"Harapannya kami menginginkan KKN Internasional ini diadakan bukan hanya satu bulan, tapi bisa sampai 3 sampai 6 bulan lamanya", seperti yang diungkapkan oleh beberapa perwakilan lembaga sekolah dan pesantren yang ada di Narathiwat, Thailand. Alhamdulillah kedatangan kami dari UIMSYA Blokagung, Banyuwangi yang saat ini membawa 8 mahasiswa mendapatkan respon yang baik. Hampir setiap tahun, pihak kampus kami mengirimkan para mahasiswa untuk KKN di luar negeri sebagai wujud dari International Community Service.
Permintaan itu kami jelaskan bahwa para mahasiswa yang ditugaskan ke Thailand ini adalah bukan hanya mahasiswa yang belajar di kampus UIMSYA saja, tetapi pada saat yang sama adalah seorang santri yang belajar di pondok pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi. Mereka masih belajar di madrasah diniyyah dan ketika mereka terlalu lama absen tidak mengikuti pendidikan, akan berakibat pada ketidaklulusan di pondok pesantrennya. Sehingga diputuskan untuk KKN di luar negeri dan dalam negeri di kampus UIMSYA dibatasi hanya satu bulan saja.
Namun, saat pembukaan sore tadi, bersama lima lembaga pendidikan yang ada di Narathiwat. Mr. John memberikan solusi dari permintaan mereka dengan jawaban bahwa dari kampus UIMSYA siap mengirimkan para mahasiswa untuk KKN di Narathiwat, Thailand ini dalam beberapa bagian. Bisa pada semester ganjil maupun semester genap, sehingga dalam satu tahun, ada beberapa bulan dengan mahasiswa yang berbeda yang sedang KKN di luar negeri.
Setelah menunggu 3 hari tidak bisa ke mana-mana dan hanya berdiam diri di penginapan di distrik Hat Yai, Songkhla, akhirnya kami semua bisa bergeser menuju Narathiwat. "Jam 9 pagi, van travel sudah stand by di Hat Yai", Pak Lukman mengirimkan pesan di group WA kami yang bertugas untuk KKN di Thailand. "Siap Pak", jawabku. Aku memberitahu anak-anak mahasiswa untuk packing mempersiapkan barang-barang yang perlu dibawa.
Tepat jam 9 pagi waktu Thailand. Van Travel dengan mobil Toyota Hiace Premio terparkir di depan penginapan. Mr. John menghampirinya. Sopir travel itu bertanya, "Indonesia?". "Iya, ke Narathiwat", Jawab Mr. John. Keterbatasan bahasa menjadi kendala dalam kami berkomunikasi. Tetapi dengan bahasa isyarat, akhirnya sama-sama faham apa yang dimaksud. Di dalam mobil travel sudah ada 2 penumpang yang tujuannya juga hendak ke Narathiwat, kami ngobrol sebentar, tetapi dibantu dengan google translete untuk bisa faham dengan apa yang kami obrolkan.
Posisi keberangkatan kami dari Hat Yai menuju Narathiwat, aku laporkan ke pihak kampus UIMSYA. Semua mengucapkan alhamdulillah. Setelah berjalan sekitar satu jam, melewati perkotaan Hat Yai dan jalan By Pass yang panjang, tiba-tiba jalan macet. Semua mobil berhenti. Kami menunggu sekitar 30 menit dalam antrian kendaraan. Tiba-tiba, beberapa mobil di depan kami putar balik. Pak Sopir travel bertanya ke petugas yang sedang berjaga dan memberikan kabar bahwa jembatan menuju Pattani sedang diperbaiki dan sampai saat ini belum bisa dilewati.
Banyak jalan kanan kiri setelah kami putar balik, melewati para korban banjir. Jalan By Pass di Thailand Selatan posisinya lebih tinggi secara tanah dengan kondisi tanah di sekitarnya. Sehingga saat ada musibah banjir seperti ini, kendaraan mereka diparkirkan di pinggir jalan raya, bahkan bukan hanya kendaraan yang diparkir di pinggir jalan raya, banyak juga hewan ternak, mulai dari sapi hingga kambing yang ditali di pohon pinggir jalan raya agar selamat dari banjir yang menerjang rumah-rumah mereka.
Pak Sopir travel mencari jalur arlernatif melewati distrik Thepa, baru berjalan sekitar 3 kilometer, kami dihadang oleh banyak mobil-mobil militer yang terparkir di pinggir jalan raya. Pak Sopir bertanya ke salah satu militer yang bertugas, "air masih naik", katanya, yang berarti lokasi di depan masih banjir. Di depan kami dan kanan kiri kami, jalan masih tergenang air. Beberapa mobil di depan putar balik, militer yang berdiri di depan mobil kami, menyarankan kami juga untuk putar balik saja dan menunjukkan jalan alternatif lain.
Berjalan sekitar hampir satu jam dari jalur alternatif ke dua yang kami lalui, ternyata jalan masih ditutup juga dan terlihat di depan mobil kami air menggenangi jalan. Jalur pertama tutup, jalur alternatif tutup, dan saat ini jalur alternatif yang lain masih tutup juga. Terlihat Pak Sopir travel dengan bahasa melayu dan bahasa Thailand menelpon teman-temannya menanyakan jalan alternatif lain selain 3 jalan yang sudah kami lalui dan semuanya sedang kena banjir dan tutup.
Kami putar balik lagi, menuju jalur jalan utama, kembali ke arah Hat Yai. Setelah berjalan sekitar satu jam, mobil belok ke kiri mencari jalur alternatif lain. Kami melewati jalan-jalan yang kanan kiri adalah hutan dengan kontur jalan yang berkelok-kelok. Secara jadwal seharusnya dari Hat Yai, Songkhla menuju Narathiwat bisa ditempuh 3 jam, karena 3 jalur tidak bisa dilewati, akhirnya kami harus memutar melewati hutan dan desa-desa dan kami sampai di Narathiwat pada pukul 3 sore. Artinya perjalanan dari Hat Yai ke Narathiwat ditempuh selama 7,5 jam. Jarak waktu yang tidak umum dan tidak biasa.