"Walaupun mungkin amal kita biasa, tapi kalo kitanya cinta ama mereka, Nabi dan ama para sahabat, insya Allah kita bisa kumpul bareng mereka nanti", pesan mas Ippho saat saya ngobrol santai bareng beliau di penginapan di Cairo. Mas Ippho begitu tertarik saat saya katakan di Mesir ini ada sebuah kawasan yang spesial, kawasan itu bernama Bahnasah. Di sana ada makam 5000 sahabat Nabi Muhammad.Â
Bahnasah adalah kota kecil yang jauhnya sekitar 16 kilometer dari Bani Mazar dan masuk di provinsi Almenya, sekitar 240 kilometer dari provinsi Cairo. Perjalanan sekitar 3 jam lebih jika menggunakan kendaraan sendiri. Tanpa perencanaan yang bertele-tele, kita langsung ke sana tepat sore hari setelah ashar.Â
Kami berangkat berlima. Hanya saya saja yang pernah ke Bahnasah, teman-teman yang lain belum pernah, itupun saya baru satu kali mengunjungi wilayah Bahnasah dan bareng teman-teman Al-Azhar 21 bus yang dipimpin langsung oleh Syeikh Yusri Rusydi, salah satu guru kami di Al-Azhar. Namun, itulah orang kanan, walaupun gak tau jalan, gak tau tempatnya secara jelas, tetap saja action, yang penting jalan dulu, nanti nanya-nanya sambil jalan. Hehe.Â
Kami melewati jalur Ring Road Ma'adi yang tembus kota Helwan dan lewat jalan tol yang panjang banget, kanan kiri gurun pasir, tidak ada kehidupan sama sekali, hanya mobil-mobil yang semuanya berjalan kenceng. Speed saya lihat antara 120 - 130 Km/jam. Saking kencengnya, sempat beberapa kali mobil sedikit oleng saat gak tau ada jalan yang gak mulus.Â
Pak Koni, asistennya mas Ippho duduk paling belakang. Beliau sambil tiduran. Kadang sampai mental dari tempat duduk saking kencengnya mobil. :-) Beberapa kali mas Amran menelpon temannya, menanyakan di mana Bahnasah berada.Â
Terus terang, saya membatin sejak melewati jalur yang kami lewati, "kok sepertinya beda dengan yang saya lewati dulu pertama kali". Tapi karena terlanjur udah terlalu jauh, saya diam saja dan bilang ke teman-teman, "Ya, benar ini jalurnya". Hehe.Â
Bismillah, insya Allah pasti nyampek, kebetulan ada plang bertuliskan "Al-Menya" juga. 3 jam sampai 4 jam telah terlewati, tapi tidak ada tanda-tanda kami memasuki wilayah Bahnasah. Kami nanya ke pos militer di perbatasan kota.Â
Mas Amran turun dari mobil ditemani mas Akhran. Entah apa yang mereka obrolkan, lumayan lama, saya hanya menunggu di dalam mobil. Selang beberapa menit, mereka para militer menghampiri mobil kami dan masih ngobrol-ngobrol dulu, "Itulah arab, ditanya satu kepala, yang jawab 3 kepala", kata mas Ippho. Emang bener gitu. :-) Di belakang mobil kami, tiba-tiba ada mobil polisi lewat.Â
Si militer yang tadi kami tanyai, tiba-tiba bilang ke mas amran, "Kamu ikuti mobil ini, dia juga ke Al-Menya", tentunya dg bahasa arab ya. Hehe. "La..la, huwa bathi'", "gak ah, dia lambat", jawab mas amran.Â
Eh, si militer malah ketawa dan memastikan bahwa mobil polisi yang bakalan kami ikuti akan berjalan cepat. Dan benar saja, kami berpamitan ke segerombolan militer itu dan mengikuti mobil polisi yang ada di depan. "Wah, jarang-jarang nich, jalan-jalan di luar negeri di kawal mobil polisi, berkahnya mas Ippho, hehe", canda mas akhran di mobil.Â
Kami dikawal oleh mobil polisi itu sampai masuk di dalam kota almenya. Dan menariknya, setelah mas amran tadi bilang "la..la..bathi'", "gak mau ah, dia lambat", sepertinya si sopir mobil polisi mendengar perkataan mas amran. Buktinya, menyopir begitu kencang, dikecepatan 130 km/jam sampai masuk kota.Â