[caption id="attachment_94479" align="alignnone" width="720" caption="Foto bareng para Alumni Sastra UI, termasuk mbak Linda dan mas Jodhi (Foto : Mariza Syahrial Amir)"][/caption]
Emang asyik kalo tiap hari bisa bertemu dengan orang-orang baru dan bisa belajar dari mereka. Perlu bocoran nich, menurut tes bakat yang dilakukan oleh DMI terhadap diri saya, saya termasuk orang yang adaptif, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Sehingga ini menjadi kepedean tersendiri jika bisa bertemu dengan siapa saja. Yang penting kita bisa sama-sama saling menerima dan memberi. Itu prinsip saya.
Saya mencoba menelpon kembali Mbak Linda Djalil untuk bisa menshilaturahimi beliau. "bisyri…kita ketemuan di UI saja, kebetulan saya jum'at sore ada di sana, ada acara petang puisi dan dihadiri salah satunya oleh Fadli Zon Gerindra", kata Mbak Linda. "Okee..jam 3 sore udah di UI ya mbak", kata saya.
Sengaja usai shalat Jum'at di Ceger, saya langsung meminta tolong seorang teman satu rumah untuk mengantar ke terminal kampung rambutan yang sebenarnya sangat dekat, cuma saya lihat orang kita emang malas jalan kaki disamping lingkungan yang kurang kondusif untuk berjalan kaki.
"Ente naik 112 aja, bisa langsung Depok", kata hadi teman serumah. Kami langsung menunggu di pintu keluar terminal agar bisa langsung mendapatkan lin tanpa ngetem terlebih dahulu, juga kalo nunggu di dalam terminal pasti lama dan hawa Jakarta yang panas dan lembab emang kurang nyaman jika harus menunggu di dalam kendaraan di terminal.
Jakarta macet, jakarta pengap, jakarta panas. Gak usah saya katakan semua juga udah tau. Saya kira, Cairo sama Jakarta ini emang masih saudara. hehe. Sama ruwetnya. Kalo orang biasa menghadapi ruwetnya kota besar Cairo dan di sini di Jakarta menghadapi ruwet juga, hal itu pasti biasa. Namun, ternyata Jakarta lebih parah. hahaha.
"Kiri bang!", saya turun di depan gedung BSI dekat dengan kampus UI Depok. Tempat baru tanpa ditemani seseorang membuat saya bingung juga. Di depan kampus BSI ada beberapa pemuda yang sedang ngobrol, saya dekati saja mereka. Saya nanya ke salah satu dari mereka di mana pintu paling dekat untuk bisa masuk ke kampus UI.
"Oh..kebetulan mas, bareng saya aja", kata dia. Dia mengatakan bernama Reza ketika pertama kali saya memperkenalkan diri, mahasiswa di jurusan perhotelan di BSI. Kami berjalan bersama, sekitar 50 meter, dia bilang, "mas bisyri nyeberang saja ke sana, di sana ada stasiun kereta api, nanti di sana ada jalan masuk ke kampus dan nanya teman-teman mahasiswa di sana". "Okehh..makasih mas Reza ya", saya mohon pamit dan langsung nyeberang jalan.
Emang benar-benar kawasan kampus. Di mana mata memandang, selalu ada kaum muda sambil nenteng tas dan banyak juga yang berpasangan sambil asyik ngobrol. Benar aja betah jadi mahasiswa. hehehe. Di pojok stasiun ada seorang pemuda yang sedang asyik makan popcorn, saya mendekatinya. "permisi mas, kalo mau ke FIB UI lewat mana ya".
"Ohh..jalan aja mas, sekitar 100 meter nanti di depan sana ke kiri, di sana ada tulisannya kok, kalo naik naik bus kampus lama. jalan aja", katanya. Saya mengucap terimakasih dan jalan kaki melewati 'hutan' UI. Batin saya bilang, "enak sekali kuliah di sini, hutannya luas, hijau. Kalo di arab mah boro-boro hijau. yang ada pasir. haha". Emang harus banyak bersyukur kuliah di negeri ini. Lingkungannya keren.
Sampai di ruang teater FIB UI, saya mencoba menghubungi mbak Linda Djalil. Saya memutuskan untuk menunggu di dekat kantin, sambil main laptop. Di belakang saya ada seorang mahasiswa yang asyik kencan. hihi. Baru saja membuka laptop ada kabar dari Cairo untuk mengirim data perusahaan. Wah, kebetulan sekali, setelah membuka internet, data langsung saya kirim.