turki yang ditaksir sudah ada sejak 9500 SM. Spinx terletak di dataran tinggi Giza di tepi barat Sungai Nil dan menghadap ke timur. Dalam bahasa arab, Spinx lazim disebut dengan Abul Hul. Tidak ada inisiatif sama sekali dibenak untuk mengunjungi Abul Hul, semua berawal saat seorang sahabat shilaturahim ke rumah saya pada malam hari untuk mengambil barang dagangan kemarin. "Hafidz, mau ke piramid mas besok pagi, mau ikut gak ?". Dengan tertawa saya jawab, "haha..asal gratis!". Tidak tahunya jawaban saya yang hanya gurauan itu masuk ke hatinya dan meminta izin untuk mengikutsertakan saya. Dia juga mengirimi pesan di inbox facebook untuk mengakidi keseriusan saya. Dengan sibuknya segala kegiatan, mulai dari kerja dan kuliah yang semuanya mulai aktif, ketika ingin keluar sekarang, mau harus dituruti sekarang, karena besok sudah ada kesibukan yang selalu menanti untuk diselesaikan. Ajakan saya iyakan, mereka menjemput dengan mobil avanza yang made in Indonesia ke rumah sekitar jam 9 pagi. Saat ini cuaca Mesir mulai bersahabat dan sedang menuju musim dingin sehingga semuanya mulai memakai pakaian yang agak tebal. Jalur yang kami tempuh melewati Tubromli di kuburan untuk orang-orang mati kota Madinat Nasr yang sangat luas. Bangunannya berbentuk seperti pemukiman. Bedanya dengan pemukiman orang hidup adalah kalo di kuburan tidak ada yang tingkat, sedangkan pemukiman orang hidup berbentuk apartemen yang bertingkat-tingkat. Dengan alunan musik dari radio mobil 100. 6 Nogoom Fm, kami menikmati perjalanan di jalur Ringroad Cairo. Seperti biasa. Padang pasir yang sangat luas selalu disulap menjadi pemukiman di Cairo. Sampai-sampai saya pernah menantang seorang teman : "coba cari satu jengkal saja wilayah di Cairo yang tidak kena proyek pembangunan!". Kadang saya merasa, Mesir memang negeri yang beruntung, pembangunan apartemen untuk pemukiman di negara ini khususnya Cairo seperti tidak memikirkan biaya, padahal satu apartemen rata-rata 12 tingkat dengan rumah berjumlah 50an. Harga satu rumahnya paling tidak 1 M. Coba lihat!, Israel yang baru bangun beberapa pemukiman saja sudah didemo orang sedunia. Kami terus melewati kota di Zahra Ma'adi menembus luasnya sungai nil yang menghubungkan dengan Al-Munib di Giza. Plang-plang di atas jalan yang menerangkan tentang Al-Haram dan Abul Hul mulai kelihatan. Semua kendaraan di jalur Ringroad selalu kebut-kebutan. Paling tidak kecepatan mobil harus 80 Km/jam jika ingin tidak kena tabrak belakang. Lucunya, pada saat ini banyak para pengguna kendaraan bermotor (rata-rata motor merk China) dengan kecepatan seperti itu yang tidak memakai helm, padahal maut tantangannya jika kesenggol kendaraan besar seperti kontainer. Masih jauh dan dalam kawasan pemukiman di Giza. Bangunan yang berada di sekitar spinx (baca : piramida) sudah banyak yang menyapa. Maklum saja kalau turis dari penjuru dunia yang sudi berdatangan ke tempat ini, padahal palingan mereka berada di sana hanya untuk sesi memotret dan mendengarkan penjelasan yang berulang-ulang dari guide tour yang mereka bawa. Manusia akan merasa kagum ketika melihat sebuah keagungan. Piramida peninggalan para kakek orang Mesir adalah satu peninggalan agung yang bisa menarik rasa kagum itu. Memasuki pelataran, sudah ada beberapa calo karcis yang selalu mencegat mobil. Ah, saking seringnya ke kawasan Spinx, kami tidak peduli dengan tawaran mereka dan mengatakan "la, ma'lish!". Tiket masuknya masih tetap sama, untuk kami yang berstatus mahasiswa dengan menunjukkan kartu mahasiswa kena 30 Le. Untuk turis 60 Le, jika ingin mengambil paket "inside" alias masuk ke dalam 'kuburan raksasa', maka kena tiket 90 Le. Lucunya, harga untuk orang Mesir hanya 2 Le. Jarak harga yang sangat tidak masuk akal. Di depan kawasan Abul Hul (Spinx), tidak seperti biasa. Mulai tanggal 11 hingga 17 Oktober nanti ada pertunjukan teater yang beradu kelihaian tentang sejarah masa lalu fir'aun. Di pinggir panggung yang besar dan luas tepat berada di depan penglihatan singa berkepala manusia itu, saya melihat banyak gambar, foto dan barang-barang yang memperlihatkan pada masa fir'aun. Tertarik juga untuk menontonnya nanti, entahlah, semoga saja bisa. Mesir di kawasan timur tengah dan afrika, memang paling maju dan kreatif dalam urusan seni termasuk bidang film dan teater. Tiket yang kami bawa disobek lagi oleh seorang petugas ketika mamasuki kawasan Abul Hul. Hmm, memang keren pemandangan spinx jika dilihat dari samping seperti ini. Jarak saya berdiri dengan spinx sekitar hanya 50 meter saja. Cuma posisi kami berdiri berada tepat di atas, simetris dengan ketinggian spinx, sehingga ketika menshoot kamera, orang yang berdiri seakan sama tinggi dan sama besar dengan spinx yang jelas lebih besar. Saya kadang tertawa sendiri sambil ddduk melihat adegan para turis asing yang asing menshoot kamera dengan posisi-posisi yang sering menggelikan. Ada yang mencolek spinx, cewek-cewek bahkan banyak yang beradegan dengan mengambil posisi bibir di mecucukan seperti layaknya orang yang mau mencium. Akhirnya, setelah melihat aksi mereka, saya tertarik juga untuk melakukan seperti apa yang mereka perbuat, lumayan buat untuk kenang-kenangan, karena selama ini saya tidak pernah melakukan seperti mereka ketika berada di spinx. Adegan pertama adalah menunjukkan telunjuk tepat berada di mulut atau hidung Abul Hul. Terus meletakkan hidung di hidungnya spinx dan memegang janggut spinx. Kebetulan, saat kami masuk di kawasan Abul Hul, bertepatan dengan sangat banyaknya para turis yang hadir untuk mengunjungi. Rupanya, musim dingin di Mesir memang menjadi berkah tersendiri untuk kawasan wisata yang bernilai sejarah seperti spinx ini. Wisata pantai dan laut mulai sepi. Kamera yang saya pergunakan hanya berukuran 5 megapixel dari handpone yang saya punya. Sementara para turis yang berada di samping, hampir semuanya menggunakan kamera yang biasa dipakai untuk menshoot pertandingan sepak bola dunia dengan merek Canon yang besar dan panjang sekali. Perbandingan yang sangat tidak seimbang. Puas mengabadikan semuanya dengan gambar yang sederhana. Kami langsung pulang. Ada beberapa sahabat yang ingin melanjutkan berwisata ke kolam renang. Saya memilih untuk pulang. Sudah ada banyak pekerjaan yang sedang menunggu untuk diselesaikan. Apalagi nanti malam ada kontainer yang akan datang ke rumah untuk mengirim barang ke Indonesia dan saya harus menyelesaikan seluruh data-data perusahaan yang diperlukan. Ya, paling tidak perjalanan singkat ini bisa sedikit membuat pikiran rileks setelah setiap hari disibukkan dengan urusan. --------------------------------------------- Catatan kecil setelah mencolek dan mencium peninggalan yang dikramatkan oleh orang Mesir kuno; Spinx atau Abul Hul. [caption id="attachment_285145" align="alignnone" width="500" caption="Adegan hidung sundul hidung Spinx (Foto : Bisyri)"][/caption] [caption id="attachment_285146" align="alignnone" width="500" caption="Memegang janggut Spinx (Foto : Bisyri)"][/caption] [caption id="attachment_285149" align="alignnone" width="500" caption="Kalo yang ini, tidak tahu, namanya adegan apa (Foto : Bisyri)"][/caption] [caption id="attachment_285150" align="alignnone" width="500" caption="Inilah Spinx yang dulu dikramatkan itu (Foto : Bisyri)"][/caption] Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun