Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tarekat Sayuriyah

19 November 2020   00:10 Diperbarui: 19 November 2020   00:32 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk Sayur  dan Buah yang hendak dikirim ke Supermarket Jakarta (Foto: Tim PK 144)

Sopir keluar dari mobil, meminta bantuan teman-temannya yang sedang nongkrong di pinggir jalan untuk ikut membantu mendorong mobil lin yang mogok ini. Kami semua, satupun tidak disuruh untuk keluar mobil, kami masih diam di dalamnya. Anehnya, saat sopir keluar barusan, dia lupa menutup pintu mobilnya, terang saja, hanya beberapa detik, ketika pintu terbuka, sebuah mobil dari atas berjalan dengan kencang sekali, menabrak pintu mobil yang kami naiki, "Brakkk..." suaranya sangat keras. Bukannya berhenti, mobil yang menabrak pintu mobil ini semakin melajukan kendaraannya.

Sopir terlihat kebingungan, dia melihat pintu mobilnya yang ketika saya lihat memang terlihat penyok dan tidak bisa ditutup kembali. Sudah jatuh, tertimpa tangga. Sudah mogok, pintu rusak pula. Sopir menghentikan mobil lin kosong yang melintas, "pindah ke mobil ini ya mas, mohon maaf," sambil terlihat bingung dan wajah kasihan, dia mempersilahkan kami untuk pindah mobil.

Sampai di pondok pesantren Al-Ittifaq, teman-teman sudah ramai membeli oleh-oleh dari para pedagang yang berada di depan gedung aula pesantren. Ada berbagai macam olahan buah yang dijual, ada juga strawberry segar dan beberapa buah khas puncak. Hingga keripik buah-buahan yang pernah saya temui di Malang, juga ada yang menjualnya. "Ayo kita masuk ke aula, acara mau dimulai," Mas Rizki memberikan arahan kepada kami semua yang sedang asyik ngobrol dan belanja.

Di dalam aula, Pak Rafi dan timnya dibantu dengan Mas Gilang dan tim PK 144 sedang sibuk memasang banner yang mereka bawa dari Jakarta. Banner baru yang bertuliskan tentang kunjungan institusional LPDP ke pesantren Al-Ittifaq ini. Ada dua banner yang terpasang, di panggung depan dan pintu masuk aula sebagai ucapan selamat datang.

Kami menunggu kehadiran pengasuh pesantren yang menurut informasi, masih menunaikan shalat jama'ah di masjid dekat pesantren. Sembari menunggu, ada kopi hitam yang sudah disediakan, bersanding pisang godok yang hangat. Begitu nikmat karena kami berada wilayah Bandung yang hawa udaranya dingin. "Assalamua'alaikum," ada suara dari seseorang yang masuk ke dalam ruangan lewat pintu depan, kami semua ke depan untuk menyalami beliau dan mencium tangannya sebagai bentuk penghormatan.

Beliaulah yang sedang kami tunggu, bernama KH. Fuad Affandi, di pesantren dan masyarakat sini, beliau lebih dikenal dengan panggilan Mang Haji. Kami duduk khidmat. Pak Rafi memberikan sambutannya, berharap Mang Haji bisa memberikan motivasi kepada teman-teman yang hadir dari PK Santri ini. 

Pak Rafi memperkenalkan kami kepada beliau, bahwa kami ini adalah perwakilan santri dari seluruh Indonesia yang mendapatkan beasiswa S2 dan S3 untuk kampus luar negeri dan dalam negeri oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dibawah naungan Kementrian Keuangan yang saat ini dipegang oleh Ibu Sri Mulyani.

"Saya dulu mondok di Lasem dibawah asuhan KH. Makshum selama 17 tahun. Saat abah saya, KH. Mansyur meninggal pada tahun 1970, saya diberikan amanat untuk meneruskan warisan pesantren peninggalan beliau ini," KH. Fuad Affandi membuka dialognya dengan bercerita sejarah dari pesantren Al-Ittifaq. Pesantren Al-Ittifaq berdiri sejak tahun 1934 yang lalu oleh kakek beliau bernama KH. Rifai', lalu dilanjutkan oleh Abah beliau bernama KH. Mansyur dan berlanjut saat 1970 hingga sekarang oleh beliau sendiri.

"Kita harus berani berubah. Pesantren ini dulu oleh abah saya, dilarang untuk sekolah umum, bahkan beliau mengharamkannya, karena dianggap sebagai pendidikan colonial Belanda. Namun, sejak 1970 secara perlahan saya merubah mindset itu, sekolah umum saya dirikan, mulai dari MI hingga Madrasah Aliyah, sekarang semuanya ada," ungkap beliau.

Beliau melanjutkan ceritanya bahwa dulu masa kepemimpian abahnya, Para santri dilarang bersinggungan dengan alat-alat elektronik, karena dianggap merusak tata krama yang ada di pesantren, namun sekarang hampir tiap pojok pesantren bahkan ada CCTVnya, ada AC, wifi dan alat elektronik lainnya, karena memang itu kebutuhan pesantren sekarang. Dulu abah beliau melarang rumah dengan mamakai tembok, justru sekarang, seluruh bangunan pesantren berdiri kokoh dengan tembok. Pada masa abahnya, rumah dilarang ada toiletnya di dalam rumah, jadi harus di luar rumah, sekarang sebaliknya, tiap ruangan, ada toiletnya.

"Zaman sudah berubah. Kita harus siap dengan perubahan itu," tambah beliau. Beliau menambahkan ceritanya lagi bahwa dulu zaman abahnya, sangat anti terhadap pemerintah, namun sekarang, beliau sangat dekat dengan pemerintah. KH. Fuad Affandi selalu mendapatkan penghargaan bidang pertanian mulai dari Presiden BJ. Habibi, Presiden Megawati, Presiden SBY, hingga Presiden Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun