Semua yang bekerja di warung ini, yang perempuan menggunakan jilbab. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Melayu. Aku menduga yang punya warung ini bisa jadi adalah muslim Malaysia yang membuka usaha di Hat Yai, Thailand ini, tapi entahlah, tadi malam aku tidak bertanya, jadi ini hanya dugaanku saja. Semua dari kami pesan nasi goreng, petugasnya bertanya kepada kami semua, "Nasi Goreng apa ini?". Aku lihat anak-anak bingung untuk memilihnya karena pilihannya banyak sebagaimana yang ada di daftar menu.
"Apa Pak?", tanya mereka ke Pak Ridwan atau Mr. John. "Kalau saya pesan Nasi Goreng ayam", setelah Mr. John menjawab seperti ini, semua sepakat memesan seperti yang Mr. John pesan. "Untuk minumnya apa?", tanya pramusaji lagi. Anak-anak KKN dari UIMSYA sepakat menjawab dengan "Thai Tea", mungkin terinspirasi dengan minuman yang memang sedang naik daun yang ada di Indonesia. Mumpung kami sedang di Thailand, pesan saja minuman ini dari sumbernya.
Saat menunggu, petugas pramusaji memberikan kami gelas yang diisi oleh es batu dan ada sedotannya serta air putih yang ada dengan wadah plastik. Kami menunggu. Aku ngobrol dengan Pak Supri sopir travel Thailand dan Mr. John dan kami saling berbagi info tentang kondisi Thailand Selatan terkini.
"Banyak kereta selama perjalanan kita tadi dari Bandara Hat Yai ke warung ini yang diparkir di atas jalan layang, karena mereka sedang antisipasi air naik", ucap Pak Supri Thailand. Dalam bahasa Melayu, kereta adalah mobil dan Pak Supri menyebut banjir dengan air naik. Saat kami ngobrol Mas Ikrom telepon lewat hpnya Pak Supri, dia ngobrol dengan Mr. John dan mengabarkan bahwa banjir mereka di beberapa wilayah di Thailand Selatan.
Setelah makan malam, kami ke hotel. Residen Hotel, namanya bagus. Saat kami memasuki hotel ini, nuansa klasiknya terasa sekali, rasanya seperti sedang berada di film Hongkong dengan aktor Andi Lau atau Jacki Chan saat usia mereka muda. Aku terasa kembali di tahun 80-an, padahal sekarang tahun 2024. Kami semua dapat kamar di lantai 6, lantai paling atas. Desain kamarnya juga klasik, entah tahun berapa hotel ini berdiri.Â
Aku tidur dengan pulas setelah dari kemarin tidak bisa tidur mulai dari perjalanan dari Banyuwangi ke Surabaya, Surabaya ke Malaysia yang melewati dua imigrasi dalam satu hari di satu negara. Lalu dari Malaysia ke Thailand. Perjalanan yang menarik dan juga lelah. Pagi hari, Mas Najib mengajak kami semua rapat lewat media Zoom meeting untuk kordinasi berkaitan dengan kondisi terkini yang ada di Thailand selatan.
"Semua jalan di Narathiwat hingga Pattani dan beberapa wilayah di Thailand Selatan diblokir karena banjir. Bahkan semua sekolah diliburkan 2 hari secara nasional akibat musibah ini", Pak Lukman sebagai perwakilan dari Thailand memberikan kabar lewat Zoom. Pak Abdi dan Mas Najib yang memimpin rapat berusaha mencari solusi atas kondisi ini. Sedianya hari ini setelah shalat jum'at, kami cek out dari hotel untuk menuju ke Narathiwat guna melakukan acara seremoni pembukaan acara KKN Internasional antara UIMSYA dengan 5 lembaga Pondok Pesantren dan Sekolah yang ada di Thailand Selatan.
Ternyata takdir menghendaki lain. Akses jalan di beberapa wilayah tertutup total, sekolah-sekolah juga libur. Akhirnya dalam rapat, disepakati bersama. "Silahkan mencari penginapan lagi selama dua hari ke depan mas, kita lihat besok, kalau memungkinkan bisa ke Narathiwat, kalau belum memungkinkan, istirahat dulu di Songkla", ucap Mas Najib. "Menurut perkiraan cuaca, hujan akan berhenti dan reda pada tanggal 30 November besok", tambah Pak Lukman. "Semoga hari senin sudah normal semua dan kita semua sudah bisa memulai agenda pembukaan KKN", lanjut Pak Abdi.
Kami keluar dari hotel dan mencari penginapan lagi yang tentu secara harga masih ideal dan tidak terlalu mahal. Pilihan kami adalah "CS Apartemen", jaraknya hanya 2 KM dari lokasi hotel pertama. Kami cek in selama dua hari. Perjalanan dari hotel ke penginapan apartemen, kami menggunakan tuk tuk, moda transportasi yang sangat terkenal di Thailand dan harganya murah. Pengalaman yang menarik, sepanjang perjalanan hujan deras sekali disertai angin yang lumayan kencang.
Memang, sejak di udara selama di dalam pesawat, hujan terus terjadi di Thailand. Di Bandara Malaysia mpun, saat kami menunggu hingga terbang, juga hujan. Sejak di Hat Yai tadi malam, hingga saat aku menuliskan catatanku ini, hujan belum berhenti. Seharian hujan terus menerus. Angin juga lumayan kencang. Aku tadi keluar sebentar untuk belanja di minimarket, sepanjang aku berjalan, banyak di depan-depan rumah dan ruko, mereka sudah persiapan dengan wadah karung yang berisi pasir yang ditata di depan untuk mengantisipasi banjir.
Ini adalah pengalamanku ke Thailand yang kedua. Dulu aku pernah ke negara ini, pada tahun 2010 dan aku berjalan-jalan di Bangkok dan sekitarnya. Saat ini akhir bulan November 2024 aku berada di Thailand Selatan dan sedang mengantar anak-anak mahasiswa UIMSYA melakukan International Community Service atau KKN (Kuliyah Kerja Nyata) dan dihadang banjir di mana-mana. Semoga musibah banjir di Thailand ini segera surut dan semua agenda yang kami rencanakan dipermudah dan segera dilaksanakan. Inilah hidup, kita punya rencana, Tuhan juga punya rencana dan rencana Tuhan terkadang tidak sama dengan rencana kita.