Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Doktor UIN Malang. Ketua Umum JATMAN Banyuwangi. Dosen UIMSYA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Tiga Pemuda

15 Oktober 2019   04:17 Diperbarui: 15 Oktober 2019   09:52 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas MF Owner Taman Dolan, Mas NW Mantan Kepala Cabang Bank BPTN, Mas FR Pegawai di kantor pemerintahan. Lokasi di Wisata Taman Dolan (Foto : Bisyri)

"Istafti qolbak wa in aftaa laka an-naas"

Dengarkan nasehat hatimu, walaupun semua manusia menasehatimu

Malam tadi saya bertemu ngopi bersama tiga sahabat dengan latar belakang yang berbeda-beda, mas FR sebagai salah satu pagawai di kantor pemerintahan, mas NW mantan kepala Bank BPTN yang saat ini memiliki usaha catering, dan mas MF sebagai owner wisata Taman Dolan di Batu. Mulai jam 8 malam kami ngobrol sharing pengalaman hidup masing-masing sampai jam 1 dinihari. Sengaja saya samarkan nama mereka, karena di catatan ini saya ingin hanya berbagi kisah yang semoga bisa mengambil manfaat darinya.

Dimulai dari mas FR yang sudah 16 tahun sejak beliau umur 22 tahun menjadi pegawai pemerintahan. Beliau sering merasakan mutasi tugas kerja antar pulau. Pernah juga ditugaskan di Dompu, Banyuwangi, Lombok, termasuk beberapa wilayah di luar pulau hingga sampai saat ini. 16 tahun menjadi pengalaman yang tidak pendek dalam dunia pemerintahan.

Satu kebiasaan baik yang selalu beliau lakukan ketika ditugaskan ke sebuah daerah adalah mencari ulama' yang berada di wilayah tersebut. Saat di Lombok, beliau mencari pemuka agama di sana, sampai bertemu dengan seorang Kyai yang hingga saat ini masih tersambung shilaturahimnya yang bernama Kyai Marzuki, seorang ulama' yang berasal dari Lombok Timur di dekat gunung Rinjani. Setiap langkah yang akan beliau jalani selalu dikonsultasikan kepada Kyai Marzuki saat berada di Lombok.

Beliau dalam waktu dekat memiliki sebuah keinginan adalah ingin melakukan usaha entrepreneur dari jerih parah pekerjaan selama ini dan resign di usia muda, memiliki usaha sendiri sepertinya dirasakan lebih ada seninya dan memberikan manfaat buat orang banyak, sehingga tidak lagi merasakan mutasi-mutasi pekerjaan di luar pulau dan bisa merasakan indahnya bisa berkumpul bersama keluarga tiap harinya  

Keinginan ini beliau targetkan paling tidak dua sampai tiga tahun ke depan dan selain usaha entrepreneur, juga ingin aktif dalam memberikan sumbangsih kegiatan social di masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab moral keagamaan yang diyakini.

Selanjutnya adalah Mas NW bercerita tentang perjalanannya selama 18 tahun berkarir di dalam dunia perbankan, tepatnya di Bank BPTN. Jabatan terakhir beliau adalah menjadi kepala cabang Bank BPTN membawahi wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Salah satu alasan beliau resign dari pekerjaan di Bank adalah urusan ketenangan hati. Sebenarnya bagi beliau, tidak ada yang salah dengan pekerjaan perbankan, tetapi ada sesuatu yang mengganjal di hati beliau ketika setiap beliau harus dimutasi ke beberapa pulau.

Hampir sama dengan alasan mas FR, mas NW bercerita bahwa selama ini ada waktu yang hilang dari kebersamaan dengan keluarga apalagi bersama anak-anak. Seringkali bekerja di Bank harus kerja berangkat pagi dan pulang larut malam karena harus menyelesaikan dan merekap laporan-laporan yang ada, apalagi kalau sudah akhir bulan, walaupun secara teori jam kerjanya 8 jam, faktnya berbicara lain. 

Anak-anak  beliau juga sering mengeluh saat beliau dimutasi di luar pulau, mereka harus belajar adaptasi lagi dengan teman, dengan lingkungan dan bagi mereka hal ini merupakan suatu yang tidak ringan untuk dijalani.

Sampai akhirnya tahun 2017, beliau berusaha menguatkan diri dan meyakinkan diri sendiri untuk resign. Bersama istrinya beliau mendirikan usaha catering mulai dari nol. Berat bahkan sangat berat, itulah kesan pertama saat resign disaat-saat awal usaha. Bayangkan, yang awalnya kerja mentereng menjadi kepada kantor cabang sebuah Bank, harus usaha catering melayani customer secara langsung. Tidak jarang beliau harus naik motor mengantarkan pesanan dari rumah ke rumah. 

Beliau hanya meyakini, saat Allah Swt. memberikan rizki seorang istri dan dua orang anak, pasti Dia bertanggung jawab terhadap sesuatunya untuk mereka bisa hidup layak. Tugas beliau adalah berusaha dan tawakkal dalam mencari jalan rezeki itu. Usaha cateringnya sudah berjalan dua tahun ini dan terus berkembang, walaupun belum bisa seperti penghasilan saat masih menjadi ketua kantor cabang Bank dulu, setidaknya sudah ada kecukupan untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga. 

Disela-sela usaha catering, beliau juga menjadi konsultan keuangan buat teman-teman yang dikenalnya dalam usaha mereka. Pengalaman selam hampir 20 tahun di dunia perbankan menjadi modal utama mendapatkan kepercayaan dalam bidang keuangan dan sudah ada banyak usaha kecil menengah yang terbantu dalam menangani keuangan usahanya dari konsultasi yang dilakukan oleh mas NW.

Sahabat selanjutnya yang bercerita adalah mas MF sebagai pemilik dari Taman Dolan di kota Batu. Mungkin anda sudah ada yang mengenalnya, karena usaha beliau sangat viral di kota Batu dan menjadi tujuan favorit para keluarga, perusahaan, sekolah, dan kampus untuk berlibur. Konsep Taman Dolan adalah "Back to Nature". 

Penginapan-penginapan yang ada dikonsep dengan gaya alami, bangunannya juga mengikuti kontur alam, sehingga tidak merusak ekosistem. Kolam renangnya juga tidak mengandung kaporit, beliau bercerita bahwa tiap tiga hari sekali pasti dikuras dan diganti air baru yang berasal dari sumber mata air di Batu secara langsung.

Jenis penginapan di Taman Dolan memiliki konsep seperti rumah-rumah pedesaan yang asri dan hijau. Mas MF adalah seorang kontraktor taman dan berpengalaman selama puluhan tahun, bahkan hari rabo besok beliau akan menggarap sebuah proyek taman yang ada di Ubud, Bali. Semua desain bangunan yang ada di Taman Dolan beliau konsep dan desain sendiri, bahkan tukang bangunannya yang ahli hanya dua orang, sisanya hanya pembantu tukang.

Beliau bercerita tentang awal mula berdirinya Taman Dolan. Awalnya semua hanya mimpi, sejak kecil beliau berkeinginan memiliki sebuah tempat wisata dengan konsep "Back to Nature" yang ada restorannya yang seperti rumah sendiri, ada penginapannya yang asri, ada nilai edukasinya, serta berkonsep syari'ah, hanya laki-laki dan perempuan suami istri yang boleh menginap bersama. Mimpi itu terwujud pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 dengan hanya bermodal 3 juta, beliau membangun sepetak kolam renang, dengan sedikit demi sedikit akhirnya selama 3 bulan ke depan bangunan kolam renang itu jadi dan langsung beliau buka untuk umum. Tidak disangka ternyata animo masyarakat luar biasa, dari situ beliau terus melakukan pengembangan pembangunan wisata Taman Dolan selanjutnya.

Strategi yang beliau lakukan dalam pengembangan wisata Taman Dolan adalah dengan bekerja sama bersama Bumdes (Badan Usaha Milik Desa), beliau tidak membeli tanah sekitar tempat wisata Taman Dolan, tapi dengan menyewanya selama sepuluh tahun dan bagi hasil dari usaha yang ada, serta memanfaatkan tenaga pegawai warga sekitar, sehingga terjadi yang Namanya "win win solution", sama-sama menang dan sama-sama diuntungkan.

Saat ini Taman Dolan telah memiliki 40 karyawan dengan pengeluaran gaji perbulannya sekitar 70juta rupiah. Tiap bulan, beliau juga mengeluarkan hampir 25 % dari laba untuk kegiatan social dan kemanusiaan. Bayangkan berapa omset yang didapat perbulannya. Beliau sedang mempersiapkan usaha dari pengembangan Taman Dolan yang berada tidak jauh dari lokasi sekarang, tentunya konsepnya juga hampir sama, "Back to Nature", wisata kembali kepada alam.

Banyak kisah-kisah menarik dari perjalanan mereka dan tidak bisa semuanya saya tuliskan. Ini hanya sedikit kisah yang bisa saya bagikan. Dari semua kisah itu, ada satu pesan yang tersirat, dalam setiap perjalanan mereka, mereka selalu mendengarkan keinginan suara hati. Lisan bisa berbohong, tapi hati tidak. "Istafti qolbak wa in aftaa lakannas", Dengarkan petuah hatimu, walaupun manusia sudah menasehatimu. 

Batu, 15 Oktober 2019 03.57 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun